Dominic mengayunkannya dengan sekuat tenaga, ia akan membelah Liffi dalam satu kali ayunan tangannya. Liffi hanya bisa tertunduk, memejamkan mata menunggu ajalnya.
BREETTT!!!
Sadewa mengangkat tubuh Liffi dan membaliknya dengan tubuhnya. Melindungi Liffi dengan punggungnya. Lukanya sangat dalam, sangat melukainya. Bulan telah tertutup, kekuatan Sadewa hampir menghilang, dan itu berarti proses penyembuhannya pun akan berakhir.
"Tidakk!! No ... no ..., Sadewa!!" Liffi merangkak menuju tubuh Sadewa yang penuh dengan darah.
"Uhuk." Sadewa memuntahkan darah dari mulutnya, dengan perlahan bibirnya bergerak untuk membisikan sebuah kata, "aku mencintaimu Liffi!! Larilah!!"
"Tidak!!! Jangan ...." Liffi tak mau menuruti Sadewa, ia nekat merangkak mendekati tubuh Sadewa yang berlutut di depannya.
"How cute." Dominic menarik kukunya keluar dari tubuh sadewa. Bunyi koyakan daging membuat miris siapa pun yang mendengarnya.
"Sadewa!!!" teriak Liffi, ia berlari menerima tubuh Sadewa yang akan jatuh ke tanah.
"Jangan tinggalkan aku." Tangis Liffi.
"Kau tak takut padaku, Liffi? Aku seorang werewolf." Sadewa berucap disela-sela kesakitannya.
"Aku tahu, aku sudah tahu." Liffi menangis, wajah cantiknya tampak kacau.
"Kau tahu??" Sadewa tersenyum simpul. Liffi mengangguk sebagai jawaban.
"Sudahi saja perpisahan ini. Tentukan siapa dulu yang ingin mati?!" Dominic menjambak rambut Sadewa.
"No!!! Lepaskan dia!!" Liffi memukul tangan Dominic, menjauhkannya dari Sadewa.
"Ternyata kau benar-benar serangga hina." Dominic hendak menghempaskan tubuh Liffi, lagi-lagi Sadewa yang menerima serangan itu.
Darah merah kehitaman muncrat kemana-mana, Sadewa melindungi Liffi dengan memeluk tubuh gadis itu sebelum terhempas. Sadewa membuka dekapannya, tubuhnya sudah diambang batas. Dagingnya terkoyak, dan tulangnya remuk. Rahang Sadewa bergemeretakan menahan kesakitan di sekujur tubuhnya.
"Sadewa!!!" Liffi bangkit, rambutnya basah karena air hujan. Darah Sadewa telah merubah long john coklatnya menjadi merah.
GLEGAR!!!!
Petir kembali menyambar.
KRAAK!!!
Sebuah pohon tumbang karena sambaran petir.
"Hahahaha ...!!" Dominic tertawa lantang, Shiera bangkit dan berada di sampingnya. Ikut tersenyum dengan kemenangan yang diraih oleh mate-nya.
"Bangun, Sadewa, bangun!! Kau bilang kau akan melindungiku." Liffi menggoyangkan tubuh Sadewa yang tampak sangat mengenaskan.
"Kau bilang kau mencintaiku!!! Kau bilang mau bersamaku!!" Liffi menangis, air matanya terus menetes. Hatinya terluka, sangat sakit. Mungkin benar kata Sadewa, mereka adalah mate. Berbagi rasa bahagia dan rasa sakit bersama.
"SADEWA!!!!" Liffi berteriak memanggil Sadewa, namun tubuh itu masih terkulai lemas, matanya masih terpejam. Sadewa sudah diambang batasnya. Tidak ada kekuatan bulan yang mendukungnya untuk bangkit berdiri.
"Baik, kalau kau mati, aku ikut mati bersamamu." Liffi memeluk tubuh Sadewa, mencium bibirnya yang mulai membiru.
Liffi melumatt bibir Sadewa, ia kembali merasakan aroma citrus. Ya, Liffi memang mate Sadewa, hanya dia yang bisa membangkitkan kekuatan Sadewa. Gerakan jari jemari Sadewa membuat secerca kebahagian memenuhi hati Liffi. Kini Liffi tahu, hanya dia yang bisa menyelamatkan Sadewa.
"Cium aku, Sadewa, ambil kekuatanku, ambil jiwaku sebanyak yang kau butuhkan." Liffi menggoyangkan bahu Sadewa, dan kembali menghisap bibirnya.
"Bangkit, Sadewa!! Jangan mati!!" Liffi mencium dan terus mengulum dalam bibir Sadewa, sampai akhirnya tangan Sadewa merespon ciuman Liffi. Ia bisa menggerakan tangannya dan memeluk Liffi.
"Liffi ...!" Sadewa mengumpulkan kekuatannya kembali, mengusap air mata yang turun dari pelupuk mata Liffi. Darah yang keluar berangsur-angsung menutup. Liffi tersenyum dan membalas pelukan Sadewa.
Wangi bunga Hibicus kembali menusuk hidung Sadewa, jiwanya kembali, kekuatannya bangkit.
"Tunggu aku, kita pasti selamat." Sadewa menyatukan kening mereka berdua, Liffi mengangguk sambil menggigit bibirnya. Napas mereka berubah menjadi embun karena dinginnya hujan.
Dominic dan Shiera terperanjat saat melihat kejadian ini. Baru kali ini ada werewolf yang memiliki mate seorang manusia. Mereka kira Liffi hanyalah seorang pet peliharaan Sadewa, tapi ternyata Liffi lebih dari sekedar Pet untuknya.
"Apa kau melihatnya, Dom? Bagaimana mungkin?" Shiera menutup mulutnya.
"Sialan!! Harusnya aku tak bermain-main dengan mangsaku." Dominic menyibakkan rambut hijaunya yang luruh dan menutupi wajahnya karena air hujan.
"Dom ... kita mundur saja. Aku terluka, aku tak akan bisa membantumu."
"Tidak, Shiera, Tak akan ada kesempatan kedua bagi kita, Tuan tak akan membiarkan kita hidup." Dominic mencium bibir Shiera sebelum berubah menjadi manusia serigala.
"Dom!!!" Shiera berteriak.
Dominic sudah melompat dengan gesit ke arah tubuh Sadewa. Sadewa bangkit, kekuatan menyelimuti tubuhnya, yah kekuatannya saat ini begitu meluap-luap. Sadewa tak bisa membayangkan bagaimana jadinya kekuatannya saat tidak ada gerhana bulan yang menghalangi mereka.
Dominic memberikan cabikannya, melompat dengan kecepatan penuh. Mencabik-cabik tubuh Sadewa, namun lukanya langsung menutup seakan tak berarti. Dominic berdecak, kekuatan Sadewa naik sangat pesat, sedangkan kekuatannya menurun karena bulan telah menghilang dan Shiera terluka.
Aku harus membunuh mate-nya. Dominic melirik ke arah Liffi yang bersembunyi di balik pohon tumbang. Liffi kelelahan karena menahan rasa dingin.
Dominic mengambil langkah, ia melingsut dari pandangan Sadewa, mengejar punggung Liffi yang terbuka tanpa perlindungan apapun. Sadewa sudah bisa menebaknya, dia memang sengaja membuat Liffi menjadi umpan.
Sadewa mengeluarkan kuku tajamnya sepanjang mungkin. Kukunya sangat tajam, bahkan mampu membelah dahan pohon menjadi 4 bagian saat menyentuhnya. Sadewa menebaskan kekuatannya membuat Dominic terpental. Menabrak mobil milik Sadewa sampai terseret beberapa meter ke belakang.
"Dom ...!" teriak Shiera.
"Maaf saja, dendam apa yang kau katakan sebagai alasan menyerangku, aku tidak tahu. Aku tidak mengenal Aska. Tapi yang ku tahu, kau telah menyakiti mate-ku." Sadewa mendekati tubuh Dominic yang tersungkur saat menabrak mobil Sadewa.
Sama halnya seperti Sadewa, tanpa Shiera Dominic susah untuk sembuh karena gerhana bulan. Sadewa terus melanjutkan langkahnya mendekat, ia kembali mengasah kukunya pada batang pohon yang tumbang.
"Maaf aku akan membunuhmu!!" Sadewa melompat, ia akan menancapkan kukunya pada tubuh jangkung itu sekuat tenaga.
"TIDAK!!"
JLEEEBB
Sadewa membelah Shiera menjadi dua bagian di depan Dominic. Ternyata Shewolf ini mengorbankan dirinya untuk melindungi pria yang dicintainya.
"Shiieraaa!!!" teriak Dominic. Suaranya tak kalah kencang dengan derasnya hujan. Otot-otot lehernya keluar dan menegang.
Dominic langsung memandang Sadewa dengan penuh kemarahan, ia bangkit dan menyuntikan sebuah cairan hijau kekuningan. Cairan itu merubahnya menjadi seekor serigala besar, bulunya semakin berkilau, kekuatan datang berlipat-lipat mengisi otot-ototnya. Matanya sangat merah dan berair, menahan sakit saat cairan kental itu merubah dirinya.
"Brengsek!! Harusnya aku tak perlu menggunakannya. Half wolf sialan." Dominic mengerang, memamerkan taringnya yang semakin tajam.
"Apa itu??" Sadewa kaget, aura Dominic berubah. Dan baunya sama dengan werewolf buatan yang dulu pernah dibunuhnya.
"Siap-siaplah pergi ke neraka, Sadewa!!" Air liur terus menetes dari moncong Dominic, ia berjalan mengitari Sadewa, menunggu saat yang tepat untuk menerkamnya.
oooooOooooo
Hallo, Bellecious
Jangan lupa vote ya 💋💋
Tinggalkan jejak kalian dan beri semangat untuk Belle ♥️
Follow IG untuk keep in touch @dee.meliana