webnovel

Bab 103

"Kamu mau makan apa?" tanya Mas Rivan lagi. Lagi-lagi aku tak bisa menjawab apa pun. Aku tak ingin kembali kena omel ibu kalau sampai request sesuatu padanya.

"Dasar istri pemboros. Kalau mau minta ini dan itu, harusnya kamu bantu cari duit. Kerja nggak cuma nodong saja!" Ucapan ibu tempo hari masih terngiang-ngiang, kadang membuat sakit kepala.

Kulirik dari ekor mata, ibu menatapku cukup serius dari tempat duduknya. Di atas sofa yang tak jauh dari pembaeingan. Dia menatapku lekat, tak berkedip hingga beberapa saat lamanya. Bagaimana mungkin aku minta ini dan itu mendapati tatapannya yang setajam itu?

"Hei, Din...." Mas Rivan menggoyang lenganku pelan. Kedua matanya menatap manik mataku.

"Nggak, Mas. Di sini juga sudah dapat jatah makan," balasku lirih. Mungkin nyaris tak terdengar. Entah mengapa, kedua sudut mataku basah, namun aku berusaha menahan tangis itu agar tidak tumpah. Nelangsa sekali jika mengingat semua perlakuan ibu padaku.

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com