webnovel

Tiga lawan satu

Langit cerah di balik kaca toko terlihat sangat indah. Juga suasana tenang namun ramai membuat Ara tersenyum puas. Belum lagi, aroma roti yang menguar memenuhi rongga penciumannya.

"Mbak Ara, alhamdulillah ya. Toko kue ini masih tetap ramai meskipun sempat tutup hingga pindah," ucap Mita dengan senyum tulus menghiasi wajah ayunya.

"Iya, Alhamdulillah. Kamu tolong bantuin Nisa di belakang ya, biar Mbak yang urus disini," balas Ara.

Ara begitu senang dengan pencapaiannya hari ini, meskipun bukan pencapaian besar namun itu sudah lebih dari cukup. Terlebih lagi, kita harus pandai-pandai bersyukur atas apa yang diberikan Tuhan kepada kita.

Sesekali Ara melirik, menyapu setiap sudut toko yang masih penuh dengan pelanggan yang tengah menikmati kue baru buatan Ara. Mereka semua tampak sangat menikmatinya.

"Permisi Mbak," sapa seorang wanita paruh baya yang masih terlihat begitu cantik.

Ara sedikit terkejut karena tadi ia melamun memikirkan beberapa menu yang ingin ia tambahkan.

"A-ah. Iya, ada yang bisa saya bantu Ibu?" jawab Ara ramah.

"Mm, saya ingin memesan beberapa potong kue dengan jenis berbeda. Sebentar ya Mbak, saya lihat dulu menunya," jawab Mrs. Anderson lembut.

Mata Ara pun menyipit pertanda ia tengah tersenyum dibalik cadarnya.

"Iya, silahkan, Nyonya," ucap Ara ramah.

Mrs. Andersson pun melihat menu-menu kue yang ada di toko Ara. Akan tetapi ada seorang pelanggan yang baru datang.

"Mbak, buatkan saya coklat hangat dan kue yang itu, itu dan itu," ucap seorang wanita itu.

"Hello, Mbak. Saya yang datang duluan jadi mbak harus ngantri dulu," ucap Mrs. Andersson.

"Suka-suka saya dong mau ngantri apa tidak, kenapa anda yang repot," ketus wanita itu.

"Mohon maaf Nona, bisakah anda berbicara dengan sopan sama orang yang lebih tua dari anda," sela Ara.

"Hei, penjual kue harusnya kau bersyukur karena didatengin sama model terkenal seperti saya," ketus wanita itu yang tak lain adalah Susan.

Ara mencoba menahan emosinya dia tidak mau membuat nama tokonya tercemar, Sedangkan dari luar Kinan dan Yasmin mendengar kegaduhan di dalam tokonya pun langsung segera masuk ke dalam.

"Ada apa ini?" tanya Kinan.

"Gadis kecil, kau tidak usah ikut campur lebih baik kau cuci kaki, cuci tangan dan tidur siang," ucap Susan dengan nada yang sinis.

Kinan yang dikatain anak kecil pun langsung melotot, Ara yang sudah tahu sifat adiknya langsung menahan Kinan agar tidak membuat keributan.

"Kak Ara, kenapa menahan aku? Aku ingin memberi pelajaran sama tuh ondel-ondel," ucap Kinan.

"Apa! Beraninya kau memanggilku dengan sebutan ondel-ondel!" bentak Susan.

"Memang, mbak ini kayak ondel-ondel kok, apa mau aku pinjamkan cermin," celetuk Yasmin yang membuat Kinan tertawa terbahak-bahak.

Susan yang merasa direndahkan pun makin mendidih dibuatnya. "Kau!" kesal Susan dengan mengeratkan giginya.

"Nggak usah nunjuk-nunjuk! Kayak bagus aja tuh tangan," ucap Kinan.

"Apa? Serah aku dong, mau nunjuk, mau obrak-abrik toko kue ini. Memangnya kenapa? Nggak ada yang larang," ucap Susan seraya mengobrak-abrik kue di etalase dengan senyum semiriknya.

"Heh! Ondel-ondel, beraninya kau merusak kue milik kami." Amarah Ara sudah diambang batas melihat kuenya dihancurkan. Susan sudah berhasil membangunkan singa betina yang tengah tidur.

"Kinan, Yasmin, mundur." Kinan dan Yasmin melihat kakaknya sangat marah pun mundur. Jika sudah seperti ini, mereka berdua tak bisa mencegah.

"Mbak?" tanya Mrs. Anderson.

"Tante diam saja, biarkan ini jadi urusan Kakak kami," cegah Kinan.

Susan hanya tertawa, sedangkan Ara, jangan tanyakan lagi. Dua taringnya sudah keluar sedari tadi.

"Apa?" tantang Susan.

"Bereskan atau hancur dalam sekejap?" gertak Ara, membuat Susan tertawa.

"Hei, penjual kue, kau bisa apa? Penjual kue sepertimu mana mungkin bisa menghancurkanku dalam sekejap," ucap Susan dengan nada meremehkan.

Kinan si hacker handal pun sudah mengotak-atik informasi tentang model yang bernama Susan itu. Yasmin, dia tengah bersama Mrs. Anderson, menyaksikan kedua kakaknya beradu argumen.

"Bereskan atau hancur?" amarah Ara sudah sampai di ubun-ubun melihat Susan tak kunjung membereskan kekacauan yang diperbuatnya.

"Aku tidak mau," ucap Susan ingin pergi dari toko, namun berhasil dicegah oleh Ara dengan memelintir tangan Susan.

Untungnya, pengunjung sudah sepi. Hanya ada Mrs. Anderson yang ada di sini.

"Aw! Lepaskan aku!" pekik Susan kesakitan.

"Aku? Melepaskanmu? Bukan Ara jika menyerah semudah itu!" ucap Ara geram.

Yasmin pun menonton pertunjukan dengan santai, bahkan ia sambil memakan cemilan. Berbeda dengan Mrs. Anderson yang sedari tadi tampak gelisah dan khawatir.

Sedangkan Kinan, tak perlu ditanya. Ia masih asik bercumbu dengan laptopnya untuk mencari informasi mengenai Susan lebih detail.

"Asa! Hei, ondel-ondel pancoran. Lihat ini, aku bisa menghancurkan karirmu. Ah tidak, tapi juga menghancurkan hidupmu dalam hitungan detik. Apa kau masih mau melawan kami hanya dengan status rendahanmu itu?" ucap Kinan mengancam.

Yasmin tampak kegirangan melihat aksi kedua kakaknya yang seperti superhero di TV. Bahkan Yasmin bertepuk tangan untuk kedua kakaknya.

Melihat Susan yang menyerah dan sudah mengiyakan perintah, Ara melepaskan tangan Susan. Sayangnya Ara melemahkan kewaspadaannya hingga Susan hampir menampar dirinya.

"Hei, jauhkan tangan kotormu dari kakakku. Kamu bahkan tak pantas menyentuhnya barang seujung kuku pun," ucap Yasmin sambil menahan tangan Susan.

Di Tengah kekacauan itu, mereka dikejutkan dengan kehadiran Keenan.

"Mom, kenapa lama sekali? Apa yang terjadi disini?" tanya Keenan terkejut melihat kekacauan yang ada.

"Lalu, ini siapa? Menjijikan sekali," ucap Keenan dingin.

"Kucing kecil, apa kau tak apa?" tanya Keenan yang langsung menghampiri Ara yang tampak berantakan.

Ara hanya mengangguk. Sedangkan Keenan terus memeriksa Ara takutnya ada yang terluka. Setelah memastikan Ara baik-baik saja, Keenan langsung berjalan mendekat pada Ibunya. Menanyakan keadaannya. Tentulah, Ibu seorang Keenan Athaya Anderson tidak boleh terluka sedikitpun.

"Mom baik-baik saja sayang," ucap Mrs. Anderson dengan lembut.

"Syukurlah Mom, Alhamdulillah," balas Keenan.

"Jadi dia ibunya beruang kutub," gumam Ara dalam hati.

"Kak Ara, kenapa diam?" tanya Kinan yang melihat sang kakak melamun.

Sedangkan, Kinan yang melihat Susan ingin kabur pun dengan cepat menarik tangan Susan. Sampai Susan meringis kesakitan.

"Mau kabur kemana kau ondel-ondel, jangan mimpi kau bisa kabur dari tanganku," bisik Kinan.

Yasmin benar-benar kagum dengan kedua kakaknya itu, sedangkan Mrs, Andersson dan Keenan pun hanya diam menonton pertunjukan gratis yang ada di hadapan mereka.

"Ma-maafkan aku, tolong lepaskan aku," ucap Susan dengan nafas yang ngos-ngosan.

"Melepaskanmu, tidak semudah itu ondel-ondel. Lihat saja dalam hitungan detik karir dan hidupmu akan hancur,"

"Jangan panggil aku Kinan Aurelie Pratama kalau tidak bisa menghancurkan hidupmu," bisik Kinan lagi dengan tersenyum menyeringai.

Ara terkekeh saat melihat tingkah Kinan dia sangat tahu apa yang sedang adiknya bicarakan dengan Susan.

"Ada apa ini," ucap seseorang yang baru datang.

semuanya menoleh ke arah pintu masuk terlihat Darren yang sedang berdiri di ambang pintu, Yasmin pun terbelalak melihat pembunuh berantai sedang berada di toko kue milik sang Kakak.

"Siapa lagi dia?" tanya Keenan.

"Dia pembunuh berantai," jawab Yasmin spontan kemudian dia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

Ara menepuk keningnya entah kenapa adiknya itu terlalu lemot dan polos. Sedangkan Darren menatap tajam ke arah kelinci kecilnya itu. Dia jengah karena Yasmin memanggilnya dengan sebutan pembunuh berantai, padahal dia itu sangat tampan pikirnya.