webnovel

Rancana Alex¹

Mansion Eduardo.

Alexander Peter Eduardo pria paruh baya berusia 54 tahun mengumpat kesal, mendengar putrinya kabur dari mansion, para pengawal setia keluarga Eduardo pun terkena imbas kemarahan sang kepala keluarga. Di saat mereka tidak berhasil melacak keberadaan putrinya.

Amarah dan emosi Alex pun semakin menjadi, setelah ia membaca pesan di secarik kertas yang dibuat putrinya.

To : Daddy and Mommy

Daddy dan Mommy yang sangat aku cintai, maafkan putrimu ini, lari dari pertunangan yang tidak aku inginkan. Aku harus pergi meninggalkan kalian semua, agar kalian mengerti perasaanku yang sesungguhnya.

Daddy dan Mommy tidak usah khawatir, aku bisa menjaga diriku sendiri, aku ingin membuktikan kepada kalian bahwa aku bisa mencari seorang pria yang bisa melindung dan mencintaiku.

Salam sayang dari putrimu

Alexa.

Alex pun mengumpat kesal, memaki putrinya walaupun Alexa tidak disana. "Sialan! Bisa-bisanya putriku menuliskan surat seperti itu," Andrew pun meremas kertas dengan tangannya. Mengepal keras, hingga membuat kertas itu kusut, lalu ia pun meminta seluruh anak buahnya mencari Alexa di setiap sudut kota.

"Pengawal, siapkan seluruh pengawal yang sedang bekerja atau sedang libur, aku ingin putriku ditemukan hari ini juga," teriak Andrew, emosinya meluap sehingga menimbulkan sesak dalam dadanya.

Penyakit jantungnya kumat, untung saja asistennya sigap, memapah Alex kembali ke dalam kamarnya. Sedangkan istrinya hanya terdiam tidak bisa mengatakan apapun.

•••

Apartemen Kevin.

Alexa mengumpat kesal, setelah ia diusir paksa oleh kevin, pria sialan yang berani pada dirinya. Berteriak sesuka hati meneriaki Kevin.

"Pria bajingan! Buka pintunya sekarang! Atau kau ingin aku berteriak dan membuat kegaduhan di luar kamar apartemenmu!" ancam Alexa, menggedor pintu apartemen Kevin dengan sangat kencang

Sampai salah satu penghuni gedung apartemen keluar, berteriak memaki Alexa.

"Hai wanita muda, sialan! Suaramu membuat gendang telingaku rusak! Berhentilah membuat onar atau akan aku panggil keamanan untuk melemparmu keluar!" ucap wanita tua itu, berbadan gemuk dengan make-up tebal.

"Kau berbicara padaku, gendut!" balas Alexa tidak peduli dengan tatapan nyalang wanita tua bertubuh gendut itu.

"Sialan! Kau berani menghinaku?!"

"Kau memang gendut, tua dan juga jelek. Bahkan jika aku menjadi seorang pria, aku tidak bernafsu dengan dirimu," ungkap Alexa mencemooh wanita tua di depannya.

"Brengsek! Kau berani sekali menghina aku, wanita sialan!" kesal wanita tua itu, mendengar Alexi menghina dirinya.

"Aku tidak menghinamu, itu kenyataan yang aku lihat pada dirimu Nyonya. Apa aku harus memberimu kaca agar kau melihat tampilanmu!" ucap Alexa sarkas. Tidak peduli dengan ucapan yang membuat wanita tua itu tersinggung.

"Kau!" tunjuk wanita tua itu ke arah Alexa.

"Kenapa?"

"Gadis sialan! Gadis brengsek! Aku akan membunuhmu!" teriak wanita tua itu, tapi disaat wanita tua itu ingin menjambak rambut Alexa, Kevin datang menghampiri.

"Berhenti!" ucap Kevin, menengahi perkelahian Antara wanita tua itu dengan Alexa.

Kedua wanita berbeda usia itu pun menoleh, bersamaan. Lalu, Alexa pun merangkul tangan Kevin, bermanja-manja dengannya sambil berkata manis pada Kevin. "Sayang, kau kemana? Aku takut sekali, wanita itu ingin memukulku?" kata Alexa, bersikap manja pada Kevin, sehingga membuatnya risih.

"Apa yang kau lakukan! Lepaskan tanganmu sekarang juga!" pinta Kevin sinis pada Alexa. Menatap tajam padanya.

"Kevin kenapa kau marah-marah padaku? Tidak puaskan kau mengusirku, setelah apa yang kau lakukan semalam padaku?" ucap Alexa, tidak ada henti-henti bersandiwara. Hingga wanita itu menyambar ucapan Alexa.

"Jadi wanita sialan ini kekasihmu! Pantas saja dia berisik!" oceh wanita tua itu.

Sampai Kevin ingin menyangkal perkataan wanita tua itu, tapi Alexa lebih dulu menginjak kakinya.

Au..!

Ringisan Kevin membuat wanita tua mendelikkan matanya. "Ada apa denganmu!"

"Semut sialan menggigitku Mrs. Bertha!" balas Kevin, masih merasakan kaki Alexa di kakinya.

"Lebih baik kau ajak wanitamu ke dalam! Karena aku tidak ingin mendengar dia berteriak menggedor-gedor pintu!"

Wanita tua bermake-up tebal bernama Bertha pun, meminta Kevin kembali ke dalam apartemennya dengan bersama Alexa masuk ke dalam.

Kevin yang tidak ingin terjadi keributan, menuruti permintaan Bertha, ia menarik tangan Alexa masuk ke dalam apartemennya. Pintunya pun Kevin banting, keras. Sehingga menimbulkan debuman dari pintu itu.

"KAU!" tunjuk Kevin pada Alexa.

"Kenapa?" balas Alexa, santai.

"Kau masih tanya kenapa? Setelah kau membuat keributan dan kekacauan di apartemenku?" kesal Kevin, belum ada sehari wanita di depannya, sudah mencari masalah dan membuat keributan dengan tetangganya.

"Aku tidak membuat keributan dan mengacaukan apartemenmu! Kau saja yang sensitif padaku!" balas Alexa tidak mau kalah dari Kevin.

Demi Tuhan, Kevin tidak tahu lagi bagaimana cara untuk membuat wanita ini pergi. Ia benar-benar dibuat kesal oleh Alexa.

Sampai bunyi perut Alexa berbunyi. Ia lapar ingin memakan sesuatu untuk mengganjal perutnya.

"Aku lapar! Bisakah kau memberiku makanan!" ujar Alexa, memasang raut wajah memelasnya.

Kevin yang tak tega pun, menarik tangan Alex. Sampai mereka tiba di dapur Kevin.

"Kau duduk disini! Dan jangan menyentuh barang-barangku!" perintah Kevin, menyuruh Alexa diam sambil menunggu makan datang.

"Cih… siapa juga yang ingin menyentuh barang-barang jelekmu!" ejek Alexa, tidak berminat menyentuh barang milik Kevin.

Tanpa memperdulikan perkataan Alexa, Kevin pun memusingkan tubuhnya, berjalan ke dapur untuk membuat makanan.

Hanya beberapa bahan makanan yang bisa Kevin oleh, saat melihat isi lemari pendinginnya sudah hampir kosong hanya ada pasta dan beberapa lembaran roti di dalam lemari pendingin itu.

Lalu, Kevin pun membuat pasta dan membakar roti untuk wanita sialan yang duduk di di bangku itu, tak lama makanan yang buatnya pun jadi. Dan ia membawanya ke meja makan, siap untuk dihidangkan.

Alexa terkejut melihat pasta dan roti bakar di depannya. Ia tidak percaya akan memakan-makanan sepagi ini dengan pasta, Tanpa ada susu di atas mejanya.

"Kau memberikan aku makanan seperti ini?" tanya Alexa tidak percaya.

"Hanya ini yang bisa aku masak! Kau makan atau tidak! Itu terserah padamu!" balas Kevin dingin, ia sudah lelah dengan wanita di depannya.

Namun yang terjadi, tanpa berpikir panjang, Alexa memakan-makanan yang dibuat oleh Kevin. Ia tidak peduli memakan pasta di pagi hari. Yang terpenting perutnya terisi dan memiliki tenaga untuk melawan pria di depannya.

Kevin yang melihat Alexa memakan masakannya, terkekeh, mengejek Alexa. "Cih… Ternyata kau rakus juga! Sampai pasta belepotan di bibirmu!"

Kevin pun mengambil tisu untuk mengelap pinggiran bibir Alexa, yang terkena sedikit saus pasta.

Saat tangan Kevin mengelap sudut bibir Alexa, tatapan mereka bertemu, saling berpandangan, sehingga membuat jantung Alexa pun berdetak dengan begitu cepat. Tidak seperti biasanya.

Ibu jari milik Kevin pun memegang bibir ranum Alexa, mengusapnya lembut, pelan. Sampa membuat Alexa memejamkan matanya. Menikmati sentuhan ibu jari Kevin di bibirnya.