webnovel

IV. Pemuda Terpilih

Tesss... Tesss... Tesss...

Tesss... Tesss... Tesss...

Tesss... Tesss... Tesss...

Ugghhh.... Aku membuka mata. Kukejap-kejap kedua mataku. Mencoba membiasakan diri di kegelapan.

Perlahan, mencoba duduk... Dan.... Aduuuhh... Badan serasa remuk redam.

Persis kayak habis diinjak-injak sama gajah, terus keseruduk badak, dan diemut-emut sama hiu putih. Belum pernah kan? Jangan deh. Dijamin, sakitnya melebihi ngeliat mantan lagi jalan sama gebetan barunya.

Hal-hal pertama yang kusadari adalah kegelapan ini, bukanlah kegelapan total. Sebagian tempat nampaknya terpapar dengan cahaya. Mungkin, cahaya bulan. Kemudian, terdengar bunyi tetes air di dekatku. Sepertinya, sumber air so dekat... Eeee, maksudnya ada sumber air di sekitarku.

Tidak besar mungkin...

Kemudian, tempatku berada ini nampaknya lumayan kering, dan agak terlindung. Nampaknya, aku berada di pintu sebuah gua. Lumayan sih. Gedenya. Kucoba untuk menggeserkan badanku ke arah luar. Sambil menahan sakit di sekujur tubuh, kucoba memperhatikan sekeliling gua itu.

Hmmmm.... Nampaknya, aku berada di dasar sebuah jurang. Di sana-sini, banyak pepohonan yang tinggi menjulang, serta dengan posisi yang sangat rapat. Sehingga sulit ditembus cahaya.

Kecuali, di sekitar mulut gua. Agak terbuka. Sehingga sinar bulan meskipun sedikit, berhasil menerobos dedaunan dan menerangi mulut gua tempatku berada ini.

Ahhh... Entah berapa lama aku tak sadarkan diri. Eh, kok haus ya? O iya, bukannya tadi kudengar ada tetesan air? Sepertinya, ada di bagian dalam gua ini. Perlahan, aku mencoba masuk lagi ke dalam gua sambil menyeret badanku. Dan benar, ada semacam kolam kecil di sana.

Dan, hei...

Ada beberapa pohon di sana, dan memiliki banyak buah dengan ukuran sedang. Bentuk buahnya mirip apel. Tapi kok, warnanya biru ya? Perasaan, apel Malang, gak ada deh yang warnanya biru seperti ini. Pas dimakan, rasanya gak kayak apel malah. Kayak minuman bersoda, tapi yang biru.

Jangan-jangan, mereka bikinnya dari apel ini ya....

Wah, satu rahasia besar perusahaan telah kutemukan. Hmmm.... Nanti, kalau udah kembali pulang, aku akan bikin perusahaan minuman, agar bisa menyaingi perusahaan minuman berkarbonasi yang coklat... Canggih bukan, ideku?

Ehhh, tapi kok, sehabis makan apel biru itu, badan kok jadi segar ya? Padahal, baru satu gigitan lho. Mungkin, ini maksudnya cukup sekali gigitan di buah apel, maka ide dan inonasimu akan selalu mengalir. Hashtag, bukan iklan...

Dan, hei... Sakit-sakit di badanku pun menjadi jauh berkurang. Apalagi, setelah meminum air di kolam kecil tadi. Bukan hanya menyegarkan tenggorokan, tapi juga membawa kesegaran bagi badan. Kucoba berdiri, dan berjalan-jalan sejenak. Seolah-olah, tidak pernah ada luka serius yang kualami.

Widiiiih.... Mantap, gan... (jempol) (jempol) (jempol)

Baiklah, bagaimana kalau kucoba menjelajahi gua ini lebih ke dalam lagi?

Perlahan, aku berjalan. Meskipun tubuhku tidak terasa sakit lagi, setelah makan apel biru dan minum air dari kolam kecil itu. Tapi, aku haruslah tidak memaksakan diriku. Aku kan tidak tau, apa efek sampingnya.

Aku berjalan. Terus.... Dan, terus.... Dan, terus....

Hmmm... Apa itu ya? Ini kayaknya sudah ujung gua bagian dalam. Dan, ternyata terang juga...

Ooooh, ada semacam tumbuhan di dalam sini. Tanaman ini, mampu mengeluarkan semacam cahaya kebiru-biruan yang menerangi sisi gua bagian dalam ini. Nampaknya tanaman ini mengandung semacam fosfor. Hingga membuatnya mampu mengeluarkan cahaya di tengah kegelapan.

Hei, tulisan apa di dinding itu ya? Hmmmm....

"KAU YANG BERJODOH DENGANKU. GUNAKAN AKU SEBAIK-BAIKNYA UNTUK MELAWAN KEGELAPAN"

Kegelapan? Emang di luar masih malam, sih... Kok harus dilawan ya? Hmmm.... Ada semacam simbol di sini. Bentuknya, seperti gambar matahari.

DRRRRRRTT..... DRRRRRRTT.....

Eh, lantainya bisa bergeser, ternyata. Ketika tadi simbol matahari itu kutekan. Dari balik lantai tersebut, terangkat sebuah benda yang berukuran tidak terlalu besar.

Hmmmm.... Benda apa itu ya?

Ternyata, dari balik lantai yang bisa bergeser tadi, sebuah kotak perlahan-lahan terangkat ke atas. Bentuknya, kotak. Ya, iya lah... Kalo bulat memanjang, kapsul dong namanya.

Bukan, bukan begitu maksudnya. Kotaknya sih nampaknya biasa-biasa saja. Terbuat dari semacam logam yang berukir. Hanya saja, ada semacam kekuatan tertentu yang keluar dari kotak itu.

Kekuatan yang membuatku merasa segan mendekatinya. Namun, pada saat yang bersamaan, kekuatan itu seolah-olah memintaku mendekatinya.

Perlahan-lahan kudekati kotak itu.

Saat tutupnya kubuka... Seberkas cahaya terang muncul dari dalam kotak. Menyilaukan.

Namun, beberapa saat kemudian, cahaya itu memudar perlahan. Akhirnya, cahaya itu tidak menyilaukan lagi, dan menjadi semacam lampu, untuk menerangi isi dari kotak itu.

Cahaya itu ternyata berasal dari sebuah keris. Keris yang berbentuk lurus.

Keris ini memiliki gagang berwarna putih, mungkin terbuat dari semacam gading. Bilahnya pun sebagian besar berwarna putih. Ada garis-garis hitam yang menghiasinya. Garis-garis itu membentuk pola semacam gambar matahari di bagian pangkalnya.

Warangkanya pun berwarna putih. Nampaknya, juga terbuat dari semacam gading. Berhiaskan pola-pola serupa dengan pola di bilahnya.

Ada kekuatan besar yang memaksaku untuk mengambilnya. Dan, ketika keris itu tergenggam di tanganku. Tiba-tiba.... Entah dari mana datangnya, muncul seorang kakek.

"Salam. Joko, anakku"

"Eh copot, copot, copot, copot..... Baim kaget deh... Eh, maksudnya, saya kaget... Salam juga, Kek.... Kakek siapa ya?"

Tuh, kan... Jadi latah.

Aneh... Kakek ini, Penampilannya bersih dan sangat bersahabat. Dan, seolah-olah dia telah mengenaliku sejak lama.

Dia mengenakan jubah putih. Rambut dan jenggotnya pun berwarna putih. Jangan-jangan, hantu.

Hiiiiiiii...

"Jangan takut, Anakku. Aku bukan hantu.

Aku hanyalah orang yang dititipkan Keris Naga langit itu, untuk menyerahkannya kepada Pemuda Terpilih"

"Keris Naga Langit? Pemuda Terpilih? Bentar, Kek.... Sebentar.... Ini audisi Liga Dangdut ya?"

"Hahahaha.... Hush! Sembarangan aja kamu ngomong.

Baiklah, kakek akan bercerita. Namun sebelumnya, sarungkanlah Keris Naga Langit itu ke dalam warangkanya."

"Baik, Kek", sahutku sambil memasukkan Keris yang kata beliau bernama Naga Langit itu ke dalam warangkanya. Dan, seketika kekuatan besar tadi menghilang.

Ooooh, gitu ya, fungsi dari warangka keris Naga Langit itu. Untuk menyembunyikan kekuatannya.

"Baiklah. Sebelumnya, kamu bisa memanggil kakek dengan nama Kakek Michaelangelo"

Buseeeet, deh... Keren amat, namanya si kakek ya...

"Sebetulnya, yang kamu lihat ini bukan fisik kakek. Kakek sudah meninggal lebih dari 500 tahun yang lalu"

Tuuuuuh kan... Dibilangin juga apa. Hantu, kan? Idiiih... Kok, jadi serem ya....

"Hahahaha.... Nanti dulu. Sudah kakek bilang, kakek ini bukan hantu"

Lho, kok? Ada ya, hantu yang gak ngaku hantu?

"Begini. Kakek ini sebenarnya adalah sahabat baik dari pemuda terpilih terakhir yang diberi kepercayaan untuk memiliki Keris Naga Langit itu. Sebelum dia meninggal, dengan kekuatannya roh kakek disimpan di dalam warangka Keris Naga Langit.

Agar nanti, jika Pemuda Terpilih dipercayakan lagi memiliki Keris Naga Langit, maka kakek diberi tugas untuk menceritakan betapa gentingnya dunia saat itu"

Genting? Perasaan, sebelum jatuh ke jurang ini, gak ada tuh tanda-tanda kerajaan Toatoa mau berperang. Begitu juga kabar dari negara tetangga lainnya. Piliipu, Banyuhijau, bahkan Bintangdoewa. Semuanya, aman-aman aja...

"Kamu salah, nak"

Et dah, ini kakek... Belum juga aku ngomong. Kok, udah tau apa yang kupikir ya? Hiiiiiiii...

"Kamu ingat, apa yang mmenyebabkan kamu terjatuh ke jurang ini?"

"Ingat, Kek. Gara-gara dikejar Kelinci Mutant"

"Benar. Kelinci Mutant itu, semula kelinci biasa saja. Tapi, karena kemunculan kabut hijau, maka dia bermutasi. Berubah menjadi monster. Dan ini, hanya terjadi pada binatang saja. Binatang apapun yang menghirup kabut hijau, akan berubah menjadi monster. Hanya manusia, dan ras-ras lain penghuni Xyor ini yang tidak terpegaruh"

"Kok, bisa terjadi seperti itu, Kek?"

"Nak, kabut hijau hanya bisa muncul apabila Kristal pelindung Xyor melemah"

"Kristal pelindung, Kek?"

"Ya. Ada 6 kristal yang melindungi Xyor. Kristal api, kristal tanah, kristal air, kristal angin, kristal cahaya, dan kristal kegelapan. Kristal-kristal ini menjaga keharmonisan alam di Xyor ini. Jika kekuatannya melemah, alam menjadi tidak harmonis lagi. Saat keharmonisan alam terganggu. Kabut hijau pun muncul"

"Kok, bisa melemah, Kek?"

"Sebab, ada sesuatu atau mungkin, seseorang berusaha memonopoli energi kehidupan, atau yang kamu kenal sebagai Manna. Peristiwa ini pernah terjadi 500 tahun yang lalu.

Dia bernama CrossDeath. Pada pertarungan pemuda terpilih terakhir, 500 tahun yang lalu, CrossDeath berhasil dikalahkan. Dan dikurung di sebuah tempat rahasia di Pulau Bijubiju"

"Dan kini, CrossDeath telah terlepas dari kurungannya dan berusaha mengisap seluruh Manna di dunia ini. Maka, dengan kekuatan terakhirnya, para kristal telah memanggil para Pemuda Terpilih, untuk sekali lagi mengalahkan CrossDeath, dan mengembalikan keharmonisan alam di Xyor ini. Salah satunya, kamu, anakkku. Joko. Sang Penguasa Elemen Cahaya"

Aku ternganga mendengar cerita ini.

"Kaget sih, kaget. tapi, jangan ngeces juga kali...."

Buset dah... Ini kakek. Lagi tegang-tegang gini, kok, masih sempat-sempatnya ngejek.

"Kakek gimana sih... Saya kan, bingung.... Kejadian ini begitu cepat terjadi"

Kakek Michaelangelo hanya tersenyum.

"Anakku... Sebagai Pemuda Terpilih, tugasmu sangat berat. Kamu akan berhadapan dengan banyak musuh. Sebelum akhirnya, kalian harus berhadapan dengan CrossDeath.

Untuk itu, setiap Pemuda Terpilih yang juga menjadi penguasa elemen diberikan senjata dan kekuatan khusus oleh kristalnya masing-masing. Sebagai penguasa cahaya, kau dititipkan Keris Naga Langit oleh Kristal Cahaya. Dan, saat menggunakan keris itu, secara otomatis kamu akan menguasai Jurus Keris Nirwana.

Sebagai permulaan, kamu baru menguasai jurus itu pada level 1. Selanjutnya, kamu harus mencari tahu sendiri, bagaimana cara meningkatkan levelnya.

Jurus Keris Nirwana itu sendiri dapat kamu gunakan dengan ataupun tanpa menggunakan Keris Naga Langit."

"Kemudian, kamu juga secara otomatis menguasai Ajian Cahaya Pelangi, namun masih level 1.

Level ini bisa kamu tingkatkan hanya saat mengadakan kontak dengan Kristal.

Nah, jika kamu bisa mengadakan kontak dengan kristal yang sesuai dengan elemenmu, maka kamu akan membangkitkan ajian pamungkasmu, Petir Menyambar Surga.

Terakhir, jika kamu bertemu dengan Pemuda Terpilih lainnya, kalian bisa menggabungkan elemen kalian dan memiliki sebuah ajian kombinasi. Namun, kamu harus ingat bahwa ajian kombinasi ini hanya bisa dibangkitkan dengan syarat, salah satu pengguna adalah penguasa elemen cahaya"

"Maaf. Kek. Saya mau nanya, boleh?"

"Silahkan, nak..."

"Yang membedakan ajian tiap elemen dengan ajian kombinasi, apa ya, Kek?"

"Ajian kombinasi, area serangnya jauh lebih luas. Nak. Ini sangat berguna jika kamu harus berhadapan dengan musuh yang berjumlah banyak", terang Kakek Michaelangelo.

"Sebelumnya, kalian harus menyatukan terlebih dahulu kedua senjata kalian", lanjut beliau.

"Cuman senjata, Kek? Kalo hati, boleh gak?"

"Hush... Kamu itu. Kamu itu nanti harus bertarung melawan banyak monster. Bukan lagi cari jodoh...."

"Wali dong, Kek..... Hehehehe...." sahutku.

"Wali? Siapa itu?"

"Oooh, anu, Kek.... Anu.... Tetangga saya"

"Oooooh, gitu.... Ya, sudah. Kakek harus pergi sekarang. Gunakan kekuatanmu dengan sebaik-baiknya. Hancurkan CrossDeath dan anak buahnya. Kembalikanlah keharmonisan dunia ini. Namun, sebekumnya, kalian para Pemuda Terpilih harus menemui kristal-kristal tersebut. Kemudian, berkomuunkasi dengannya. Dan juga, meningkatkan kekuatan kalian."

"Baik, Kek....."

"Selamat tinggal, cucuku...."

"Selamat jalan, kek...."

Perlahan, tubuh Kakek Michaelangelo nampak memudar. Hingga, akhirnya menghilang.

Sepeninggal Kakek Michaelangelo, aku termangu menatap Keris Naga Llangit. Aku masih tidak percaya atas peristiwa yang baru saja kualami. Tapi... Keris Naga Langit itu nyata, berada dalam genggamanku.

Hmmmm.... Nampaknya, aku harus keluar dari gua ini. Dan menjalankan amanah dari Kristal Cahaya, yang disampaikan oleh Kakek Michaelangelo.

Jauh-jauh naik kuda ke Tebet

Cakep....!

Beli sembako dan tepung bumbu

Cakep....!

Gue gak takut sama elo, ya CrossDeath

Cakep....!

Ini Joko, yang bakalan jadi lawan lo....

Cakep....! Prok! Prok! Prok! Prok! Prok!

--- end of Bab IV ---