webnovel

Twilight Orb(Bahasa Indonesia)

Aku Berlyn, Aku adalah generasi terakhir dari bangsa AQUATIS. Pelarian sebenarnya bukanlah pilihan Ku. Tapi pemimpin AQUATIS menyuruhku untuk pergi dari peperangan ini dan mempelajari kejadian yang pernah kualami, pemimpin AQUATIS mengatakan bahwa aku punya kemampuan yang berbeda dari bangsa AQUATIS lainnya. Ya, di saat yang tepat, Aku akan kembali merebut tanah kelahiranku.

An_Rye · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
4 Chs

Twilight Orb

"Hei! bangun!" Ucap seseorang dengan hangat sambil memukul pelan pundak ku, Mataku terbuka sedikit. Aku menggeliat malas, rasanya seluruh tulang ku sekarang remuk entah karena apa. Tapi seluruh badan ku sakit, sepertinya Aku salah posisi tidur.

Aku bangkit berduduk di atas ranjang, ekor ku menjuntai ke bawah. Aku mengumpulkan nyawa ku beberapa saat, lalu bersiap sadar seutuhnya.

"Apa Kamu mau ikut ke pasar?" Tanya seorang Pria berhati baik yang masih berdiri di depan cermin

"Apa kamu tadi malam...." Kalimat Ku terpotong.

"Tidak, Aku tidur di luar" Jawabnya singkat. Aku hanya diam beberapa saat. "Bersiaplah, ku tunggu di luar" Lanjutnya sambil berenang pelan menuju pintu utama. Aku hanya mengangguk, padahal Aku belum memberi pernyataan ikut atau tidak.

°°°°°

Ikan-ikan kecil berenang cepat dengan liar, beberapa lumba-lumba bernyanyi ria berputar-putar di antara bantu karang. Orang-orang mulai ramai berlalu lalang, Aku berenang pelan mengikuti Pria di depanku yang sejak tadi sibuk membawa perbelanjaan- nya. Ya! kami berdua sekarang berada di pasar, lumayan ramai dan sangat gaduh. Ternyata seperti ini yang di namakan pasar. Ada banyak sekali orang berjualan, berteriak-teriak bahkan suara tangis anak-anak minta di belikan mainan.

"Bibi, Aku kan sudah bilang tidak boleh membawa anak-anak ke pasar. Mereka harus di lindungi" Tegur Pria berhati baik itu menghampiri seorang wanita paruh baya yang sedang merayu anaknya agar tidak menagis lagi. Pria berhati baik itu memberikan dua buah permen kepada anak kecil itu, dan hebatnya pria itu berhasil menghentikan tangisannya.

"Maafkan Aku Leomord, tapi tidak ada yang menjaganya jika Dia di tinggalkan di rumah" Jawab Ibu dari seorang anak itu. Jadi namnya Leomord, bagus sekali namanya.

"Aku harap Bibi tidak melakukanya lagi, mereka harus kita lindungi" Jawab Leomord lembut.

Aku hanya diam mendengarkan percakapan mereka berdua, Dan apa maksud dari harus di lindungi? Apa bangsa DARAGON juga mengincar tempat ini? Ada di mana-mana kah mereka?

"Ibu tolong Aku!!" Teriak anak kecil yang menagis tadi, nyaris teriakannya membuat Leomord dan Aku terkejut. Pasar menjadi rusuh dan berantakan, semua orang berlari ketakutan. Aku kebingungan, Aku mencari sosok anak yang baru saja berteriak minta tolong.

"Leomord!" Panggil ku.

"Pergilah bersembunyi!" Ucap Leomord tegas pada ku, Aku hanya menuruti perkataannya. Aku berenang cepat sambil menuntun ibu tua itu menuju persembunyian.

"Di sini nak" Ucap ibu tua itu memberi tahu ku tempat persembunyian. Ibu itu masuk kedalam bebatuan, dan ternyata itu adalah sebuah goa. Mengejutkan sekali, permukaan Goa itu sangat kecil, hanya bisa masuk satu-persatu. Tapi dalamnya sangat luas, dan ada banyak orang di sana. Aku menatap sekeliling, ada banyak anak-anak.

"Ada apa Bu?" Tanyaku kebingungan.

"Bangsa DARAGON berhasil menangkap anakku, tapi tenanglah semua akan baik-baik saja. Ada Leomord yang melindungi kita" Jawab Ibu tua itu menjelaskan. Jadi Leomord orang penting di sini, Dia seorang pahlawan. Sudah kuduga sejak tadi malam.

Aku berenang pelan menuju permukaan Goa, dan melihat perdebatan Leomord dengan Monster naga itu. Berani sekali Dia.

"Lepaskan Anak itu! atau kau akan mati!" Ucap Leomord lantang.

"Hahaha, lihat saja dulu!" Jawab monster Naga itu, di kakinya tergantung seorang anak laki-laki yang ketakutan. Monster Naga itu menyerang Leomord dengan semburan apinya, Aneh! kenapa api bisa menyala di bawah air? Leomord menghindar dengan gesit, Dan dengan cepat Leomord menancapkan anak panah tepat di punggung monster itu.

"Aaakkhhhh!!" Monster itu meraung kesakitan, Monster itu memukul dan melempar tubuh Leomord yang sempat lengah. Leomord jatuh terjerembab di tanah, busurnya terlepas agak jauh darinya. Ini berbahaya! Monster itu menghampiri tubuh Leomord yang lemah, dan mencabik-cabik tubuh Leomord dengan kukunya yang tajam.

"Aaaakhh" Leomord berteriak keras karena kesakitan, kalau di biarkan Leomord bisa tewas di tangan monster itu.

Aku terdiam kaku, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Tapi tidak mungkin Aku membiarkan Leomord mati, Aku memegangi pedang ku yang tumpul lalu berenang dengan gesit keluar dari goa. Aku memberanikan diri untuk membantu Leomord.

"Hei bajingan! Aku di sini!" Ucapku meledek, tangan kanan ku sudah dipersenjatai pedang tumpul. Ini adalah kali pertamanya pedang ini keluar dari sabuknya.

Monster Naga itu menoleh ke arahku, matanya tajam. Dia menyeringai memamerkan dua taringnya, Aku bergidik melihatnya dan berharap Leomord segera bangkit untuk membantu ku. Monster Naga itu semakin dekat dengan Ku, Dia melepaskan anak kecil itu dari cengkeraman-ya. Tapi Leomord belum juga bangkit, Dia masih berbaring lemah. Padahal Dia tidak pingsan . Tubuhku mulai bergetar, jantung ku berpacu kencang. Sekarang Aku benar-benar ketakutan. Monster itu mengibaskan ekornya dan berhasil membuatku terpelanting dan tepat bersebelahan dengan Leomord, seluruh tulang-tulang ku rasanya remuk. Mulutku berdarah, dan pedang tumpul ku jatuh begitu juga benda bulat aneh milikku yang terjatuh di dekat kaki monster naga itu. Ah, jadi seperti ini rasanya, inikah alasan kenapa Leomord sangat lama terbaring?

Aku bangkit perlahan dari rasa sakit ku, Aku mengambil pedangku yang tidak jauh dari tempat ku terjatuh. Hanya benda bulat ku saja yang terjatuh di dekat Monster Naga itu.

"Berjuanglah untuk desa Mu" Ucapku lirih kepada Leomord. Leomord masih diam, Merasa tidak di hiraukan. Aku berenang pelan ke arah monster naga itu.

"Berhenti lah bermain!" Ucapku lantang. Aku berenang cepat berniat mengambil benda bulat ku. Tapi sialnya Monster Naga itu tahu apa yang sedang ku incar, Monster Naga itu menginjak benda bulat milikku. Sudah tidak ada harapan, walaupun Aku tidak tahu kegunaan benda itu setidaknya aku menjaganya.

Tapi keajaiban terjadi, Entah apa yang di alami Monster Naga itu. Tapi tiba-tiba Dia meraung kesakitan, suaranya terdengar menyeramkan dan membuatku merinding.

"Berhasil!" Ucap Leomord bangkit dengan semangat. Aku menoleh padanya, bingung dan tidak tahu apa yang berhasil.

"Berikan pedang Elfnya pada ku!" Teriak Leomord padaku.

"Apa? yang mana?" Tanya ku kebingungan.

"Yang ada di tangan Mu!" Ucap Leomord. Tanpa banyak pikir dan bertanya lagi Aku langsung berenang mengarah Leomord dan memberikan pedang tumpul ku padanya. Leomord menyambut pedang itu dengan sigap, dan berenang seperti kilat menghampiri Monster Naga yang masih meraung itu. Leomord menusuk Monster naga itu tepat di perutnya, Monster Naga itu meraung tubuhnya terbakar oleh cahaya kuning gradasi. Dan tak lama tubuhnya hangus.

🌊🌀🌊

Aku, Leomord dan Ibu tua kini sudah kembali ke rumah. Rasa sakit akibat hajaran Monster Naga itu masih sangat terasa, perih dan panas. Rasanya sudah tidak mampu lagi Aku bertahan. Aku duduk di sebuah kursi yang terbuat dari pecahan kerang diikuti Leomord dan ibu tua itu.

"Apa kamu tahu Twilight Orb?" Tanya Leomord membuka pembicaraan.

"Twilight Orb?" Tanya ku heran dan kebingungan.

"Iya, Twilight Orb. Aku berpikir tidak akan menemukan seorang pemegang twilight Orb, tapi ternyata dugaan ku salah" Jelas Leomord dengan mata berbinar.

"Memangnya ada apa dengan pemegang twilight Orb?" Tanya ku pensaran.

"Itu artinya Kami adalah satu-satunya harapan bagi bangsa Elf AQUATIS tuan putri, Kamu adalah keturunan Elf Moonlight. Dimana hanya keturunan Elf Moonlight lah yang bisa membinasakan bangsa DARAGON" Jelas ibu renta yang tadi bersama ku, ternyata Dia ahli sihir. Tapi sihirnya sudah tidak berfungsi sempurna lagi, karena sudah tidak punya tenaga.

"Dan itu artinya, Kamu adalah salah satu anak yang bisa hidup di daratan untuk sementara waktu" Lanjut Ibu renta itu, Namanya Shopia.

"Bagaimana caranya?" Tanyaku lagi.

"Berenang lah ke permukaan, dan duduklah di sebuah batu saat bulan purnama. Pejamkan matamu dan genggam-lah kedua bola Twilight Orb ini secara terpisah" Ucap Bu Shopia menjelaskan panjang lebar tentang kegunaan benda bulat yang selama ini terselip di balik sabuk Ku.

Aku mengangguk paham, Leomord bangkit dari duduknya. Lalu masuk kedalam kamar, tak terlalu lama Leomord kembali dengan membawa lampu buatan yang di lapisi es. Lampu yang sempat Aku kagumi tadi malam.

"Dan ini, Kamu tahu?" Tanya Leomord padaku. Aku menggeleng.

"Ini adalah pecahan bola Twilight Orb yang aku dapatkan saat perang pangeran terdahulu" Jelas Leomord.

"Jadi bola itu bisa pecah, tapi kenapa saat monster itu menginjaknya tidak pecah?" Tanyaku mulai panik dan keheranan.

"Karena kamu punya jiwa berani untuk menyelamatkan Ku tadi. Keberanian, kejujuran dan ketulusan adalah kunci menjinakkan bola Twilight Orb. Jika bola Twilight Orb itu sudah merekat erat dengan jiwamu, Maka bola itu akan berfungsi sempurna" Kali ini bukan Ibu Shopia yang menjelaskan, tapi Leomord yang menjelaskan.

"Jadi kapan bulan purnama?" Tanyaku tak sabaran.

"Sepertinya tidak lama lagi. Sebentar Aku akan memeriksa nya" Jawab Ibu Shopia.

"Bagaimana caranya?" Tanyaku heran.

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Ku, Ibu Shopia memejamkan matanya. Diikuti Leomord. Aku hanya melihat tingkah mereka berdua, beberapa saat sebuah cahaya kekuningan menyinari tubuh Leomord. Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi semakin lama cahaya itu semakin terang. Membuat ku takjub saat melihatnya. Leomord membuka matanya pelan di susul Ibu Shopia.

"Dua hari lagi" Ucap mereka berdua berbarengan.

"Persiapkan dirimu Berlyn" Ucap Ibu Shopia padaku. Aku hanya mengangguk setuju, Dan Aku benar-benar siap sekarang.

"Apa kalian lapar? Aku memasak sesuatu untuk kalian berdua" Ucap Leomord mengakhiri perbincangan.

Terima kasih sudah membaca, tunggu Chapter selanjutnya dan jangan lupa berikan ulasan.

An_Ryecreators' thoughts