webnovel

ThisIsMe. Melora!

Deskripsi cerita : Melora, gadis yang berparas cantik dan anggun itu terbangun dari komanya selama satu bulan. Tapi rasanya ada yang sesuatu yang sangat berharga hilang entah kemana. Seperti ada yang kurang. Tapi apa? Bahkan ingatan tentang masa lalu dan nama-nama orang terdekat tidak diingatnya lagi. Akibat kecelakaan yang menimpanya hingga hampir merenggut nyawanya. Banyak yang mengatakan bahwa Melora adalah gadis yang kalem, pemalu, dan pendiam. Namun peristiwa itu membuat kelakuan gadis itu berubah drastis bukan hanya ingatan melainkan perilakunya juga. Apalagi saat mengetahui bahwa Melora telah bertunangan dengan Atlas cowok yang tidak dikenalnya. Dan, masalahnya adalah dimana cowok itu sekarang? Tidak ada yang menjawabnya saat Melora bertanya. "Aku tidak mau menikah! Aku belum siap, Ma," ujarnya. "Tenang, pertunangan itu telah dibatalkan oleh pihaknya. Sebaiknya kau lupakan saja hal ini. Dan jangan berusaha mengingat yang berlalu, karena ini demi kamu."

Valentine_Veska · Teenager
Zu wenig Bewertungen
3 Chs

[ 1 ] Siapa, Namaku?

Perlahan mata lentik itu mulai terbuka hingga gadis itu dapat menatap langit-langit ruangan yang bernuansa putih dan bau-bau obat memasuki Indra penciuman nya.

"Tante, Melora siuman!"

Dia menoleh mendapati seorang gadis yang tengah berteriak heboh kepada wanita paruh baya disebelahnya. Siapa mereka?

"Panggil Dokter!"

Mendadak suasana yang sepi menjadi ribut, membuat dirinya terasa terusik. Kepalanya terasa pening, dan samar-samar teringat bahwa dia mengalami kecelakaan hingga tak sadarkan diri. Akan tetapi, memori itu masih abu-abu tak bisa diingatnya dengan jelas.

Dokter dan perawat datang untuk memeriksa kondisinya yang masih lemah.

Setelah mengatakan bahwa kondisinya baik-baik saja, mereka pergi dan menyisakan dua orang tadi yang sedang menatapnya penuh kasih.

"Melora, syukurlah kau sudah sadar!" ujar gadis dengan memakai name tag, Ametta.

Mengerutkan dahinya. "Siapa, Melora?" Tanya nya kemudian.

"Kau tidak ingat nama mu?" Wanita paruh baya itu pun langsung memandangi nya sendu. Apa itu karena amnesia nya?

Gadis yang mereka panggil dengan Melora itu nampak mengangguk kan kepalanya menanggapi ucapan itu.

"Jadi tentang Atlas juga kau lupa?" Ametta terbelalak melihat anggukan dari Melora.

"Siapa Atlas? Ada hubungan apa dia dengan ku? Tolong jelaskan semuanya dengan baik-baik."

Bibir Ametta terbuka, namun niatnya yang ingin menjelaskan langsung terhenti padahal ia belum memulainya, karena wanita paruh baya itu segera menginstruksikan agar tetap diam.

"Tidak usah dipikirkan." sambung wanita itu lalu beranjak pergi dari ruangan. "Karena kamu sudah siuman, saya mau pulang dulu." pamit wanita itu, wajahnya terpancar kesedihan disana.

Ametta mengangguk mengerti, "Hati-hati, Tante!"

Melora menatap punggung wanita itu hingga menghilang dibalik pintu. Apa wanita itu bukan ibunya? Padahal ia mengira bahwa wanita paruh baya itu adalah ibunya. Sayang sekali.

"Siapa wanita tadi?"

"Dia calon mertuamu. Kau gak lihat wajah sedihnya tadi saat kau bilang melupakan tentang anaknya?" omel Ametta seketika, kemudian tersadar bahwa ia telah keceplosan. Gawat!

Mertua?

Lagi, kepala Melora berdenging. Lalu sudut matanya menangkap sosok pria yang sedang menatapnya di jendela.

Merasa bahwa ia telah terpergok melirik diam-diam gadis itu, dengan secepat kilat pria itu meninggalkan tempatnya.

"Tolong ceritakan sedikit saja tentang masa lalu ku," pintahnya kemudian.

Menatap ragu, Ametta mencoba untuk berpikiran sejenak. Kalau ceritakan tentang kecelakaan itu tidak apa-apa kan? Tapi kalau tentang hubungan cintanya jangan diungkit, bisa jadi Melora malah stres mengetahui apa yang ditimpa oleh kekasihnya.

"Masa lalu ya, bukan hanya tentang kecelakaan itu."

"Okey, karena aku adalah sahabat yang baik. Maka akan aku ceritakan sedikit saja!"

_______________

Wanita paruh baya itu segera mendorong pintu untuk masuk ke kamar mayat yang terdapat beberapa orang didalamnya. Dia, mantan mertua dari Melora namanya Anita, tengah menahan diri untuk tidak menangis didepan mayat anaknya.

"Kau sudah kembali?" tanya Melanie, yang merupakan ibu dari Melora. Mereka saling bergantian menjaga Melora.

"Iya, Melora telah sadar dari komanya. Sebaiknya kau kesana sekarang," jawab Anita tidak semangat dengan tatapan tidak lepas dari kain putih yang menutupi tubuh anaknya.

Ya, Atlas meninggal akibat mendonorkan jantungnya kepada gadisnya itu yang hampir pergi duluan bila dia tidak cepat mengambil keputusan.

Keadaannya juga tidak memungkinkan, Atlas merasa dirinya tidak bisa bertahan lebih lama lagi oleh sebab itu dia langsung meminta dokter untuk mendonorkan jantungnya kepada Melora.

Kini suasana kembali hening saat Melanie melenggang pergi menuju kamar anaknya di rawat. Tersisa Anita dan satu anaknya yang lain yaitu kembarannya Atlas.

Perasaan Anita tidak dapat dideskripsikan. Seorang ibu yang barusan kehilangan anaknya, apakah dia akan baik-baik saja?

Seandainya kejadian itu tidak terjadi, mungkin Atlas sedang bercanda ria dengan keluarga dan bersiap untuk hari pernikahan nanti. Tapi apalah dayanya, Anita hanyalah manusia biasa yang tidak mempunyai kekuatan khusus untuk membawah anaknya kembali.

Cowok yang bersurai cokelat dan mempunyai wajah blasteran nampak biasa saja saat ibunya sedang sesenggukan.

Alvaro namanya. Sebulan sejak mengetahui kembarannya mengalami kecelakaan ia tanpa ba-bi-bu lagi langsung berangkat dari Amerika menuju kampung halamannya. Karena Alvaro tengah berkuliah di universitas luar negeri.

"Jadi, apa rencana Mom?" tanyanya memecah keheningan sesaat.

"Apa kau ingin mengantikan posisi kakakmu untuk menikahi Melora?"

Lantas cowok bertubuh jangkung itu terhenyak mendengar ucapan sang ibu tercinta. Helow, Melora itu tunangannya Atlas bukan tunangannya! Bagaimana bisa ia melakukan hal tersebut!

"Tentu saja aku tidak mau, Mom. Aku telah menyukai seseorang," balasnya menolak permintaan Anita.

"Kalau begitu, jaga Melora tidak usah menikah dengannya. Cukup dengan menjaganya, okey? Ibu telah menganggapnya seperti anakku sendiri mengingat jantung Atlas yang berdetak ditubuh Melora."

Mendengar nama kakaknya disebutkan, entah kenapa Alvaro tidak bisa menolaknya. Mungkin ini sebagai rasa sayangnya kepada sang kakak yang walaupun hanya berbeda sepuluh menit dengannya itu.

"Baiklah."

__________________

Melora melotot tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh gadis yang mengaku sebagai sahabatnya itu. Ametta selalu menyebut nama Atlas hingga kepalanya terasa pening. Namun, sepertinya nama itu terdengar familiar dengan nya.

Tapi ingatannya masih samar-samar. Beberapa menit yang lalu juga datang seorang wanita paruh baya yang mengatakan bahwa dirinya adalah ibu kandungnya.

Tatapan Melora beralih ke Melanie yang balik menatapnya dengan heran. "Kenapa?"

"Dimana cowok yang bernama Atlas itu pergi?" tanyanya penasaran. Sedangkan Ametta mencoba untuk berpikiran sejenak guna Menganti topik pembicaraan karena tadi tidak sepenuhnya diceritakannya. Bahkan yang lain Ametta terpaksa berbohong untuk menanggapi pertanyaan Melora.

Karena Ametta dilarang melakukan hal tersebut. Itu sangat rahasia.

Otomatis jari telunjuk Melanie menyentuh dada Melora dengan lembut. "Disini,"

"Hah?"

"Kamu tidak usah terlalu memusingkannya, sebaiknya kau tidur supaya cepat sembuh."

Disisi lain, Alvaro tengah melirik Melora yang sedang berbincang bersama Ametta dengan sesekali tertawa sekilas. Jauh di lubuk hatinya, Alvaro menyimpan rasa dendam kepada Melora karena gadis itulah Atlas pergi untuk selama-lamanya.

Akan tetapi, ia telah berjanji untuk menjaga gadis itu demi sang kakak dan ibunya tentunya.

Lagi, Melora mendapati Alvaro yang sedang menatap lekat kearahnya. Seketika rasa takut dan gelisah menghampirinya. Jangan-jangan cowok itu orang jahat yang ingin berbuat macam-macam dengan nya?

"Siapa yang disana?" teriak Melora mengagetkan Ametta yang tengah memotong buah apel.

"Kenapa, Lora?" Melora menunjuk seorang cowok yang sedang mendorong pintu masuk dan menampilkan senyuman hampa.

"Lama tidak berjumpa, Baby Girl!"