webnovel

Menemukan tempat tinggal

Keesokan harinya, Ara terbangun lebih dulu. Dia melihat kedua adiknya yang masih berada dalam gulungan selimut. Sejujurnya, dia tak tega melihat adiknya harus menjalani hal seperti ini. Namun, apa boleh buat, semua ini dilakukan agar tak dijodohkan dengan anak sahabatnya.

"Maafin, Kakak, ya. Insyaallah nanti kita cari tempat tinggal yang nyaman, meski nggak sebagus dan seluas rumah Mom dan Dad," gumam Ara.

Ara menghela napas, dilihatnya jam di pergelangan tangannya sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Mereka tertidur setelah melaksanakan salat shubuh. Dan sekarang Ara harus membangunkan kedua adiknya.

"Dek! Bangun!" seru Ara dengan menggoyangkan tubuh Kinan dan Yasmin.

"Yasmin! Bangun! Bayi dugong, yaelah gemes lama-lama."

Suara Ara yang agak kencang membuat Kinan terbangun. Entah angin dari mana dia bisa bangun hanya karena suara Ara tadi. Padahal jika di rumah, Kinan tak akan bangun kalau sapu Mom Jia belum melayang.

"Apa sih kak? Masih pagi rame banget," ucap Kinan seraya menggosok kedua matanya.

"Biasa, bayi dugong minta diceburin ke laut. Kamu bangunin adik kamu gih. Kakak mau mandi dulu." Kinan hanya menganggukkan kepala.

Meskipun nyawanya belum terkumpul dengan rapi, Kinan pun beranjak dari tempat tidurnya dan membangunkan adik bungsunya.

"Dek, bangun," ucap Kinan sambil menggoyangkan badan Yasmin.

Sedangkan Yasmin masih belum ada tanda-tanda kehidupan, Kinan pun membangunkan Yasmin kembali.

"Dek, bangun. Katanya mau beli Seblak," ucap Kinan sambil menguap.

Yasmin menggeliat ketika mendengar kata-kata makanan yang di lontarkan oleh kakaknya itu, Karena masih mengantuk Kinan pun berbaring di samping adik bungsunya.

Ara yang melihat kedua adiknya masih tertidur pulas pun hanya menggelengkan kepala, lalu dia mengambil air di gayung kemudian menyiramkan kepada dua adik yang tidak punya akhlak ini.

"Banjir, Yasmin bangun kebanjiran!" teriak Kinan sambil gelagapan.

"Mana banjir Kak, kita harus pergi sekarang aku tidak mau mati muda," ucap Yasmin yang juga ikut panik.

"Kak Ara, kenapa diam saja! Ayo keluar dari sini nanti kita bisa tenggelam, mana aku gak bisa renang lagi," ucap Kinan ketika melihat kakaknya yang hanya diam dan menyilangkan kedua tangannya.

Kinan yang mulai sadar melihat kakaknya yang tidak basah sedikitpun langsung menjitak Yasmin yang masih panik menyelamatkan barang-barang.

Kinan pun hanya nyengir melihat raut wajah Ara yang tidak bersahabat dan langsung lari ke kamar mandi.

Sedangkan Yasmin, ia masih terdiam memegang kepalanya yang sakit karena di jitak Kinan.

"Moment, sepertinya ada yang aneh.." ucap Yasmin sambil memandangi lantai.

"Kak Ara, mengapa lantai yang ku pijak ini kering sedangkan aku basah kuyup?

Wahh, Kak Ara juga tidak basah sama sekali," sambung Yasmin terkejut setelah melihat Ara.

Ara pun hanya diam memasang wajah galaknya. Namun, Yasmin tetap saja bodoh dan malah banyak bertanya.

"Lama-lama Kakak buang kamu di TPS terdekat Dek," ucap Ara penuh penekanan.

Yasmin pun langsung diam dan melirik jam tangan Ara. Karena tak terlihat jelas, Yasmin langsung menarik tangan Ara agar ia bisa melihat jam dengan jelas.

Derit pintu kamar mandi yang terbuka membuat Yasmin bergegas untuk menghindari omelan Kak Ara yang tampak siap menerkam kapanpun.

"Aku mandi sekarang Kak, jangan tinggalin akuuuu" teriak Yasmin sambil berlari ke kamar mandi.

Brukkk

"Hahahaha, liat-liat makannya Dek" tawa Kinan yang tadi tiba-tiba menutup pintu kamar mandi.

Ara pun hanya menggelengkan kepala lelah melihat kelakuan kedua adiknya yang terkadang terlalu ajaib.

Yasmin yang kesakitan menatap Ara penuh iba, berharap ia mendapatkan keadilan atas kekerasan dalam hubungan kakak adik yang dilakukan Kinan.

"Apa? Mau Kakak lempar pake vas bunga?" sahut Ara sambil melirik vas bunga di nakas.

Yasmin pun hanya mencebik mendapati keadilan yang sudah punah diantara kakak-kakaknya itu.

"Kamu juga, ngapain berdiri aja? Kemasin tuh barang-barang kamu. Membuat mataku sakit," tegas Ara pada Kinan yang hanya cengar-cengir melihat Yasmin yang ternistakan.

Ucapan Ara yang menohok berhasil menusuk jantung, paru-paru hingga ke usus Kinan.

"Kinan, ada berapa banyak uang yang kamu bawa? Bagaimana jika kita gunakan sebagian untuk menyewa ruko?" tanya Ara pada Kinan agar uang yang ada bisa termanage dengan baik.

Kinan yang mendengar penuturan kakaknya masih berpikir untuk apa menyewa ruko.

"Memangnya buat apa, Kak?" tanya Kinan.

"Berapa dulu? Cukup nggak kalo buat sewa ruko. Yang lantai dua gitu," ucap Ara.

"Emm, lumayan banyak, sih, Kak. Kalo buat sewa ruko mah masih lebih," kata Kinan.

Ara bernapas lega, setidaknya ada solusi lain untuk masalahnya ini.

"Buat apa sih, Kak?" tanya Kinan yang masih penasaran.

"Rencana Kakak, kita sewa ruko lantai dua. Nah, yang lantai bawah buat toko roti, yang lantai buat kita tinggal untuk sementara. Nanti, kalo uang kita udah kumpul banyak, insyaallah kita sewa rumah atau kalo perlu beli deh yang sederhana asalkan nyaman." Kinan hanya manggut-manggut atas penuturan kakaknya.

"Kebetulan Kakak 'kan bisa buat roti-roti kayak gitu. Jadi, apa salahnya kalo kita mulai dari nol. Nggak apa-apa 'kan?" sambung Ara.

"Kinan setuju, Kak. Nanti kinan juga mau cari kerja buat bantu keuangan kita," ucap Kinan.

"Iya, boleh. Bagaimana pun keadaannya, kita harus sama-sama." Ara tersenyum, lalu memeluk Kinan. Kinan pun membalas pelukan kakaknya.

Yasmin yang baru saja keluar dari kamar mandi pun bingung, mengapa kedua kakaknya berpelukan tanpa mengajaknya.

"Kakak, pelukan nggak ngajak-ngajak," ucap Yasmin cemberut membuat keduanya tertawa.

"Udah, sana siap-siap. Kita harus segera pergi dari sini," kata Ara.

"Dedek nggak dipeluk?" ucap Yasmin memelas.

"Nggak," ucap keduanya serempak, membuat Yasmin makin cemberut.

"Oh iya, Yasmin! Kamu nggak usah berhenti kuliah. Kamu lanjutin sampai lulus, ya. Nanti biar Kak Ara dan Kak Kinan yang tanggung biayanya. Kamu cukup pindah kuliah aja, biar Mom dan Dad nggak bisa nemuin kita," tegas Ara.

"Siap, Bos."

Setelah drama pagi hari itu, mereka bertiga pergi mencari ruko untuk memulai usaha. Ara dan kedua adiknya mencari ruko yang letaknya strategis dan ramai. Sedangkan Kinan sedang menyusun rencana, karena dia ingin bekerja di perusahaan yang besar supaya ia bisa cepat mengumpulkan uang.

Tak butuh waktu lama mereka sudah menemukan Ruko yang akan mereka sewa, tempatnya bagus dan strategis untuk membuka usaha toko kue. Kinan dn Ara pun mulai menegosiasi sama pemilik ruko tersebut.

Dan setelah pembicaraan panjang akhirnya Kinan dan Ara bisa memiliki ruko tersebut dengan harga yang pas di kantong, sekarang mereka tinggal memikirkan apa saja keperluan untuk kue dan toko. Ara, Kinan dan Yasmin pun gotong royong membersihkan tempat tinggal mereka yang baru.