Dalam kegelapan, mobil yang ditumpangi Ling Chu terus bergoyang. Semakin lambat mobil bergerak semakin dingin kaki Ling Chu.
Seakan menunggu kematian dari pada diselamatkan Guo Chen. Meski kekasihnya adalah protagonis dunia, dia tak optimis Guo Chen dapat menyelamatkannya tepat waktu.
Cit!
Mobil terhenti, suara pintu mobil terbuka. A Wu yang menyetir turun terlebih dahulu sebelum A Kang. Ling Chu mengetahui nama mereka sejak dalam perjalanan ke gunung belakang.
"Turun" Perintah A Kang menarik lengan Ling Chu.
Ling Chu mengikuti tarikan A Kang, tiba-tiba penutup matanya dibuka. Mengerjapkan mata, Ling Chu melihat dua pria paruh baya dan seorang pemuda.
"Wah! Barangnya sangat bagus!" ujar Pemuda itu dengan heboh, dia yang memainkan kain penutup mata sambil bersiul menatap tubuh Ling Chu.
"Hm, dilihat dari wajahnya, nilai gadis ini tidaklah kecil" kata paruh baya A yang mengenakan sweater hijau tua.
"Apa kau yakin Tuan Ying tidak menginginkan gadis ini?" tanya paruh baya B berjas coklat dengan hati-hati. Dalam hatinya, dia sangat antusias dengan barang yang dikirim Tuan Ying hari ini.
A Kang yang berada di samping Ling Chu mengangguk tanpa ekspresi, "Sesuai aturan lama. Bayar kami setelah terjual dilelang besok"
"Kkekeke, tenang saja. Kami akan memberi harga yang memuaskan pada Tuan Ying" kata pria paruh baya A.
Mata Ling Chu terbelalak mendengar ucapan A Kang. Dia tidak dibunuh dan dibuang ke hutan belantara, melainkan dilelang melalui bantuan tiga pria ini.
Ling Chu masih hidup tapi ia tidak lega sama sekali. Keluar dari gua harimau sekarang pergi ke kawanan serigala. Ling Chu sangat cemas, ia mulai berpikir bagaimana bisa kabur dari tangan mereka.
Tiba-tiba punggung Ling Chu didorong oleh A Wu. Membuat jaraknya lebih dekat ketiga orang di depannya.
Paruh baya berjas coklat dengan penuh semangat mencengkram pundak Ling Chu, mengangguk setuju dengan ucapan saudaranya, "Mm, berkat Tuan Ying pelelangan kami sangat sukses!"
Kedua bawahan Ying Bai saling melirik sebelum mengangguk. Setelah menyelesaikan transaksi, A Wu dan A Kang pergi meninggalkan Ling Chu tanpa melihat ke belakang.
Yang tersisa di hutan bersalju hanya Ling Chu bersama ketiga pria itu.
"Xiao Ze, jaga gadis itu untuk kami" Perintah pria paruh baya berjas coklat.
"Baik~" pemuda itu mendekati Ling Chu. Dia tak bisa berhenti melirik dada lembut Ling Chu yang tersembunyi dibalik pakaian tebal.
"Hmm~ Adik, kamu benar-benar menawan. Terutama matamu secantik ruby" Goda pemuda yang menatap wajah Ling Chu dari dekat.
Mata dengan iris merah sangat jarang dimiliki penduduk di negara A. Mayoritas di negara ini memiliki iris berwarna coklat dan abu-abu.
Rasa jijik tidak bisa Ling Chu tutupi, pemuda itu terkekeh oleh reaksi Ling Chu. Dia semakin tertarik pada wanita ini.
Menjepit dagu lembut Ling Chu, ia berkata dengan suara rendah menggoda, "Namaku Ming Ze, kamu bisa memanggilku Xiao Ze"
Plak!
"Ah! Ayah, kenapa kamu memukulku?!" teriak Ming Ze yang cemberut dipukul oleh pria berjas cokelat.
"Aku menyuruhmu menjaga gadis itu, bukan bermain dengannya! Bawa gadis itu ke dalam mobil" perintah Ayah Ming Ze yang naik ke mobil.
Saat tidak ada yang memperhatikan, Ling Chu melihat ke arah hutan bersalju yang memiliki semak setinggi pinggang pria dewasa. Semak-semak itu memiliki rongga yang cukup bagi dengan tubuh Ling Chu, dia bisa berlari ke dalam hutan.
Tap!
Seseorang mencengkram erat bahu Ling Chu hingga ia mengernyit tak nyaman.
Ling Chu menoleh marah pada Ming Ze namun senyuman datar Ming Ze dan tatapan dingin membuat bulu kuduknya merinding.
"Adik~ mau kemana~?" Ming Ze menarik pinggang Ling Chu, tangan kiri yang bebas dengan tidak senonoh meremas pantat Ling Chu. Pria itu berkata dengan suara rendah yang mengancam, "Jika kamu melarikan diri dan tertangkap olehku, Aku akan menelanjangi dan memperkosamu di tempat"
Ling Chu tercekat mendengar ucapan Ming Ze, nafasnya memendek berantakan. Ia memandang ngeri pada Ming Ze.
"Xiao Ze, cepatlah!" Teriak pria paruh baya yang mengenakan sweater.
"Ah ya, Paman! Tunggu aku!" Teriak Ming Ze, tangan kiri menggosok pinggang lembut wanita dalam pelukannya. Dia menunduk berbisik dengan nada nakal, "Adik, saatnya kita pergi~"
Ling Chu yang masih terikat menggigit kain di mulutnya. Menahan rasa mual dari sentuhan pria itu. Mau tak mau ia harus mengikuti perintah Ming Ze.
Ling Chu : "....." Hanya sementara..
Hutan yang tertutupi salju menjadi tontonan Ling Chu untuk melamun. Dalam kendaraan dia terus memandang keluar jendela.
Dalam pikirannya sekarang, bukanlah rencana melarikan diri. Melainkan mempertanyakan bagaimana reaksi orang tua dan kekasihnya saat tahu Ling Chu menghilang. Apakah mereka bisa menemukannya di tempat ini? Di pelelangan itu?
Ling Chu : "..." ..atau tidak sama sekali
"Hei~ apa yang kamu pikiran?" Ming Ze menggerayangi paha dalam Ling Chu. Kebetulan ia menyentuh luka melepuh yang dibuat Ling Yao.
"Enggg!!" Ling Chu memekik kesakitan, ia mengeluarkan keringat dingin memandang Ming Ze dengan penuh kebencian.
"Eh..?? Apakah kamu terluka?" Tanya Ming Ze dengan heran dengan reaksi berlebihan Ling Chu.
Ling Chu terdiam sebelum mengangguk.
Mata Ming Ze menggelap, "Apakah ada bekas luka di tubuhmu?"
Ling Chu tidak menjawab, ia menatap waspada pada Ming Ze yang menyeringai dalam.
Perjalanan tak memakan waktu lama, kurang dari setengah jam mobil berhenti. Ditengah hutan bersalju terdapat sebuah gedung lantai dua seperti homestay terpencil.
Ayah Ming Ze menyuruh Ming Ze memimpin Ling Chu ke ruang kebersihan dekat tangga. Namun Ling Chu dibawa Ming Ze ke ruang paling ujung di lantai dua yang paling tidak mencolok.
Pintu ruangan tersebut terbuka, terdapat lemari, kasur size queen dan perabotan umum dari kamar hotel bintang tiga.
Ling Chu yang panik meronta hebat saat tahu niat busuk pria rubah itu. Bahkan jika dia tidak kabur, Ming Ze akan memperkosanya!
"Sst! Patuh" Ming Ze berada di belakang Ling Chu, dia merangkul kuat tubuh wanita itu dan berbisik dengan lambat, "Ini hanya inspeksi, tidak akan lama~"
Ling Chu : "Mmm!!" Bajingan! Inspeksi macam apa? Lepaskan aku!
Ming Ze : "Apa? Kamu tidak sabar lagi? Hahaha, Kakak Ze akan memuaskanmu"
Ling Chu : "Mmmm!!" Bajingan gila!!
Pria tinggi dan sekuat Ming Ze dengan mudah melempar Ling Chu ke ranjang.
Ming Ze melempar jaket dan kaos yang ia kenakan sembarangan di lantai. Sesekali Ming Ze menunjukkan ekspresi mesum pada Ling Chu untuk membuat wanita dihadapannya semakin panik.
Agar mangsa tidak lari, Ming Zhe menindih kaki Ling Chu dengan lututnya. Membuat Ling Chu seperti ikan sekarat di atas talenan, mengguncang seluruh tubuh untuk demi menyelamatkan nyawa.
Ming Ze tertawa, reaksi wanita ini tak jauh berbeda dari gadis-gadis yang pernah ia perkosa. Kepanikan mereka membuat Ming Ze ingin terus menggoda mereka sampai putus asa, tak bisa berbuat apa-apa.
Semakin kaya ekspresi Ling Chu semakin antusias Ming Ze untuk menaklukkannya.
"Mm!!" Ling Chu mencoba mendorong dada Ming Ze tapi tak membuahkan hasil.
Ming Ze mengikat tangan Ling Chu pada salah satu tiang tempat tidur.
"Adik~ patuh" Ming Ze menarik kemeja hingga terangkat, menunjukkan buah dada putih yang lembut. Pinggang ramping halus tanpa banyak lemak, memanjakan mata lawan jenis.
Ming Ze menelan ludah, sudah lama dia tak bertemu gadis selembut ini. Dia meremas kuat kedua payudara wanita di bawahnya, tanpa peduli ekspresi jijik dan keengganan Ling Chu.
"Enngg! Hee!"
Ling Chu merinding, tubuhnya seperti dihinggapi ribuan serangga. Sentuhan kasar bukan milik kekasihnya membuatnya mual, ingin muntah.
"Sstt~ Adik, Kakak akan memeriksa lukamu" ujar pria itu sambil terkekeh puas.
"Mm!!" Ling Chu merasakan seseorang menarik celananya. Dia berusaha keras menggerakkan tubuh bagian bawahnya agar celana yang ia kenakan tak lepas.
Angin dingin menyapu kulit Ling Chu, ia gemetar bukan karena kedinginan melainkan harga dirinya sebagai wanita teraniaya.
Rasa malu dipandang senonoh oleh mata dari pria menjijikkan itu. Jika dia bisa melawan, dia ingin menusuk kedua bola mata Ming Ze.
"Haha, kamu pasti dari keluarga baik. Lihat tubuhmu sangat lembut, kulitmu seputih salju" mata Ming Ze menunjukkan kekaguman pada tubuh elok Ling Chu.
Setiap kali mengelus pinggang dan perutnya wanita dibawahnya akan gemetar pelan.
Tangannya terhenti pada celana dalam merah muda yang belum terlepas. Menutupi bagian intim milik wanita itu.
Ming Ze menyelipkan ujung jarinya dalam sela celana dalam Ling Chu, mata rubah itu menyipit murung, "..sayangnya, kamu akan di lelang malam ini. Aku hanya bisa mencicipi sekarang"