webnovel

Terciduk

Pagi-pagi sekali Daddy Heri sudah berkutat dengan pekerjaannya, padahal hari ini adalah hari minggu. Mom Jia yang baru bangun sedikit terkejut saat meraba sebelahnya sudah tak ada orang.

"Daddy kemana pagi-pagi udah nggak ada di kamar." Mom Jia memutuskan untuk mencari keberadaan suaminya.

"Dad, kamu di mana?" panggil Mom Jia tapi tak ada sahutan.

"Ini kan hari minggu, masa Daddy kerja." Mom pergi menuju ruang kerja suaminya, siapa tahu suaminya ada di sana.

Saat sampai di ruang kerja, Mom Jia melihat sang suami tengah serius mengerjakan sesuatu. Entah apa yang tengah dilakukannya.

"Dad?" panggil Mom Jia membuat Daddy Heri menoleh dan tersenyum.

"Tumben pagi-pagi udah di ruang kerja, memangnya ada hal penting?" tanya Mom Jia dengan lembut.

"Sangat penting," ucap Daddy Heri, membuat Mom Jia mengernyitkan dahi.

"Apa? Perasaan perusahaan juga baik-baik saja. Apa lagi?" tanya Mom Jia.

"Putri kita sayang." Daddy Heri kembali berkutat dengan laptopnya.

"Apa? Dad dapat informasi lagi? Dimana Dad?" beberapa pertanyaan keluar dari mulut Mom Jia. Dia sangat antusias mendengar kabar tentang ketiga putrinya.

"Tunggu dulu, sebentar lagi Mom." Mom Jia menganggukkan kepala tanda setuju, kali ini dia akan menurut dengan suaminya. Dia yakin bahwa suaminya bisa mencari keberadaan tiga putrinya itu.

Tak lama, "yesss, dapat." Teriakan Daddy Heri membuat Mom Jia terkejut.

Mata Mom Jia dan Daddy Heri langsung berbinar ketika melihat titik lokasi ketiga putri mereka. Yang ternyata benar-benar tak jauh dari keberadaan mereka.

Daddy Heri pun langsung menghubungi Mr. Aberto untuk menanyakan keberadaan Kenzo karena mereka ingin langsung ke mansion Kenzo. Daddy Heri juga memberitahukan kabar gembira itu kepada Mr. Aberto dan dua sahabat lainnya.

Mr. Aberto langsung menghubungi Kenzo yang masih di luar Negeri. Kenzo yang mendengar nada emosi dari Ayahnya pun langsung meminta asistennya untuk menyiapkan helikopter. Ia juga terus mencoba menghubungi Kinan, Ara dan Yasmin namun nihil mereka tak ada yang menjawab telepon.

"Mereka ini kemana sih?" desah Kenzo khawatir.

"Ahh! Kenapa Tak ada yang menjawab satupun!" teriak Kenzo frustasi.

Kenzo yang menelpon mansion pun sama, tak ada jawaban juga. Sambil terburu-buru Kenzo naik ke atap gedung tempat parkir helikopter.

Ia memilih helikopter karena lalu lintas sedang begitu padat dan jarak menuju bandara juga lumayan jauh. Itu akan sangat membuang waktunya.

Daddy Heri dan Mom Jia yang sudah di jalan pun tak hentinya mengucap syukur karena ketiga putrinya akan segera kembali kedekapan mereka.

"Dad," panggil Mom Jia yang tampak gelisah dan gugup membuat Daddy Heri tergerak untuk menggenggam tangan istrinya itu.

"Tenang saja Mom, ini pasti bukan mimpi," ucap Daddy Heri menyemangati istrinya.

Sedangkan, Kinan sedang sibuk dengan pekerjaannya karena dia harus menggantikan Kenzo yang sedang ada kerjaan di luar negeri.

"Kenapa pekerjaan ini tidak selesai-selesai sih!" teriak Kinan frustasi.

Kinan sengaja menitipkan Yasmin kepada kakaknya, karena dia tidak mau jika Yasmin mengganggu pekerjaannya dengan tingkah konyolnya itu.

Tak terasa hari sudah sore Kinan pun bersiap-siap untuk pulang, tak lupa dia mengabari kakaknya. Tapi saat membuka ponselnya ia mengernyitkan alisnya karena ada beberapa panggilan dari Kenzo.

"Raksasa ngapain telfon aku," gumam Kinan.

Setelah menghubungi sang kakak, Kinan pun langsung bergegas untuk pulang badannya sudah sangat pegal. Entah kenapa hatinya merasa ada yang mengganjal tapi dia tidak tahu apa.

Setelah sampai di depan mansion Ia pun bertemu dengan Kenzo yang juga baru sampai.

"Honey, kamu sudah pulang?" tanya Kinan yang kebingungan.

"Honey, kamu kemana aja? Dari tadi aku telpon kamu tidak diangkat," ucap Kenzo kesal.

"Kita masuk dulu, tidak baik ngobrol di luar Tuan Kenzo," ucap Kinan mengedipkan matanya.

Demi apapun Kenzo pun sangat gemas dengan tingkah kekasihnya itu, yang awalnya marah kini Kenzo pun luluh juga.

"Kamu mulai nakal, honey," ucap Kenzo kemudian menggendong Kinan.

"Hei,, turunkan aku!" teriak Kinan tapi tidak digubris sama Kenzo.

Kenzo pun membawa Kinan masuk ke dalam, Kinan yang pasrah pun hanya diam sambil menjawab pertanyaan Kenzo.

"Honey, turunkan aku. Apa kau tidak lelah aku sangat berat loh!" ucap Kinan.

"Aku akan menghukummu, honey. Karena kau sudah mengabaikan telfonku," ucap Kenzo sambil menurunkan Kinan.

"Kalian berdua yang akan kami hukum," ucap seseorang yang membuat Kinan dan Kenzo terbelalak.

"Daddy," ucap Kinan dan Kenzo bersamaan dengan raut terkejut.

Daddy Heri dan ketiga sahabatnya sudah berada di depan mereka berdua. Tak lupa para istrinya yang ikut.

Ara dan Yasmin yang mendengar keributan di luar mansion hanya mendengus, lalu segera keluar untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

"Heh, kalian ini apa-apaan sih, teri-, ya salam." ucapan Ara terhenti saat melihat Daddy dan Mommy nya.

"Astaga." Snack yang dibawa Yasmin jatuh seketika melihat pemandangan yang ada.

"Masih betah digendong?" tanya Daddy Heri, buru-buru Kinan turun dari gendongan Kenzo.

Sisi lain, air mata kebahagiaan Mom Jia luruh seketika melihat para putrinya sudah ada di depan matanya. Sehat dan cantik, setidaknya mereka baik-baik saja.

"Mom, Dad," ucap Ara, Kinan, dan Yasmin dengan menundukkan kepala. Namun, tiba-tiba.

"Huwaaa, aku tidak mau menikah dengan om-om jelek," histeris Yasmin membuat semuanya menoleh, sontak saja Ara dan Kinan menutup mulut Yasmin bersamaan.

"Diamlah bayi dugong," ucap Ara.

"Berisik," kesal Kinan.

Daddy Heri memelototi mereka bertiga namun hanya Yasmin yang masih saja tak peka dengan situasi. Yasmin yang melihat kedua kakaknya menunduk pun hanya ikut-ikutan.

"Her, ayo kita bicarakan di dalam saja." Mr. Aberto berjalan masuk dan diikuti semuanya.

"Kamu juga Ken, temui Dad di ruang kerja nanti," perintah Mr. Aberto sambil menepuk bahu Kenzo.

Semuanya pun berkumpul di ruang tamu dengan menatap khawatir Ara, Kinan dan Yasmin karena mereka paham betul jika Daddy Heri marah alan bagaimana jadinya. Mom Jia pun duduk di samping ketiga putrinya yang berdiri di hadapan semua orang.

"Kak, kenapa kita berdiri?" tanya Yasmin namun tak dijawab kedua kakaknya.

Karena Ara dan Kinan tak menjawab, Yasmin pun langsung pergi ke arah sofa kosong dan duduk.

"Kamu ngapain di sana?" tanya Daddy Heri sambil menatap dingin Yasmin.

"Yasmin kan duduk Dad," ucap Yasmin seolah tak terjadi apapun.

"Hei, bayi dugong! Sini!" Yasmin dan semua orang pun terkejut dengan bentakan Ara.

Ara langsung menunduk ketika Daddy Heri menoleh dengan tatapan tajam.

Kinan melihat Yasmin yang masih enggan beranjak memaksanya untuk menyeretnya dengan paksa.

"Heh bayi dugong, ayo ikut Kakak. Kamu ga liat Daddy udah marah banget?" ucap Kinan berbisik namun penuh penekanan.

"Daddy, kata Kak Kinan wajah Daddy sangat jelek."

Kinan mengumpat di dalam hati mendengar adik bodohnya yang ingin membunuhnya itu.

"Nggak Dad, Yasmin bohong." Kinan langsung menyeret Yasmin paksa karena ia benar-benar seperti bisa membunuh kakaknya tanpa ia harus repot-repot.

"Ada yang akan kalian katakan?" tanya Daddy Heri datar.

"Dad, Ara-. Ara minta maaf sudah kabur dari rumah. Ara hanya tak ingin dijodohkan dengan orang pilihan Daddy dan Mommy. Terlebih lagi, Ara masih ingin menjaga Kinan dan Yasmin," ucap Ara sambil menunduk dalam.

"Kamu berbicara dengan siapa? Lantai?

Daddy baru tahu jika putri keluarga Pratama tidak memiliki etika," jawab Daddy Heri menohok.

"Kenapa kalian berdua diam saja? Kamu juga Yasmin, bukankah tadi kamu masih begitu ribut. Kenapa sekarang diam?" sambung Daddy Heri.

Kinan terdiam dan melirik Kenzo meminta bantuan.

"Uncle, sudahlah. Ara, Kinan dan Yasmin kan baik-baik saja. Apa perlu hingga sebegitunya," ucap Kenzo menyela.

Mrs. Aberto langsung mencubit perut putranya karena ikut campur. Sedang Mr. Aberto menyikut putranya agar diam.

"Wah, bagus sekali kalian. Mom dan Dad khawatir, pusing nyariin kalian tapi kalian berani sekali bersekongkol dengan seorang pria yang tak kalian kenal," ucap Daddy Heri penuh penekanan.

"Terlebih lagi, pria itu Kenzo. Orang yang Daddy jodohkan dengan kamu, Kinan. Lantas, karena Kinan dan Kenzo sudah sedekat ini mau tidak mau kalian berdua harus segera menikah sebagai hukumannya," sambung Daddy Heri.

Ara dan Yasmin hanya terdiam membeku. Terlebih lagi, Daddy Heri belum memutuskan hukuman untuk mereka berdua.

"Dan Ara, kamu bilang ingin menjaga adikmu. Lantas ini apa? Kenapa Yasmin bisa dipermalukan seperti ini?" Ara tak mampu menjawab pertanyaan daddynya.

"Sebagai hukumannya, kamu dan Yasmin tak Daddy izinkan pergi dari rumah selangkah pun. Begitu juga dengan kamu Kinan," sambung Daddy Heri.