webnovel

The Tales of Lixe

Pada suatu hari, ketiga dunia yang seharusnya terpisah bersatu. Dunia itu adalah Iume, Lapha, dan Veden. Masing-masing dunia mempunyai ras-ras yang menghuninya. Kejadian itu membuat seluruh dunia terkejut, tetapi di tengah itu tiba-tiba ras-ras dari Lapha menyerang dan mengakibatkan perang besar pertama. 20 tahun kemudian Edward, seorang pemuda yatim piatu yang mempunyai sebuah tujuan besar yaitu untuk membuat perdamaian di seluruh dunia. Edward adalah pemuda yang tidak mempedulikan ras karena dia menganggap seluruh ras itu sama. Tetapi tujuan itu sangatlah jauh dari jangkauannya yang sekarang, tetapi apakah ini sebuah keberuntungan atau kesialan, dia mengalami kejadian yang merubah hidupnya dan itu membuatnya semakin dekat dengan tujuannya itu. Inilah kisah dari dari dia yang telah menjadi legenda di masa lalu, maupun masa depan. Sebuah kisah legenda yang telah terlupakan tentang dia yang agung.

OlphisLunalia · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
105 Chs

Elf Kingdom Arc: Sang Putri Kecil part 2

Elf itu adalah seorang Elf yang sangat cantik dengan mata birunya bak langit.

Elf itu pun sedikit membungkukkan dirinya dan memperkenalkan dirinya.

"Perkenalkan semuanya, namaku adalah Evelyn Theodore La Ingrain."

Chamuel pun terkejut ketika melihat wajah dari Evelyn, dia pun melihat ke arah Lily.

Lily pun mengangguk seolah-olah memberi isyarat kepada Chamuel.

"Baiklah silahkan duduk dulu."

"Terima kasih."

Wajah dari Evelyn nampak sangat muram, ia terlihat sangat sedih dengan apa yang terjadi di kerajaan La Ingrain sekarang ini.

"Ehm jadi Evelyn-chan, bisa Evelyn-chan katakan apa masalah yang tengah terjadi di kerajaan La Ingrain?"

Evelyn menundukkan kepalanya dengan wajah yang sangat sedih, air matanya bahkan seakan-akan mau keluar dan membasahi pipinya.

Chamuel yang melihat itu merasa iba dengannya, dia pun mendekati Evelyn dan memeluknya.

"Gak apa-apa, ceritakan saja semuanya, Chamuel janji Chamuel akan bantu kok, benar kan Ed-chan?"

Edward juga mendekati Evelyn, dia menepuk bahunya dan tersenyum ke arahnya.

"Iya, serahkan saja semuanya kepada kami, kami akan membantu sekuat kami."

Evelyn pun menangis di pelukan Chamuel, dia sudah hampir merasa putus asa karena masalah yang ia hadapi sekarang ini adalah masalah yang terlalu besar untuk putri kecil yang lemah sepertinya.

Pada saat ini sifat keibu-ibuan Chamuel yang tidak pernah Edward duga terlihat dengan jelas, dia benar-benar tidak menyangka kalau Chamuel si Loli mesum itu mempunyai sifat baik seperti ini juga.

"Cup cup, tenang lah, Chamuel ada di sini kok..."

Selama ini Evelyn selalu berpikir apakah ada orang yang akan menolong putri yang lemah sepertinya yang bahkan tidak mempunyai kekuatan untuk melindungi dirinya sendiri.

"Hiks...hiks...apakah itu tidak merepotkan hiks...hanya untuk menolong hiks orang sepertiku?"

"Tidak kok, malahan Chamuel seneng bisa nolong Evelyn-chan."

"Ah...seperti yang sudah kuduga dari tunangan-"

"Ariel-chan diamlah!"

Chamuel terus memeluk Evelyn sampai akhirnya dia tenang sendiri, setelah itu Chamuel memegang kedua pundak Evelyn dan menatapnya dengan tatapan yang lembut nan menyenangkan.

"Jadi Evelyn-chan, bisa Evelyn-chan katakan masalah yang sedang Evelyn-chan alami?"

"Hiks...hiks...baiklah."

Akhirnya Evelyn pun bisa ditenangkan dan Chamuel bisa kembali duduk di kursinya lagi.

"Sebenarnya ada masalah yang sangat besar yang tengah menimpa kerajaan La Ingrain, masalah itu disebabkan oleh kakakku, Kenaz."

Memang ini adalah masalah yang tidak pernah ia duga sebelumnya, dia tidak menyangka kalau kakaknya itu sebenarnya telah merencanakan hal itu bahkan bersama dengan panglima perang yang selama ini terlihat loyal dengan sang raja.

"Kakakku telah mengkudeta ayahku, raja Elf dan dia sekarang tengah memenjarakannya bersama ibu di penjara bawah tanah."

Edward dan yang lain pun mulai menangkap masalah yang sedang dialami oleh Evelyn yaitu kakaknya yang telah mengkudeta ayahnya sendiri, tetapi masalahnya tidak sesimpel itu melainkan ada masalah yang lebih besar lagi yaitu rencana gila kakaknya.

Ariel yang sudah tahu dari awal pun tidak bisa melakukan apapun karena memang dia mempunyai tugas yang harus ia selesaikan dengan segera.

"Dan yang lebih parahnya kakaknya, si Kenaz itu berencana untuk memulai perang dengan ras Malaikat."

Tentu itu adalah hal yang sangat gila mengingat perbedaan kekuatan militer diantara mereka yang sudah sangat jauh.

Ras Malaikat adalah ras yang mempunyai wilayah kekuasaan terbesar di Veden, jadi jika kerajaan Elf mau berperang dengan mereka maka bisa dipastikan mereka akan hancur berkeping-keping melihat kekuatan pasukan malaikat dan belum lagi kekuatan para Archangel yang sama sekali tidak bisa diremehkan.

Edward tidak habis pikir dengan tindakan yang dilakukan oleh Kenaz, dia sama sekali tidak tahu kenapa dan bagaimana pangeran Elf itu bisa berpikir kenapa dia bisa berpikir untuk berperang melawan para malaikat karena baginya itu sama saja dengan tindakan bunuh diri.

"Hmmm...kelihatannya kakakmu itu orang yang bodoh ya?"

Sayang sekali Evelyn sama sekali tidak bisa membantah fakta ini, dia memang menyadari kalau kakaknya itu sangat bodoh tetapi walaupun seperti itu dia tetap kakaknya.

"Ugh..."

Chamuel pun menggembungkan pipinya dan menatap Edward dengan tatapan kesal.

"Mum...Ed-chan, jangan menjahilinya!"

Edward merasa bingung karena dia sama sekali tidak berniat untuk menjahili Evelyn, dia hanya mengatakan apa adanya tetapi dia pun sadar bahwa dirinya telah menjadi laki-laki yang tidak sensitif.

"(sigh) Aku tahu, maafkan aku untuk itu."

"Tidak apa-apa, aku tidak apa-apa kok."

Tetapi situasinya menjadi gawat karena pangeran Kenaz yang telah dibutakan dengan kebodohannya itu bisa memulai perang dengan para malaikat kapan saja, karena itu dibutuhkan penanganan dengan segera sehingga tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Ariel pun berdiri dari kursinya.

Ariel merasa kalau meminta bantuan kepada Chamuel adalah langkah yang tepat, dia pun sekarang merasa lega karena kelihatannya tidak apa-apa menyerahkan masalah ini kepada Chamuel dan teman-temannya.

"Baiklah kalau begitu aku akan menyerahkan sisanya kepada kalian, aku akan pergi mengerjakan tugasku sendiri."

Chamuel yang memang dari awal sudah tidak menyukai kehadiran Ariel yang telah membuat semua orang salah sangka hanya memalingkan wajahnya dan menggembungkan pipinya.

"Hmph! Cepat pergi sana!"

Sharon yang melihat itu merasa tidak enak karena bagaimana pun sikap Chamuel terlalu berlebihan kepada Ariel walaupun dia sendiri juga tidak menyukainya.

"Oi Cebol, setidaknya berilah salam perpisahan untuknya!"

"Gak!"

"Ah...terima kasih kucing manisku, tapi..."

Ariel pun kembali memasang muka sok gantengnya di depan Sharon dan yang lain, dia pun mengedipkan mata kanannya dan disertai dengan gerakan yang juga menurut mereka menyebalkan.

"Itu sudah biasa kok."

Sharon mencoba menahan kekesalannya ketika mendengar Ariel mengatakan itu, untuk kali ini dia benar-benar berpikir kenapa para Archangel itu kebanyakan berisi orang-orang aneh.

"Ba-baiklah kalau begitu."

"Kalau begitu semoga lancar dan Evelyn, semoga masalahmu cepat teratasi."

Evelyn sangat berterima kasih kepada Ariel yang telah mendengarkannya, bahkan membantunya sampai seperti ini.

Evelyn berdiri dan membungkukkan badannya.

"Terima kasih tuan Ariel!"

Ariel tidak merasa melakukan sesuatu yang patut diterima kasihi, yang dia lakukan hanyalah mendengar dan mengantarkannya kepada temannya, dia bahkan tidak akan berpartisipasi di dalam misi mencegah perang ini.

"Kalau kamu ingin berterima kasih, ucapkan itu kepada Chamuel karena aku sendiri tidak melakukan apapun."

Akhirnya Ariel pun pergi meninggalkan mereka semua untuk menyelesaikan urusannya sendiri.

Setelah Ariel pergi, akhirnya Chamuel pun memulai diskusi dengan Edward dan yang lainnya tentang bagaimana cara untuk mengatasi permasalahan Evelyn.

Tentu jika itu Chamuel, dia bisa mengerahkan pasukan khususnya untuk menaklukkan La Ingrain dan menangkap Kenaz dan para pemberontak, tetapi dia ingin membahas ini bersama yang lainnya.

"Ehm jadi bagaimana cara kita mengatasi ini, Chamuel bisa mengirim pasukan untuk menaklukkan dan menangkap Kenaz dan sekutunya-"

"Tidak."

Chamuel dan yang lainnya pun menoleh ke arah Edward yang menolak usulan Chamuel tersebut.

"Ed-chan, apa ada sesuatu yang salah?"

Edward berpikir kalau itu adalah rencana yang tidak buruk, tetapi ada satu hal yang membuat Edward merasa tidak enak yaitu tentang dimana keberadaan sang raja Elf.

"Evelyn, dimana keberadaan raja Elf sekarang ini?"

"Ayahku sekarang menjadi tahanan bersama dengan ibuku."

Ini adalah yang Edward khawatirkan, jika Chamuel memutuskan untuk mengerahkan pasukannya maka tidak bisa dipungkiri kalau Kenaz mungkin akan menggunakan mereka sebagai sandera.

"Itulah masalahnya."

Chamuel dan yang lainnya pun memikirkan apa yang dimaksud Edward, mereka terus berpikir sampai akhirnya mereka semua menyadari apa yang dimaksud Edward.

Untuk menyelesaikan masalah ini, dibutuhkan kehadiran raja Elf yang bisa mengendalikan rakyatnya, tentu jika sang raja Elf mati maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi Chaos di La Ingrain dan masalah ini akan menjadi lebih rumit.

"Jadi begitu, intinya kita harus bergerak secara gerilya untuk menyelamatkan raja Elf dan menangkap Kenaz ya?"

Mereka semua benar-benar terkesan dengan Edward yang bisa menyadari itu bahkan sebelum mereka yang telah hidup lebih lama dari Edward menyadarinya.

Itu memang sudah biasa karena mengingat Edward adalah sang ketua dari organisasi rahasia jadi dia harus lah sosok yang cerdas, dia akan selalu memikirkan untung dan rugi dari setiap tindakan yang ia ambil agar tidak merugikan semua orang.

Chamue pun membusungkan dadanya dengan wajah yang penuh kebanggaan.

"Seperti yang sudah Chamuel duga dari calon suami Chamuel."

"Kenapa malah kau yang bangga? Ehm! Pokoknya kita harus memikirkan matang-matang, mencari informasi yang sebanyak-banyakmya untuk bekal saat kita bergerak nanti."

Informasi, tidak ada yang lebih berharga dari informasi dalam sebuah perang karena terkadang adanya satu buah informasi saja bisa mengubah jalannya peperangan apalagi mereka harus bergerak secara gerilya, tentu informasi sekecil apapun akan menjadi senjata yang berharga.

"Tapi informasi apa yang harus kita kumpulkan terlebih dahulu?"

"Yang pertama, karena prioritas kita adalah menyelamatkan raja, maka kita harus menggali informasi tentang dimana dia berada sekarang, karena kalau itu aku maka aku tidak akan memenjarakan raja di tempat yang biasanya."

"He~ kenapa Ed-chan bisa berpikir kaya begitu?"

Edward pun tersenyum sinis kepada mereka semua, dia sudah tahu betul semua strategi yang biasa digunakan oleh orang-orang semacam itu karena dia sendiri sudah berkali-kali menghadapinya.

"Karena hanya orang bodoh yang mau menyembunyikan kartu AS mereka di tempat yang terlihat oleh musuhnya...benar kan?"

Sharon pun menganggukkan kepalanya mendengar kata-kata Edward, seperti yang sudah ia duga kalau Edward memang sosok pemimpin yang handal dan cerdas.

"(sigh) Ed, kau memang benar-benar jenius ya?"

Edward merasa kalau dirinya bukan lah seorang jenius, dia hanyalah orang yang belajar dari pengalamannya selama ini dalam menghadapi berbagai situasi yang ada, dia terus belajar dan belajar agar bisa menjadi semakin kuat dan kuat.

"Aku tidak lah jenius, ini hanyalah masalah pengalaman saja karena aku sudah berkali-kali menghadapi situasi yang sama."

Evelyn pun merasa sangat terkesan dengan Edward, dia bisa memimpin dan bahkan menggerakkan mereka semua dengan sangat bagus, dia juga bisa menebak dan menyusun rencana untuk mengalahkan kakaknya walaupun dia belum pernah bertemu langsung dengannya.

"Jadi begitu...baiklah kalau begitu siapa diantara kita...kurasa hanya aku yang bisa ya?"

Diantara mereka semua yang paling pandai menggali informasi secara diam-diam hanyalah Edward karena memang itu adalah hal yang sudah menjadi pekerjaan sehari-hari bagi Edward sendiri.

Sharon sebagai partner Edward pun mengangguk, ini juga akan menjadi kesempatan emas untuknya agar bisa berdua dengan Edward dan mengenang masa-masa mereka melakukan tugas bersama.

"Baiklah Ed, kalau begitu kita akan melakukan hal yang biasanya kan?"

"Tidak Sharon, kali ini partnerku bukan kau."

"Eh?!"

Sharon syok karena Edward yang selalu berpartner dengannya tiba-tiba menolaknya.

Chamuel pun menundukkan kepalanya sambil menutupi mulutnya, dia berusaha menahan tawanya melihat ekspresi syok dari Sharon.

"Pffftt...Shar-chan, kasihan."

Wajah Sharon pun memerah karena Edward menolaknya menjadi partner, dia berusaha menutupi wajah malunya itu dengan tangan.

Lily pun juga merasa penasaran dengan siapa orang yang akan menjadi partner Edward untuk mencari informasi kali ini, dia mendekati Edward untuk menanyakan itu.

"Ed, jadi siapa?"

"Aku dan Evelyn."

Evelyn pun terkejut karena Edward memilihnya untuk menjadi partner mencari informasi, dia sama sekali tidak menyangka kalau dirinya yang tidak berguna ini akan dipilih oleh Edward.

Tentu bukan hanya Evelyn yang terkejut, tetapi Chamuel, Sharon dan yang lain juga terkejut sampai tidak bisa berkata apa-apa.

Chamuel pun mulai berpikiran bermacam-macam, dia bahkan mulai berimajinasi kalau Edward akan melakukan ini dan itu kepada Evelyn saat mereka sedang berduaan.

"E-Ed-chan...apakah Chamuel saja masih belum cukup? Apakah Ed-chan masih mau menambah harem lagi?"

"Hah apa yang kau katakan dasar bodoh, aku memilih Evelyn karena dia adalah orang yang paling cocok untuk misi ini."

Evelyn merasa senang karena Edward telah memilihnya, tetapi Evelyn sendiri berpikir bahwa dirinya hanyalah seorang Elf yang tidak berguna, bahkan dia sendiri tidak mempunyai kepercayaan diri kalau dia bisa berguna di dalam misi ini.

"Ta-tapi tuan Edward, a-aku hanyalah Elf yang tidak berguna-"

"Jangan berpikiran kalau dirimu itu tidak berguna, asal kau tahu kalau aku memilihmu bukan karena kasihan atau apapun tapi karena kau sangat berguna di dalam misi ini jadi aku memutuskannya, lagian aku juga punya misi lain untuk Chamuel dan yang lainnya untuk mengerjakan sesuatu yang cocok untuk mereka jadi tidak ada orang yang tidak berguna di dalam dunia ini."

Evelyn terdiam mendengar kata-kata Edward tersebut, dia sama sekali tidak bisa membalas kata-kata itu karena dia menganggap kata-kata yang diucapkan oleh Edward adalah sebuah kebenaran yang terus ia tolak selama ini.

"Jadi Ed-chan, misi buat kita itu?"

Edward pun tersenyum memikirkan rencana yang telah ia susun ini, dia pun tidak sabar membayangkan wajah Kenaz ketika dia melihat semua rencananya gagal dengan rencana Edward ini.