Mendapati Ling Chu dan Guo Yan lari tanpa arah membuat semua orang geli oleh tingkah mereka.
Dibawah pohon pinus raksasa, Guo Chen tersenyum memandangi Ling Chu. Melihat ini, Ling Yao mencondongkan tubuhnya, memanggil pria itu dengan lirih, "Xiao Chen.."
Ling Yao memucat ketika Guo Chen memberi tatap dingin padanya, "Apa?"
"Xiao Chen, bisakah kita pergi berdua? Aku ingin bersamamu.." Kata Ling Yao yang menunduk menggigit bibirnya.
"Tidak. Yang lain ada disini" Implikasinya Guo Chen tidak ingin pergi dengan Ling Yao. Mata obsidian itu hanya terpaku pada sosok gadis berambut coklat.
Ling Yao menatap Ling Chu penuh kebencian. Tidak masalah jika dia merebut hati ayahnya tapi tidak dengan Guo Chen. Xiao Chen adalah miliknya, hanya dia yang pantas mendapat cinta Guo Chen.
Mata jahat Ling Yao jatuh dalam pandangan Guo Chen. Tangan yang biasanya lembut, menggenggam lengan Ling Yao dengan kasar menarik wanita itu lebih dekat dengannya.
"Ling Yao jika kamu menyakiti Ling Chu. Aku tak segan-segan melemparkanmu ke sana lagi" Ujar Guo Chen sebagai peringatan terakhir untuk Ling Yao.
Kaki Long Yao gemetar, meraih kaos Guo Chen sambil memohon belas kasihan, "A-aku menepati janjiku. Jangan bawa aku ke ruang gelap itu"
Ketika Ling Yao menyelesaikan masalah ujian Ling Chu, ia pergi berlibur ke kota J untuk menyenangkan hatinya. Belum sampai sehari di kota J, ia diculik tidak tahu dibawa kemana. Ling Yao bertemu dengan Guo Chen di lorong bangsal yang remang-remang.
Bang! Bang! Bang!
"Tolong! Ahh!!! Bukan akuu!! Bukan aku yang melakukannya! Akh-!"
Ling Yao menjadi kaku saat mendengar suara histeris yang ia kenal. Itu Shen Fei. Darah mengalir di balik pintu besi tempat suara Shen Fei berasal.
"Ling Yao, kamu sungguh tak berguna. Tidak bisa menyelesaikan masalah kecil yang kamu buat sendiri"
"A-aku sudah membereskannya! Lepas!" Teriak Ling Yao yang gemetar, melepaskan cengkraman penjaga di belakangnya.
Guo Chen bersandar pada sofa tunggal. Ia memicingkan mata phoenixnya, dengan dingin berkata , "Tadi siang, Shen Fei mencoba menikam Ling Chu"
"Apa?!" Kata Ling Yao terkejut, "Xi-xiao Chen, Aku tidak tahu soal ini. Aku tidak menyuruhnya!"
"Bawa dia pergi" Perintah Guo Chen pada penjaga.
Ling Yao terbelalak ngeri, mencoba mendekat pada Guo Chen namun ia diseret ke ruang yang sama dengan Shen Fei.
"Guo Chen! Jangan tinggalkan aku! Tidak! Lepaskan aku!" Teriak Ling Yao sebelum melihat cahaya terakhir dari lampu remang bangsal.
Berhari-hari ditempatkan ruang sempit, lembab dan tanpa suara. Bersama tubuh bersimbah darah yang tak bergerak hampir membuat psikologis Ling Yao runtuh.
Dia tak ingin dikurung lagi dan tidak mau bernasib sama seperti Shen Fei.
Ling Yao tak fokus, nafasnya sesak tersendat-sendat. Bayangan gelap dan histeria yang ia alami berputar kembali dalam ingatannya.
Inilah hasil yang ingin Guo Chen ciptakan pada Ling Yao. Hanya saja dia terlalu lama menunda hingga wanita ini berani melakukan semaunya sendiri.
Melemparkan Ling Yao layaknya objek, Guo Chen menjauh darinya. Mata phoenix itu melirik sekilas. Ia berkata dengan nada mengancam, "Bertingkahlah sebagaimana mestinya. Aku tidak membutuhkan barang rusak"
Ling Yao terjatuh berjongkok di tanah. Tempat hutan ini seharusnya hangat tapi Ling Yao yang sembunyi di balik pohon, tak henti-hentinya menggigil.
Matahari mulai terbenam, Guo Yan merenggangkan tubuhnya yang kaku akibat duduk seharian. Ia membuka bagasi bersiap untuk pulang.
Ling Chu berusaha menarik terumbu berisi ikan di air. Namun beban ikan yang terkumpul banyak membuatnya kesulitan menarik ke daratan.
Melihat sekeliling, orang yang ada di dekatnya adalah Jiang Mu yang membereskan alat pancing, "Kakak Mu bantu aku!"
Jiang Mu menghampiri Ling Chu tapi terumbu ikan telah ditarik keluar oleh orang lain di sebelah Ling Chu.
"Ah, Kakak Chen.. Terima kasih" Kata Ling Chu yang terkejut.
Jiang Mu tak banyak bicara, ia kembali membereskan sisa alat pancing.
Guo Chen mengambil alih pekerjaan Ling Chu, menyuruh gadis itu istirahat di mobil.
Mereka kembali ke villa dengan membawa ikan besar dan gemuk. Sebagian besar tangkapan itu milik Jiang Mu dan Ling Chu.
"Ck, kapan-kapan ikut aku mancing ikan master" Kata Guo Yan memeluk bahu Ling Chu.
Kolam pancing master adalah tempat khusus bagi pemancing senior untuk lomba menarik ikan berukuran raksasa. Siapa yang menarik ikan terberat, dia'lah yang menang.
"Aku tidak tertarik" Tolak Ling Chu yang menyisir rambutnya setelah di hair dryer.
"Kamu hanya perlu datang, aku yang akan bayar" Kata Guo Yan mengguncang bahu Ling Chu.
"Aku tidak mau pulang tanpa membawa hasil" Balas Ling Chu dengan malas memutar matanya. Dia juga tak ingin pulang pegal-pegal karena menarik ikan jumbo.
"Kamu tidak asik" Ejek Guo Yan mengacak rambut Ling Chu.
Ling Chu dengan galak memelototi Guo Yan. Dia baru saja selesai menyisir dan memberi vitamin pada rambutnya.
"Kalian cepat kemari, waktunya makan malam" Panggil Guo Chen yang menyiapkan piring untuk makan.
Menu makan malam hari ini serba ikan. Ling Chu yang biasanya suka makan, merasa eneg melihat banyaknya ikan di atas meja.
"Tiba-tiba aku ingin makan pizza" Kata Ling Chu.
"Pesan saja besok. Siapa yang ingin mengantar malam-malam di atas gunung" Balas Guo Yan menyenggol bahu Ling Chu untuk duduk.
Ling Chu menghela nafas, kenyataan bahwa dia eneg pada ikan. Ia tetap memakan beberapa potong ikan, siapa yang menyuruh Bibi-bibi itu lihai dalam memasak.
Liburan terasa sangat santai dan tenang. Lagu jazz yang diputar Guo Chen ditambahi oleh kegaduhan game kedua Ling Chu dan Guo Yan.
Bulan purnama bersinar terang pada malam yang gelap. Ling Chu berjalan ke lorong lantai dua dimana kamarnya berada. Seseorang yang tak biasaberkunjung sedang menunggunya di depan pintu kamar.
"Kakak Ran? Kenapa kamu di sini?" Tanya Ling Chu keheranan.
Xie Ran tampak murung, "Bisakah kita bicara di dalam?"
Ling Chu memiringkan kepala kebingungan tapi ia mengundang Xie Ran masuk ke kamar. Dia cukup penasaran tentang apa yang ingin dikatakan Xie Ran.
"Ada apa Kakak mencariku?" Tanya Ling Chu yang duduk di kasur.
Xie Ran tetap berdiri, ia menatap serius pada Ling Chu, "Xiao Chu, kamu tahu aku adalah teman baik Yao Yao. Sebagai temannya, aku ingin Yao Yao bahagia"
Ling Chu tidak mengerti dimana arah pembicaraan Xie Ran, ia tetap mendengarkan ucapan protagonis wanita.
"Aku tahu kamu berselingkuh dengan Guo Chen, tunangan kakakmu" Lanjut Xie Ran.
"Apa?! Aku tidak berselingkuh dengan siapapun dan aku tidak menyukai Guo Chen" Elak Ling Chu, tak percaya oleh ucapan Xie Ran.
Xie Ran merasa Ling Chu tak punya malu, ia bertanya dengan tegas, "Lalu kenapa kamu berciuman dengan Guo Chen di bangsal rumah sakit?"
Wajah Ling Chu memerah mengingat kejadian itu, "I-ini kesalahpahaman. Dia memaksaku, aku tidak benar-benar setuju"
"Aku melihatmu bersandar pada Guo Chen" Kata Xie Ran menghela nafas, ia merasa percakapan ini tidak akan berakhir dengan baik.
"Ling Chu, dengar, perselingkuhan bukanlah hal baik. Kamu akan membuat keluargamu sedih dan kecewa terutama Kakakmu, Ling Yao. Tidakkah kamu melihat Yao Yao sangat patah hati kar'namu?" Imbuh Xie Ran.
Ling Chu tertegun, ia merasa dirugikan saat ini. "Kakak Ran, kamu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi di antara kami"
Xie Ran meraih pundak Ling Chu, "Ling Chu, aku mengerti bahwa Guo Chen-"
"Aku bilang kamu tidak tahu apa-apa. Guo Chen memang menyukaiku dan aku telah menolak isyaratnya berkali-kali" Ling Chu menepis tangan Xie Ran. Ia menatap Xie Ran, berkata dengan tersenyum miris, "Sekarang aku harus menjauh dari Guo Chen? Dari awal aku tidak pernah dekat dengannya"
Rasa sakit yang tak terucap muncul dalam dirinya tapi Ling Chu tetap keukeuh berkata, "Baiklah, aku mengerti. Aku hanya perlu menjaga jarak lebih jauh 'lagi' dengan Kakak Chen agar Kakakku bahagia'kan?"
Xie Ran mengerut alis, ia tidak senang oleh ucapan sembrono Ling Chu namun tak membantah karena hal itulah yang ia inginkan dari Ling Chu.
Setelah menutup pintu kamar itu, Xie Ran berjalan dengan linglung. Sedikit tidak nyaman oleh perkataan terakhir Ling Chu.
'Kakak Ran, kamu sangat baik. Tapi kamu tak pandai menilai orang'
Ling Chu merebahkan tubuh, menggosok kasar dadanya yang sesak. Ada yang meremas hati kecilnya. Tiba-tiba Ling Chu menyesal, mengingat apa yang ia ucapkan tentang Guo Chen.
Ling Chu : "Tapi.." Kenapa aku menyesalinya?