Soal itu, mereka hampir tidak pernah bersama di lingkungan sekolah, ini ide Sakura sendiri sebab ia tak ingin ayahnya mendengar bahwa ia mulai tertarik pada lelaki, sebab ia tahu ayahnya pasti akan ikut campur, atau lebih parahnya berusaha memisahkan mereka.
"Aku mengerti," kata Aito dengan senyum kecilnya, "Mulai sekarang, kita hang out bareng di sekolah, mungkin dengan melakunan itu pikiran mereka berubah."
"Ah..." ini yang ditakutkan Sakura. "Um... kurasa tidak akan ada pengaruhnya dengan rumor itu,"—ia mencoba memberi alasan masuk akal.
Wajah Aito berubah sedih. "Kau malu bersamaku...?"
"Tidak!" sahut Sakura cepat, lalu menggeleng. "Bukan itu hanya saja aku belum pernah memamerkan perasaanku, dan lagi itu—" ia tidak menyelesaikan kata-katanya, lebih memilih menatap sendu dia.
"Ayahmu?" Aito menebak.
"Ha'i," Sakura menjawab lesu.
"Standar yang tinggi, eh?" gumam Aito, "Apa boleh buat," katanya mengalah.
Sakura tersenyum pahit.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com