webnovel

Twilight Orb(Bahasa Indonesia)

Aku Berlyn, Aku adalah generasi terakhir dari bangsa AQUATIS. Pelarian sebenarnya bukanlah pilihan Ku. Tapi pemimpin AQUATIS menyuruhku untuk pergi dari peperangan ini dan mempelajari kejadian yang pernah kualami, pemimpin AQUATIS mengatakan bahwa aku punya kemampuan yang berbeda dari bangsa AQUATIS lainnya. Ya, di saat yang tepat, Aku akan kembali merebut tanah kelahiranku.

An_Rye · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
4 Chs

Adventure Landed

Hari-hari berlalu, tanpa terasa malam bulan purnama sudah hadir, malam yang terang benderang dan terlihat sangat indah. Dimana di malam inilah petualangan ku, petualangan yang sesungguhnya. Tapi jujur saja, Aku takut dan kehilangan kepercayaan diri, tiba-tiba saja Aku tidak mempercayai perkataan mereka beberapa hari yang lalu.

Aku dan Leomord berenang menuju daratan di temani Bu Shopia, suasana perjalanan lumayan sunyi dan terasa berat bagiku, perjalanan yang lumayan panjang dan melelahkan membuatku sedikit jengkel. Tidak pernah Aku berenang sejauh ini, apalagi harus berenang ke atas. Sulit di lakukan, karena melawan arus dan terbilang nekat karena saat sampai di daratan nanti Aku akan bertemu dengan Bangsa manusia yang sesungguhnya, Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika kami bertiga sampai ke tepian laut nantinya. Aku bergidik ngeri, membayangkan ekor biruku berubah menjadi sepasang kaki manusia. Ah sulit di jelaskan!

"Apa yang kamu pikirkan Berlyn?" Tanya Leomord padaku. Aku tidak menjawab pertanyaan Leomord. Entah, mungkin karena merasa lelah atau jengkel sehingga membuat ku merasa malas berbicara.

"Berlyn, Kamu takut?" Tanya Bu Shopia padaku.

"Entahlah Aku tidak tahu"Jawabku risih.

"Jangan berpikir yang tidak-tidak, fokus dengan tujuan kita" Nasihat Bu Shopia tegas, yang membuatku sedikit tersinggung. Benar juga yang Dia katakan, baiklah Aku harus berpikir positif. Semoga saja apa yang mereka katakan beberapa hari yang lalu benar-benar kenyataan.

"Apa masih jauh?" tanya Leomord pada Bu Shopia.

"Tidak lama lagi kita akan sampai, percepat berenang kalian" Jawab Bu Shopia penuh ambisi dan berenang dengan gesit meninggalkan kami berdua. Aku menatap Leomord heran, Dan Leomord hanya mengangkat kedua bahunya lalu berenang dengan gesit mengikuti ahli sihir itu. Tanpa pikir panjang, Aku melakukan hal yang sama. Batinku selalu berbicara dan bertanya, apa memang nyata seorang bangsa Elf AQUATIS bisa merubah ekornya? Ahh Pikiran ku kacau sekarang.

Bulan semakin bersinar terang, lautan terlihat damai. Hanya riuh ombak yang sesekali terdengar bergemuruh, Aku masih mengikuti Leomord yang kini sudah memelankan berenangnya. Melelahkan juga kalau berenang terlalu cepat, Dan Aku merasakan hal itu.

"Berlyn Leomord!" Panggil Bu Shopia lantang.

Aku dan Leomord terperanjat kaget, Leomord menatap kearah ku. Aku menggeleng tidak mengerti.

"Kita dalam bahaya!" Ucap Bu Shopia lantang, suaranya terdengar parau. Mendengar perkataan Bu Shopia, Badan ku bergetar karena takut. Leomord berenang waspada menghampiri seekor Gurita raksasa, seluruh tubuhnya dipenuhi sengatan listrik. Aku rasa listrik itu adalah kekuatan nya, Astaga monster itu sangat berbahaya.

"Berlyn berdiri di belakang Ku!" Ucap Bu Shopia lantang. Aku berenang cepat menuju Bu Shopia, lalu berdiri berlindung di belakang Bu Shopia. Padahal sebentar lagi kami bertiga sampai ke daratan, ada-ada saja gangguan nya.

Monster Gurita raksasa itu mungkin bukan ras bangsa Elf, melainkan ras Servant Blood. Ras inilah yang mungkin juga ingin memusnahkan bangsa Elf AQUATIS, ternyata mereka hidup dan berkembang di pertengahan lautan sedangkan kami hidup dan berkembang di dasar laut. Elemen utama mereka adalah listrik, sepertinya Ras ini hanya memiliki satu elemen saja. Mungkin. Ah tapi tetap saja menakutkan, wajahnya sangat sangar.

Monster itu meraung, lalu menyambarkan sengatan listriknya tepat kearah ku. Tapi dengan gesit dan secara mengejutkan Bu Shopia mengeluarkan sihirnya, Aku sedikit terkejut ketika menyadari Bu Shopia mengeluarkan sihir dengan kekuatan besar.

"Leomord! Alihkan perhatiannya!" Ucap Bu Shopia lantang, suaranya terdengar ngos-ngosan. Mungkin karena menahan kekuatan yang tidak kalah besar, Kekuatan listrik itu sangat kuat bahkan Aku bisa menyaksikan Bu Shopia hampir kalah jika bertanding sihir.

Leomord mengangguk mengerti, Leomord berenang secepat kilat. Entah ada kekuatan apa yang terjadi pada mereka berdua, tiba-tiba mereka berdua memiliki kekuatan yang tidak terduga. Walaupun Leomord sangat terkejut ketika menyadari dirinya bisa berenang dalam hitungan detik saja dan sampai berhadapan dengan monster itu. Tanpa pikir panjang, Leomord mengeluarkan busurnya lalu membidik dengan sembarangan ke arah tubuh besar monster itu, hal yang tidak di sangka terjadi lagi. Busur-busur panah yang di tembak-kannya itu bercahaya berwarna kuning, seperti yang kulihat di tubuh Leomord waktu itu. Anak panah Leomord berhasil menancap ke tubuh monster itu, Monster itu kehilangan konsentrasinya lalu menghentikan Sambaran listrik pada Bu Shopia. Monster itu meraung dan beralih ke arah Leomord, celaka! salah satu kaki Gurita raksasa itu berhasil melempar tubuh Leomord tepat ke tumpukan batu. Leomord jatuh tersandar, meringis kesakitan bibirnya berdarah. Aku bisa memastikan tulang belulangnya remuk saat itu juga,Leomord terbatuk-batuk lalu bangkit dari posisi tersandarn-ya, seperti yang tadi ku bilang dalam hitungan detik Leomord tiba di hadapan Monster itu. Dia berenang dengan cepat, ya secepat kilat!

"A-Apa?!" Ucap Leomord kaget, karena saat ini Dia benar-benar dalam bahaya. Monster itu mengikat tubuh Leomord dengan kaki-kakinya yang panjang, Monster itu melilitnya dengan erat. Leomord meringis dan menggoyangkan tubuhnya dengan keras, berharap Dia bisa terlepas dari jeratan Monster itu.

"Kenapa bisa?" Ucap Bu Shopia kaget sekaligus khawatir.

"Butuh bantuan!" Teriak Leomord lemah.

"Diam di sini Berlyn" Ucap Bu Shopia padaku " Aku datang!" Ucap Bu Shopia pada Leomord sambil berenang dengan gesit namun tetap berhati-hati.

Bu Shopia mengeluarkan sihirnya, sekarang sihir itu semacam titik-titik air tapi sangat banyak. Bu Shopia mengarahkan sihirnya tepat ke arah monster itu, tapi tidak mempan. Bu Shopia mengulanginya lagi, kali ini sihir semacam dedaunan ah bukan tapi tumbuhan yang melilit, Tapi tumbuhan itu malah hangus terbakar karena sengatan listrik yang dihasilkan dari tubuh si Monster.

"Ahhhh!" Teriak Bu Shopia geram, dirinya berharap bisa mengikat Monster itu dengan sihir tanaman melilit, Tapi sayangnya Bu Shopia mengalami hal yang sama, Monster itu mengikat tubuh Bu Shopia dengan erat. Lalu menyambarkan sengatan listrik tepat ke tubuh Leomord dan Bu Shopia.

"Akhhh!" Teriak mereka berdua berbarengan. Monster itu meraung dengan keras, lalu berjalan ke arah ku. Aku menyiapkan diri sendiri.

"Lari Berlyn! lari!" Teriak Leomord dengan suara yang benar-benar lemah sekarang, Aku bisa menebak mereka berdua akan mati di hadapanku.

"Tidak! Aku akan coba meyelamatkan kalian!" Entah atas alasan apa, tiba-tiba Aku sok menjadi pahlawan.

"Jangan Monster ini sangat kuat! Pergilah ke daratan!" Imbuh Bu Shopia lantang.

"Tidak! Kita datang bersama dan kita akan pulang bersama!" Ucapku percaya diri, Aku mengeluarkan Twilight Orb ku.

"Jangan gunakan Twilight Orb nya!" Teriak Bu Shopia.

"A-apa!?" Aku terkejut, kenapa tidak boleh menggunakan Twilight Orb?

"Aku akan cari cara lain!" Jawabku sambil berpikir.

Tidak ada pilihan lain, Aku harus bertarung dengan pedangku sendiri. Baiklah pedangku dan hatiku, ya akan ku lakukan. Aku mengeluarkan pedang Elf, hanya inilah senjata satu-satunya yang aku miliki. Aku berenang dengan mantap menghadapi Monster Gurita raksasa itu, Monster itu mulai menggerakkan kakinya yang panjang. Aku menghindar dari serangannya, Monster itu menggeram lalu menyeringai. Monster itu kembali menggerakkan kaki-kakinya yang panjang, sekali lagi Aku masih menghindar. Monster itu meraung lalu menyerang ku dengan brutal, Dengan sigap Aku menghindar dari serangannya tapi gagal salah satu kakinya berhasil memukulku, Aku terpelanting di udara. Untungnya Aku masih bisa menyeimbangkan tubuhku agar tidak terjatuh. Aku memperbaiki posisiku, bersedia menahan serangannya.

"Berlyn awas!" Teriak Leomord lemah terbatuk.

Aku menoleh ke belakang sengatan listrik mengenaiku, tubuhku melemah. Monster Servant Blood itu berhasil melukaiku, sengatan listriknya berhasil membuat tangan kiri ku terluka. Ternyata serangan listrik itu adalah benda tajam, bukan listrik sesungguhnya melainkan senjata maksud ku tak lain semacam pedang. Listrik itu keluar dari kaki-kakinya yang panjang, itu artinya kakinyalah kelemahannya.

"Baiklah, Aku tau rahasianya!" Teriakku girang.

Aku berenang lebih dekat ke arahnya, Aku diam mematung membiarkan dirinya memukuli ku. Walaupun Aku merasa kesakitan, sisi bibirku berdarah rasanya tulang belulang ku rusak.

"Berlyn jangan bercanda!" Teriak Bu Shopia panik, wajahnya memerah nafasnya tersengal-sengal.

Aku tidak menjawab pertanyaan Bu Shopia, Merasa mainannya tidak bergerak, Monster Servant Blood itu menjulurkan kakinya. Kurasa Monster itu ingin mengikatku.

"Bagus!" Ucapku pelan, Monster itu hampir mengikatku. Dengan sigap Aku memotong kakinya yang lumayan keras itu, Monster Servant Blood meraung. Raungannya terdengar menyedihkan sekarang, monster itu mundur karena dirinya mulai melemah. Sumber listrik yang ada di seluruh tubuhnya mulai berkurang, Aku berenang maju dengan percaya diri. Tanpa Ampun Aku memotong dua kaki yang mengikat tubuh Leomord dan Bu Shopia, Monster itu lagi-lagi meraung. Dara hanya menempel di wajah ku, bahkan juga mengotori bajuku. Leomord dan Bu Shopia berenang dengan gesit, mereka berdua mengambil posisi.

"Kerja bagus kawan!" Ucap Leomord girang, Leomord membidikkan anak panahnya tepat di mata monster itu, Di tambah sihir kilat Bu Shopia membuat Monster itu mati terkapar tak berdaya. Akhirnya kemenangan milik kami.

🌊🌀🌊

Malam semakin larut, Kami bertiga memilih melanjutkan perjalanan. Aku membersihkan wajah dan pakaian ku yang bersimbah darah di bantu oleh Leomord, sekaligus membersihkan bibirnya dari darah yang mengering karena Monster itu.

" Bu Shopia, bukankah kamu pernah bilang padaku. Bahwa sihirmu tidak berfungsi lagi" Tanya ku penasaran, sejak tadi Aku menahan pertanyaa ini.

"Aku sudah menduga kamu akan menayangkan kejadian tadi" Jawab Bu Shopia tersenyum tipis.

"Aku tidak tahu banyak, percaya Atau tidak sebenarnya Aku tidak mengeluarkan sihir saat melindungi mu tadi" Jelas Bu Shopia serius, kedua bola matanya menatap ke arah ku. Aku jadi sedikit takut, karena matanya sangat tajam. Aku baru menyadarinya sekarang.

"Lalu?" Tanyaku semakin penasaran.

"Sihir itu keluar sendiri, entah kenapa saat mencoba menyelamatkan Mu. Tiba-tiba saja keajaiban terjadi, Sihirku berfungsi dengan baik" Ucap Bu Shopia sambil berpikir.

"Tapi Aku berterima kasih padamu, Kamu sudah menyelamatkan Kami berdua" Lanjut Bu Shopia tersenyum lebar. Aku membalas Bu Shopia dengan senyuman ku.

"Ternyata Kamu sangat manis" Ucap Leomord tiba-tiba menimpali percakapan kami berdua.

"Ouh ya! Bibi Aku rasa Aku juga punya kemampuan sihir atau semacamnya" Ucap Leomord dengan mata berbinar.

"Maksud Mu?" Tanya Bu Shopia heran.

"Aku punya kemampuan berenang super, Maksudku Aku bisa berenang dalam hitungan detik" Ucap Leomord dengan mata berbinar.

"Iyah, Aku sempat melihat Mu tadi" Timpal ku santai. Leomord menatap ke arah ku.

"Tapi tadi Aku mencobanya lagi, ternyata sudah tidak berfungsi" Jelas Leomord, kini mimik wajahnya jadi cemberut dan kecewa.

"Itu Artinya sihir ku juga tidak berfungsi dengan baik lagi" Ucap Bu Shopia tersadar, Dia mulai berpikir panjang. Bola matanya menatap kesan kemari, entah apa yang di lihatnya.

"Aku tidak mendapatkan jawabannya" Ucap Bu Shopia menunduk. Dia menarik nafas berat, dan menghembuskan nafasnya kasar. Mungkin Dia merasa lelah.

"Baiklah mari kita lanjutkan perjalanan, Aku takut pagi datang. Maka misi kita kali ini akan gagal" Imbuh Leomord sambil berenang menuju ke daratan.

Aku mengangguk mengiyakan, Aku berenang mengikuti Pria berwajah tampan itu, Dia sudah agak jauh dari kami berdua. Bu Shopia menggerakkan ekornya, dan berenang mengikuti kami berdua. Aku berenang sedikit pelan, Beberapa ekor ikan-ikan kecil berenang bergerombol. Aku menatap sekeliling, Aku terperangah kagum melihat keindahan air permukaan, Ada banyak sekali ikan-ikan kecil selain itu Aku juga bertemu tiga ekor lumba-lumba. Lumba-lumba itu menghampiri kami bertiga, Aku memberanikan diri menyapa lumba-lumba itu.

"Hai lumba-lumba yang lucu" Sapa ku kaku, tapi ketiga lumba-lumba itu tidak merespon sapaan sopan ku. Aku jadi sangat kecewa, padahal Aku dan ikan-ikan itu sama-sama tinggal di air, tapi kenapa mereka tidak menghiraukan sapaan ku. Sombong sekali mereka.

"Bukan begitu caranya" Ucap Leomord tiba-tiba menghampiri ketiga lumba-lumba itu.

"Begini caranya" Ucap Leomord sambil mengelus kepala salah satu lumba-lumba, Leomord juga memberikan senyuman yang tulus ketika lumba-lumba itu menciumi pipinya. Ah kenapa Dia sangat mempesona? sampai-sampai lumba-lumba itu menyukai nya.

"Kamu hanya perlu mengusap kepala mereka, jika mereka suka dan tertarik dengan mu. Mereka akan menciumi mu" Jelas Leomord sedikit sombong, jari-jarinya kini berubah menggelitiki tubuh lumba-lumba. Entah bagaimana, Aku tidak mengerti mengapa lumba-lumba itu berputar mengelilingi tubuh Leomord Aku jadi semakin tidak tahan Ketika melihatnya tersenyum, ah ada apa ini?

"Biarkan Aku mencobanya" Ucapku sambil mendekati lumba-lumba di sebelah kiri Leomord.

Aku mendekati lumba-lumba itu, lalu melakukan hal yang sama seperti yang di lakukan oleh Leomord. Aku mengusap kepala lumba-lumba itu dengan lembut, tidak membutuhkan waktu lama. Lumba-lumba itu menciumi pipiku.

"Geli! berhenti, ini geli hahahaha" Aku tertawa geli, lumba-lumba itu malah semakin menciumi pipiku, lalu berputar-putar mengeliliku. Ini sangat mengasyikkan.

"Wow! waw! Apa yang kamu lakukan?!" Ucap Leomord heboh, Aku menatap ke arahnya. Lumba-lumba itu menaikkan tubuh Leomord ke atas punggungnya.

"Apa kamu Ingin memberiku tumpangan? wah terima kasih" Ucap Leomord dengan wajah berseri.

Tidak ku sangka, Ternyata lumba-lumba di depan ku juga melakukan hal sama. Aku duduk di atas punggungnya sekarang! Aku di beri tumpangan.

"Bu Shopia! Satu lumba-lumba ini ingin memberimu tumpangan!" Panggil ku lantang.

Bu Shopia berbalik, lalu menyapa lumba-lumba di belakangnya yang sejak dari tadi mengikuti Bu Shopia.

"Terima kasih sayang! haha". Bu Shopia tertawa geli ketika lumba-lumba itu menciumi Bu Shopia.

Terima kasih sudah membaca, Berikan ulasan jika kamu suka. Dukung terus ya, biar semangat. Tunggu Chapter selanjutnya setiap awal pekan, See you

An_Ryecreators' thoughts