Hingga sore tiba, saat Kenzo sudah menyelesaikan pekerjaannya. Dia masih terbayang akan unggahan laki-laki itu yang telah dia anggap berani mendahuluinya, dia begitu kesal. Ada rasa berkecamuk di dalam benaknya yang tak ingin dia akui itu adalah rasa cemburu.
Begitu keluar dari ruang pekerjaannya, dia segera menyalakan mesin motornya lalu hendak pergi berkeliling sebentar untuk melepas penat dan kekesalannya yang entah dari mana datangnya. Dia melaju dengan santai, namun tetap dengan pikiran yang kacau balau.
"Ada apa denganku ini? Kenapa aku begitu marah melihat unggahan laki-laki itu. Bukankah selama ini aku hanya menganggap Dinda wanita pelarianku?" ujar Kenzo berbicara sendiri sepanjang jalan.
Sampai akhirnya sebuah panggilan telepon dari getaran ponselnya membuatnya berhenti melaju. Dia berhenti di sisi jalan begitu saja, lalu merogoh ponselnya untuk menerima sebuah telepon yang ternyata datangnya dari Heni. Dia segera menerimanya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com