"Kau apa-apaan sih. Aku serius. Kamu gak melihat aku menangis?" Lyra berucap sembari ia tunjuk matanya. Mempertegas yang ia lakukan. Air mata tersebut adalah saksi sah sedihnya Lyra. Siapa tahu Martin tidak percaya dan malah menganggap Lyra pura-pura menangis.
Air mata terlihat mengalir deras. Bahkan masih berbekas.
Tangan Lyra posisikan di dada angkuh membuat pose paling ia sukai. Sembari masih terus menangis, Lyra melihat Martin seperti hari itu adalah kesempatannya terakhir baginya menyombongkan diri. Jika terlambat, itu adalah akhir sebab besok Lyra terbangun sudah berada di alam lain.
Tangis Lyra sudah mulai mereda, selagi begitu tetap ia tatap Martin. Menjelaskan mode on dan terus berkelanjutan.
"Aku tidak menipumu. Aku juga tidak main-main. Aku serius. Aku tak menangis kalau bukan mewakilkan perasaan sedih," ucap Lyra. Dirinya tersenyum miris. Martin lagi-lagi membuat Lyra kecewa berat.
Martin sempat ngebug lihat sikap Lyra. Tak perlu menuntut, Martin percaya penuh.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com