Nadia membunuh waktunya di dalam penerbangan yang memakan waktu hampir dua puluh empat jam itu dengan menonton film dan sesekali memainkan ponselnya. Ia kembali membuka ponselnya setelah selesai menonton film drama romantis yang menceritakan tentang kekasih yang rela mengorbankan dirinya untuk menyelamatkan kekasihnya dari sebuah kecelakaan mobil.
Nadia membuka akun media sosialnya dan melihat-lihat postingan-postingan terbaru yang muncul di laman media sosialnya. Tiba-tiba saja ia menegakkan tubuhnya. Ia kemudian mengirimkan hasil tangkapan layar ponselnya pada Leon yang duduk di seberangnya.
"Kembaran lu udah mulai merambah jadi Selebgram," tulis Nadia pada pesan yang ia kirimkan pada Leon.
Nadia memperhatikan video di mana Aslan sedang berbicara di depan kamera sembari memakan makanan yang dari penampakannya mirip seperti sebuah snack wrap yang dari penjelasan Aslan berisi sayur-sayuran dan potongan daging ayam yang diberi saus barbeque. Aslan juga mengatakan bahwa ia biasa memakan makanan tersebut setelah berlatih tinju.
Nadia geleng-geleng kepala melihat video tersebut. "Kayanya kalo mereka kerja bareng, perusahaan bisa untung besar. Yang satu jago strategi pemasaran, yang satu bisa ngiklanin produk dengan baik. Meskipun masih keliatan agak kaku."
Leon menonton video Aslan sambil tersenyum-senyum sendiri. Ia tidak menyangka Aslan bisa mempromosikan produk dengan baik meski dari raut wajahnya ia bisa melihat bahwa Aslan sebenarnya tidak terlalu menikmati makanan yang sedang ia makan. Namun, ia tetap bisa mengendalikan ekspresi wajahnya selagi mengatakan ia terbiasa memakan makanan tersebut setelah ia berlatih.
Leon kemudian mengirim pesan pada Nadia. "Kayanya kita bisa rekrut dia buat iklanin produk kita nanti."
"I cannot agree more," balas Nadia.
Leon tersenyum membaca pesan balasan dari Nadia dan menatapnya dari tempat duduknya.
-----
"Ini makanan apaan, sih, Ha?" tanya Aslan begitu ia selesai membuat video bersama Juleha dan video itu sudah di posting.
"Judulnya, kan, makanan sehat, Bang," sahut Juleha.
"Mending gue makan ayam asem manis bikinan Emak lu, Ha," timpal Aslan.
"Tapi videonya bagus, Bang. Gue barusan di chat sama yang ngirimin produk itu. Mereka suka sama videonya, tinggal nunggu aja efeknya gimana ke penjualan mereka," terang Juleha.
"Lu lama-lama kaya managernya si Aslan, Ha," sela Bang John.
"Gue ini mimin akun fanbasenya Bang Aslan. Ya, bisa juga sih rangkap jadi Manager Bang Aslan," ujar Juleha sembari cengar-cengir pada Aslan.
"Terserah lu mau nyebut apaan, Ha. Asal ngga minta gaji, gue terserah lu aja," sahut Aslan.
"Tenang aja, Bang. Gue melakukan ini iklas dunia akhirat," timpal Juleha. "Asal--"
"Asal apa?" tanya Bang John.
Juleha mesam-mesem pada Aslan dan Bang John. "Asal gue dapet bagian dari pembayaran endorse." Ia kemudian terkekeh.
"Gue pikir apa," sahut Aslan. "Atur aja itu, sih."
Juleha kembali terkekeh. "Makasih, ya, Bang. Kan, lumayan buat jajan."
Aslan menganggukkan kepalanya. "Santai aja, Ha."
"Ya udah, Bang. Berhubung udah kelar, gue balik dulu. Nanti kalo mereka udah transfer gue kabarin ke Abang," ujar Juleha.
Bang John menoleh tidak percaya pada Juleha. "Sejak kapan lu punya rekening, Ha?"
"Minjem punya Emak. Nanti gue bikin rekening sendiri kalo duitnya udah masuk," terang Juleha.
"Ooh," gumam Bang John.
Juleha menghampiri Bang John dan mencium tangannya. "Pulang dulu, Cing." Setelah berpamitan pada Bang John Juleha menoleh pada Aslan. "Gue balik ya, Bang."
Aslan mengangguk. "Hati-hati, Ha."
Juleha tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Ia kemudian berjalan meninggalkan sasana Bang John.
Setelah Juleha pergi meninggalkan sasana, Aslan dan Bang John segera melanjutkan pekerjaan mereka yang sempat tertunda karena kedatangan Juleha. Aslan kembali membersihkan lantai sasana. Sementara Bang John, Aslan melihatnya sedang duduk bersama dengan kalkulator dan sebuah pulpen di tangannya. Bang John terlihat mencorat-coret buku yang ada di hadapannya.
-----
Menjelang sore, Aslan berpamitan pada Bang John dan pergi ke tempat kerjanya. Begitu ia tiba di tempat kerjanya, ia merasakan tatapan mata para rekan kerjanya yang sediki aneh padanya.
Salah seorang di antara mereka kemudian berseru. "Ciyee, udah jadi Selebgram, nih, sekarang."
Aslan langsung terkejut mendengar ucapan rekan kerjanya itu. "Jangan bilang--"
Rekan kerjanya itu kemudian menunjukkan video Aslan yang sedang mengiklankan sebuah produk makanan di akun media sosialnya yang dikelola oleh Juleha.
"Astaga." Aslan segera menutupi wajahnya.
Salah seorang rekan kerja wanita tiba-tiba menghampiri Aslan. "Waktu pertama kali lu masuk, gue ragu-ragu, lu itu Aslan yang gue follow apa bukan. Eh, ternyata bener."
"Mbak follow akun itu juga?" tanya Aslan tidak percaya.
Wanita itu mengangguk pada Aslan. "Foto bareng, Lan." Ia dengan sigap menyalakan kamera ponselnya dan mendekatkan wajahnya pada Aslan.
Aslan sedikit membungkuk agar ia bisa terlihat sejajar dengan rekan kerja wanitanya itu. Rekan kerjanya mengambil beberapa foto sampai ia merasa foto yang diambilnya sudah cukup.
"Kalo lu nanti udah tenar kaya Selebgram yang lain, belum tentu bisa gampang foto bareng kaya gini," ujar rekan kerja Aslan setelah mereka selesai berfoto.
Aslan hanya bisa membalas ucapan rekan kerjanya sembari tersenyum canggung. Ia bahkan menggaruk tengkuknya sendiri meski tidak gatal.
Tiba-tiba Supervisor mereka datang dan segera membubarkan Aslan dan rekan-rekannya yang sedang berkumpul. Ia segera meminta mereka untuk segera pergi ke pos masing-masing karena sebentar lagi jam pergantian shift.
Begitu Aslan hendak berjalan pergi, supervisornya tiba-tiba menarik lengan Aslan. "Foto bentar, Lan."
Aslan menatap tidak percaya pada supervisornya. "Hah?"
Supervisornya tidak mempedulikan Aslan yang kebingungan dan langsung mengarahkan kamera ponselnya pada mereka berdua. Mau tak mau Aslan segera tersenyum ke arah kamera.
Ketika mereka selesai berfoto, supervisornya menepuk-nepuk bahu Aslan sembari merangkulnya. "Kalo lu udah makin tenar, jangan lupain kita-kita di sini, ya."
"Apaan, sih, Pak," sahut Aslan. "Video itu yang bikin bukan saya."
"Ya, tetep aja. Yang ada di video itu kan, kamu. Saya juga udah lihat video-video pertarungan kamu." Supervisornya mengacungkan jempolnya pada Aslan. "Keren. Tapi, hati-hati, Lan. Kayanya gara-gara banyak yang share videonya, Polisi pasti bakal ngawasin di sekitar tempat lu main."
Aslan tertawa pelan mendengar ucapan supervisornya. "Bapak kaya ngga tahu aja."
Supervisornya ikut tertawa. "UUD, ya?"
Aslan mengangguk pelan. "Ujung-ujungnya duit," bisik Aslan. "Ya udah, Pak. Saya ke pos dulu. Kasian nanti yang jaga sebelumnya kalo saya belum datang."
Supervisornya segera mengangguk. "Ya udah, sana. Kalo ada yang ngajak foto bareng, suruh nunggu jam kerja selesai."
Aslan segera berjalan pergi meninggalkan supervisornya sambil mengacungkan jempolnya. Selama berjalan menuju pos pintu keluar parkir yang akan ia jaga Aslan tersenyum-senyum sendiri. Ia tidak menyangka video yang belum lama di post oleh Juleha sudah dilihat oleh rekan kerjanya.
Kalau mengingat proses pembuatan video endorse perdananya tadi, rasanya Aslan ingin segera bersembunyi karena ia malu setengah mati harus berakting di depan kamera. Meskipun itu hanya disaksikan oleh Juleha dan Bang John.
*****
Don't forget to follow my Instagram Account pearl_amethys
and my Spotify Account pearlamethys untuk playlist yang berisi musik yang saya putar selama menulis cerita ini.
Karya asli hanya tersedia di platform Webnovel.
Hello pembaca sekalian, Terima Kasih sudah membaca karya kedua saya, hope you guys enjoy it..
Jangan lupa masukkan ke collection kalian untuk update chapter berikutnya dan juga berikan dukungan kalian melalui vote, review dan komentar. Terima kasih ^^