"Yang coklat?" tanya si kecil itu.
"Ada dong," Jodi mengedipkan sebelah matanya ke arah sang kakak. "Banyak…"
Amia paham itu. Tadi Jodi bilang si kecil itulah yang paling suka martabak, khususnya martabak coklat. Ternyata benar, bahkan sangat ampuh membujuk si kecil itu dari tangisnya. Hal ini kembali memancing senyum manis di wajah bak purnama merindu itu.
"Martabak mini…!" teriak Arjuna yang membuat kaget Amia. "Serang…!"
Dan yang satu itu juga, pikir Amia, benar-benar aneh dan menggelikan tingkah lakunya.
"Iih, awas!" ujar Shinta sembari mendorong tubuh Arjuna. "Shinta nggak kebagian. Bang Juna sono!"
"Itu masih banyak!" balas Arjuna cuek saja.
"Udah-udah," timpal Jodi. "Semua kebagian kok."
"Bisik lu, Jun," sahut Bima pula. "Yang bener ambilnya, malu tuh sama kakaknya Bang Jodi."
Arjuna melirik ke arah Amia dengan satu martabak mini berada di mulutnya, terjulur setengah dari panjang gulungan makanan tersebut.
"Hee…" ujar bocah SD tersebut sambil menyengir. "Maap, Kak."
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com