webnovel

The Tales of Lixe

Pada suatu hari, ketiga dunia yang seharusnya terpisah bersatu. Dunia itu adalah Iume, Lapha, dan Veden. Masing-masing dunia mempunyai ras-ras yang menghuninya. Kejadian itu membuat seluruh dunia terkejut, tetapi di tengah itu tiba-tiba ras-ras dari Lapha menyerang dan mengakibatkan perang besar pertama. 20 tahun kemudian Edward, seorang pemuda yatim piatu yang mempunyai sebuah tujuan besar yaitu untuk membuat perdamaian di seluruh dunia. Edward adalah pemuda yang tidak mempedulikan ras karena dia menganggap seluruh ras itu sama. Tetapi tujuan itu sangatlah jauh dari jangkauannya yang sekarang, tetapi apakah ini sebuah keberuntungan atau kesialan, dia mengalami kejadian yang merubah hidupnya dan itu membuatnya semakin dekat dengan tujuannya itu. Inilah kisah dari dari dia yang telah menjadi legenda di masa lalu, maupun masa depan. Sebuah kisah legenda yang telah terlupakan tentang dia yang agung.

OlphisLunalia · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
105 Chs

The Emperor of The Death Arc: The Little Mermaid

Mereka berdua pun berjalan Bersama menelusuri reruntuhan itu.

Lorelei tampak sama sekali tidak asing dengan reruntuhan itu, dia sudah pernah mengunjungi reruntuhan itu saat dia masih kecil bersama ibunya sebelum dia meninggal.

"Jadi Lorelei, di mana letak apel itu berada?"

Lorelei masih kesal dengan kejadian hari ini ketika kebanggaannya dengan kecantikan telah dinodai oleh Edward, dia pun cemberut dan mengalihkan pandangannya dari Edward.

"Hmph!"

Edward benar-benar merasa sama sekali tidak mengerti dengan para gadis yang pernah dia temui, kenapa mereka semua selalu ngambek dengan alasan yang bodoh seperti itu meskipun umur mereka sendiri sudah ribuan tahun sehingga seharusnya mereka bisa bersikap dewasa.

"Oi...sudahlah aku minta maaf walaupun aku tidak tahu kenapa."

Lorelei pun menghela napasnya panjang-panjang.

Selama ini dia yang selalu bangga karena tidak ada satu makhluk hidup pun yang tidak terperdaya olehnya itu masih merasa heran, dia tidak tahu sebenarnya terbuat dari apa hati dan pikiran laki-laki yang ada di sampingnya itu sehingga kecantikannya sama sekali tidak berpengaruh.

"(sigh) Yaudah lupakan saja, ini tidak seperti aku mengharapkanmu untuk melakukan ini dan itu."

"Aku tidak tahu apa yang kau harapkan tapi...ya asal kau tahu walaupun Chamuel dan yang lainnya bilang kalau mereka itu budak cinta atau apalah itu, aku sama sekali gak pernah menyentuh mereka ya!"

"Kamu ini benar-benar laki-laki yang aneh ya? Aku sama sekali tidak menyangka akan ada laki-laki sepertimu di dunia ini."

"Sudahlah jangan bahas itu, yang lebih penting lagi di mana apel itu berada?"

Lorelei sudah sangat lama tidak kemari, dia sudah agak lupa denah tempat ini.

"Hmmm...waktu aku kecil dulu kalau tidak salah...."

Lorelei menunjuk ke arah salah satu bangunan reruntuhan yang ada di sana.

"Ada di sana, di balik bangunan kaya gunung itu ada taman yang disebut taman Eden."

"Roger!"

Edward dan Lorelei langsung bergegas menuju ke tempat yang ditunjuk Lorelei, tetapi Edward merasakan ada hal yang aneh ketika dia melewati bangunan reruntuhan kuno yang masih berdiri tegak itu, matanya seperti telah terpaku di bangunan itu.

"Lorelei, ngomong-ngomong bangunan apa itu?"

Lorelei sendiri sama sekali tidak tahu juga, dia sama sekali belum pernah masuk ke dalam bangunan reruntuhan itu sama sekali.

"Entahlah, aku juga sama sekali tidak tahu."

"Hei Lorelei, menurutmu sudah berapa tahun reruntuhan ini tenggelam?"

"Entahlah mana aku tahu."

Tentu ini agak aneh bagi Edward yang memang menyukai sejarah, dia sangat gemar menjelajahi reruntuhan dan juga membaca sejarahnya, tetapi dia yang bahkan sudah ada di tingkat hardcore itu sama sekali tidak mengetahui akan adanya sejarah adanya reruntuhan di sini.

Di Iume sendiri, terdapat banyak sekali reruntuhan peninggalan kerajaan-kerajaan kuno sekitar empat sampai lima ribu tahun lalu. Tentu jika dibandingkan dengan Veden dengan ras yang berumur sampai ribuan tahun ini sama sekali tidak terlihat mencolok, tetapi bagi manusia yang notabenenya adalah ras dengan umur terpendek, ini adalah sesuatu yang luar biasa.

Edward pun mendekati bangunan itu dan menyentuhnya.

"Seperti yang sudah aku duga."

"Apa yang kamu lakukan?"

"Seperti yang kamu tahu kalau reruntuhan ini sama sekali tidak tertulis di dalam sejarah apapun yang berarti reruntuhan ini jauh lebih tua dari kerajaan tertua yang ada di Iume."

"Jadi kenapa?"

Edward pun memegang tangan Lorelei.

Itu membuat Lorelei terkejut karena secara tiba-tiba Edward melakukan itu, jantungnya pun berdegup kencang membayangkan apa yang akan Edward lakukan di dalam pikirannya.

"A-apa yang kamu lakukan tiba-tiba? A-apa kamu-"

Sayangnya Edward bukanlah tipe orang seromantis itu, dia bahkan sama sekali tidak pernah berpikir untuk bermesraan atau apapun sekarang, dia hanya menyentuhkan Lorelei ke dinding bangunan yang terlihat tua itu.

"Bagaimana?"

"Hmmm...? eh? Apanya?"

"Apakah bangunan ini terlihat terbuat dari batu?"

Lorelei mencoba untuk merasakan dengan tangannya.

"Hmmm...ini seperti terbuat dari metal."

"Berdasarkan sejarah di Iume, di jaman itu semua bangunan masih memakai bahan dasar dari bebatuan, bahkan para Dwarf yang mempunyai teknologi tertinggi pun masih belum sanggup untuk mengolah bahan metal pada saat itu."

Lorelei memang tidak tahu sejarah apapun karena para Mermaid itu adalah makhluk yang hanya bisa hidup di laut sehingga mereka sama sekali tidak tahu apapun yang terjadi di darat.

"Hmmm...jadi apa kesimpulannya?"

"Memang ini tidak bisa dipastikan sih tapi mungkin saja kalau seluruh reruntuhan ini tidak berasal dari Iume, melainkan Veden atau bahkan Lapha, atau mungkin tidak keduanya tetapi berasal dari sesuatu yang lain."

Selama ini penyatuan dunia itu sendiri sudah menjadi misteri bagi Edward, dia terus berpikir bagaimana tiga dunia bisa menyatu menjadi satu kesatuan secara riba-tiba tepat di hari kelahirannya ke dunia ini, dia tidak tahu apakah ini ada hubungannya dengan dirinya yang disebut-sebut sebagai sang Cahaya oleh Chamuel dan yang lainnya.

Tentu yang mampu memisahkan dunia ini menjadi tiga dan menyatukannya kembali adalah seseorang yang mempunyai kekuatan yang luar biasa gila, atau mungkin bisa jadi adalah sang dewa itu sendiri, seorang dewa yang Edward sendiri tidak pernah mempercayainya.

"Hmmm...apakah ini hanya kebetulan?"

Tetapi jika memang itu karena dirinya maka ini akan menjadi sebuah kegilaan yang baru, jika itu memang ada hubungannya dengan Chamuel dan yang lainnya maka untuk apa? Untuk apa dia repot-repot membuat dirinya menjadi manusia yang lemah kalau dirinya bisa melakukan apapun sebagai seorang dewa.

"Seperti yang sudah kuduga, aku memang sangat sulit menerima semua ini dengan akal sehat."

"Dari tadi apa yang kamu pikirkan sebenarnya?"

"Tidak apa-apa, bukan sesuatu yang penting kok."

Edward mencoba mendekati pintu dari bangunan besar itu.

"Ngomong-ngomong bagaimana kita bisa masuk?"

"Entahlah, dulu pas aku kemari, pintunya sudah kebuka sendiri."

Tentunya bahan Logam yang terdapat di pintu itu sama kerasnya dengan dindingnya, Edward sendiri setelah menyentuhnya pun sudah tahu kalau logam itu sangat keras dan juga kuat sehingga mustahil untuk menerobos masuk. Tetapi meskipun begitu, Edward sendiri merasa sangat tertarik dengan bangunan itu dan apa yang ada di dalamnya.

Edward sangat ingin menjelajahi bangunan itu tetapi dia punya misi yang sangat penting sekarang, dia tidak mempunyai waktu luang untuk melakukan hal itu.

"Tch! Sayang sekali!"

Mereka berdua pun memutari bangunan itu untuk sampai di tujuan, tentu mereka bisa berenang di atas bangunan untuk rute yang lebih pendek tetapi Edward merasakan sesuatu yang tidak enak akan terjadi.

Sedikit demi sedikit akhirnya taman yang dimaksud Lorelei terlihat di mata Edward, sebuah taman yang dipenuhi oleh terumbu karang yang berwarna-warni.

Mungkin taman itu dulunya adalah sebuah taman yang sangat cantik dengan beragam bunga dan pepohonan, tetapi karena sudah sangat lama berada di dalam air sekarang menjadi sebuah taman terumbu karang dengan ikan-ikan yang berwarna-warni, setidaknya itu yang orang biasa pikirkan ketika melihatnya tetapi Edward berbeda, dia merasa kalau itu sama sekali bukanlah taman.

Edward merasa ada yang aneh, dia sudah melihat dari kejauhan taman itu tetapi dia sama sekali tidak menemukan apel emas.

"Hoi katanya apel emasnya ada di sana, di mana?"

"Coba ke sana dulu, nanti juga kamu tahu."

Edward pun menuruti kata-kata Lorelei, dia mendekati apa yang Lorelei sebut taman itu bersama dengannya.

Edward adalah orang yang sangat waspada dan hati-hati, dia sudah tidak mau mengulang kejadian pada saat dirinya ditarik Lorelei ke dalam laut karena keteledorannya itu, oleh karena itu sekarang dia mengeluarkan seluruh kemampuannya untuk merasakan area sekitarnya jikalau ada bahaya.

Entah kenapa semakin Edward mendekat, semakin dia merasakan perasaan yang tidak enak yang seolah-olah seperti akan menemui boss di sebuah game. Itu membuatnya semakin meningkatkan kewaspadaannya dan memekakkan semua indranya.

Akhirnya mereka berdua pun sampai di sana, tetapi walau seperti itu perasaan tidak tenang Edward sama sekali tidak berubah, dia terus menaikkan level kewaspadaannya.

"Jadi di mana apel yang kau maksud itu?"

Lorelei melihat ke sekelilingnya seperti tengah mencari sesuatu.

"Kok aneh sekali ya?"

"Aneh? Apa maksudmu?"

"Seharusnya di sini ada seekor naga yang menjaga tempat ini, tetapi kok dia tidak ada?"

Kalau dipikir-pikir Edward juga merasa aneh, kalau ada tempat yang memiliki harta karun seperti itu seharusnya akan ada penjaga yang menjaga harta itu.

"Naga itu selalu melingkari apel itu dengan tubuhnya yang besar tetapi dari tadi aku gak melihatnya."

Tiba-tiba Edward merasakan hawa kehadiran seseorang yang memiliki kekuatan yang besar, dia pun merasa sangat terkejut dan segera menoleh ke arah di mana dia merasakannya.

"Hawa kehadiran ini..."

Edward sedari awal memang sudah menduga kalau ada yang tidak beres di sini, dia pun langsung mendekati Lorelei dan bersiap untuk melindunginya.

"Lorelei, tetaplah berada di belakangku!"

Lorelei yang tidak tahu apa-apa pun merasa kebingungan dengan sikap Edward yang tiba-tiba terlihat sangat serius itu.

Dia tahu kalau jika tidak ada dirinya maka naga itu akan menyerang siapapun yang mendekat jadi dia rasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan jika Edward bersamanya.

"Kamu, kurasa tidak perlu khawatir karena selama ada aku maka naga itu gak akan nyerang kok."

"Lorelei, jika memang ada musuh dengan kekuatan besar, akan kuberi kau peluang kabur jadi pada saat itu segera pergi secepat mungkin."

"(sigh) kan sudah kubilang kalau naga itu-"

Apa yang Edward rasakan bukanlah hawa keberadaan dari seekor naga, tetapi seorang Humanoid.

Tentu dia tahu kalau ras naga juga bisa berubah menjadi bentuk Humanoidnya seperti Avvanyyon dan juga Arashel sehingga dia sudah paham betul karakteristik mereka, tetapi dia merasakan hal yang berbeda.

"Ini bukanlah hawa keberadaan naga, dari ukurannya dia seperti Humanoid, karna itu jika dia memang kuat maka di sini akan terjadi pertarungan sengit dan aku tidak bisa bertarung sambil melindungimu."

Edward bukanlah seorang Knight dengan zirah dan perisainya bisa melindungi seseorang dan dia sama sekali tidak bisa melakukan itu karena dia sendiri juga tidak bisa bertarung secara adil dari depan seperti para pahlawan yang ada di cerita dengan idealismenya yang tidak realistis baginya.

"Bukannya kamu sudah tahu kan kalau aku sampai terpisah darimu maka kamu gak bisa bernapas dan bergerak bebas lagi di dalam lautan ini?"

"Setidaknya itu lebih baik daripada kau terbunuh di sini."

"Ta-tapi apa yang akan kamu-"

"Aku yang sekarang sudah bukan aku yang dulu lagi, aku tidak akan kalah semudah itu jadi kau segera pergilah dan panggil Lily dan yang lainnya ke sini."

Ini mungkin adalah strategi terbaik karena mau bagaimanapun tidak ada yang bisa menang melawan Lily dan yang lainnya sehingga jika mereka bisa sampai ke sini maka sudah bisa dipastikan kalau mereka akan menang.

Lorelei yang sudah paham dengan kekuatan Lily dan yang lainnya pada saat bertanding dengan mereka pun menyetujui rencana itu, dia menganggukkan kepalanya sebagai tanda kalau dia mengerti dan setuju.

"Sepertinya kalian sedang mencari sesuatu ya?"

Tiba-tiba muncullah seseorang yang memiliki penampilan yang agak aneh dan tidak lazim, dia memakai baju zirah lengkap yang berat di dalam laut. Tepat di punggungnya juga terlihat kalau dia juga memiliki dua buah pedang yang besar di sana.

Edward pun menghilangkan wajah seriusnya dan menggantinya dengan wajah yang terlihat santai.

"Ya~h sebenarnya kita kelihatannya sedang tersesat saat bermain-main di sekitar sini."

"Ho~ begitu ya? Kalau begitu maukah aku tuntun ke jalan keluar dari sini?"

"Kalau begitu kami akan menerima tawaranmu itu."

Edward dengan wajahnya yang kelihatan sama sekali tidak terlihat kalau dia tengah mewaspadai orang yang tiba-tiba muncul itu atau lebih tepatnya dia hanya berpura-pura menjadi seperti itu.

Bukan tanpa alasan kenapa Edward mencurigai orang yang dia lihat sekarang itu sebagai musuh sebab siapa orang biasa tanpa tujuan yang memakai baju zirah besi lengkap di bawah laut dan bisa bergerak layaknya sedang ada di darat.

Bukan hanya itu, Edward juga melihat aura haus darah dari orang itu, aura yang sama dengan dirinya pada saat-saat tertentu.

"Ngomong-ngomong kenapa kau ada di sini?"

"Tentu saja tujuanku sudah jelas. Aku mendengar dari si Oni kalau kamu pasti akan datang kemari jadi aku ditugaskan untuk memburu-"

Tiba-tiba tanpa diduga-duga Edward ada di belakang orang itu dengan tatapannya yang mengerikan, dia sudah mengepalkan tinjunya dan menyerang orang yang memakai baju zirah itu.

"Iron Fist!"

Serangan Edward itu benar-benar sama sekali tidak terduga bahkan bagi orang yang berzirah lengkap itu. Jangankan kesempatan untuk menghindar, dia sendiri saja sama sekali tidak menyadari Edward.

Serangan Iron Fist Edward pun langsung mengenainya.

Tentu serangan Iron Fist Edward sekarang sudah menjadi jauh lebih kuat dari saat dia bisa mementalkan monster sapi raksasa di kerajaan roh, serangan itu langsung membuat orang yang memakai baju zirah itu terpental jauh dan menghantam batu-batuan yang ada di sana dan menyebabkan hempasan air laut yang membuat Lorelei juga hampir terhempas.

"Lorelei sekarang!"

Lorelei langsung berenang menuju Edward dengan cepat.

Edward tidak mengerti kenapa Lorelei malah menghampiri dirinya di saat dia tadi sudah memerintahkannya untuk segera pergi dari sini dan memanggil yang lainnya.

"Edward..."

"Apa yang kau lakukan? Cepat segera pergi dari sini!"

Tanpa sepatah kata pun Lorelei tiba-tiba mendekati Edward, dia mendekatkan wajahnya dan berusaha mencium pipi Edward.

Tentu melihat itu Edward secara reflek segera menghindari kejadian yang tidak terduga-duga sebelumnya itu.

"Hoi, apa yang mau kau lakukan?"

Bukan tanpa alasan Lorelei mau melakukan hal itu, dia memberikan Edward Blessing dari sang ratu Mermaid yang bisa membuat Edward bisa bernapas dan bergerak bebas di dalam air untuk sementara waktu walaupun dirinya tidak ada di sampingnya.

"Tenang aku hanya memberikan Blessing kepadamu agar kamu bisa bernapas dan bergerak dengan bebas di dalam air."

"Benarkah..."

Edward sedikit merasa ragu dengan ini, entah kenapa dia merasakan sesuatu akan terjadi jika dia membiarkan Lorelei melakukan itu dan juga menerima ciuman di pipi itu sudah cukup untuk membuat Edward sendiri merasa tidak enak terutama ciuman dari gadis yang baru saja dia kenal hari ini.

"Aku tidak perlu, aku tidak tahu bagaimana denganmu tetapi melakukan itu dengan orang yang baru kukenal itu membuatku sedikit merasa tidak enak."

Begitupun Lorelei, dia sama sekali belum pernah memberikan Blessing seperti ini karena biasanya para Mermaid lain lah yang melakukannya kepada laki-laki yang mereka tangkap.

"A-aku juga biasanya gak biasa melakukan ini tapi kalau seperti itu kamu bisa kalah kan apalagi orang dengan pakaian aneh itu kamu anggap kuat."

Blessing dari Lorelei itu sendiri tidak bisa diberikan kepada sembarangan orang karena kekuatan Lorelei untuk membuat makhluk hidup untuk jatuh cinta kepadanya sangatlah luar biasa sehingga jika dia memberikan ini kepada sembarang orang itu hanya akan membuat orang itu tidak mau menjauhinya tetapi karena Edward adalah satu-satunya orang yang sama sekali tidak terpengaruh oleh nyanyian merdunya yang bisa menarik seluruh makhluk itu Lorelei percaya kalau Edward juga tidak akan kenapa-napa.

Lorelei memegang kedua tangan Edward dan dia menatap langsung mata Edward dengan serius.

Tetapi setelah dilihat dari dekat Edward merasa kalau memang Lorelei memiliki wajah yang sangat cantik dan memikat, mungkin jika kecantikannya diketahui oleh semua orang maka tidak heran akan datang beratus-ratus ribu atau bahkan berjuta-juta orang yang mengantri untuk melamarnya.

"(sigh) Baiklah kalau begitu sekali saja, setelah itu segera pergi secepat mungkin."

Lorelei pun segera mendekatkan wajahnya lagi dan akhirnya mencium pipi Edward.

Meskipun tidak terlihat jelas, Edward merasa tidak nyaman dengan itu.

Dia pun melihat Lorelei yang mencium pipinya sambil memejamkan mata birunya yang indah dan tidak lama setelah itu Blessing dari Lorelei pun berhasil didapatkan Edward dan Lorelei mengakhiri ciumannya itu tetapi di sinilah awal dari keanehan dimulai.

"Baiklah kalau kau sudah selesai sekarang segera pergi dari sini!"

Tanpa diduga-duga oleh Edward tiba-tiba Lorelei memeluk Edward dan mencium pipinya untuk yang kedua kali.

Sontak Edward pun merasa terkejut dengan itu, dia merasa kalau Blessing itu sudah diterimanya tetapi entah kenapa Lorelei malah mencium pipinya lagi untuk yang kedua kalinya.

"Oi ada apa? Apakah Blessing-"

Pada saat melihat wajah Lorelei Edward pun langsung paham sebenarnya apa yang terjadi.

Tatapan mata Lorelei yang terlihat dipenuhi oleh nafsu dan cinta yang sangat membara itu membuat Edward paham betul apa yang terjadi.

"Eh tu-tunggu! Jangan jangan ini!"

Tadi pada saat Chamuel mencoba untuk memakai sihir cinta doki-doki version kepadanya, sihir itu malah berbalik kepada Chamuel dan membuat Chamuel yang biasanya selalu menempel itu menjadikan wajahnya memerah dan sekarang telah terjadi hal yang sama.

Seperti pada saat itu sihir pemikat tidak akan mempan kepada Edward yang merupakan sang Cahaya, jika ada orang yang menggunakan sihir itu maka sihir pemikat itu hanya akan kembali kepadanya dan juga kebetulan selain mengandung Blessing, ciuman Lorelei juga mengandung sihir yang bisa memikat.

"Hoi hoi yang benar saja!"

Lorelei pun selesai dengan ciuman keduanya dan sekarang...

"Ciuman bibir!"

Dengan ekspresi wajah yang mengingatkan Edward kepada Chamuel, Lorelei mengatakan hal itu dengan keras.

"OUT!"

Dengan sigap Edward menahan kepala Lorelei yang mulutnya sudah mau menyosor Edward.

Tentu Edward sendiri masih merasa trauma karena kejadian di depan pohon suci, pada waktu itu dia benar-benar tidak menyangka kalau White akan menciumnya di depan orang banyak.

"Kalian..."

Orang yang memakai zirah itu pun bangkit lagi tetapi kali ini dia terlihat sangat marah.

"BERANINYA KALIAN BERMESRAAN DI DEPANKU!"

Ini adalah suatu penghinaan bagi orang yang memakai zirah lengkap itu karena dia sendiri sampai sekarang masih belum memiliki pasangan hidup dan sekarang dia harus melihat lawannya tengah bermesraan di hadapannya.

"APAKAH KALIAN TAHU ITU MEMBUATKU MERASA IR- MAKSUDKU MERASA JIJIK!"

Yay libur satu tahun!

OlphisLunaliacreators' thoughts