webnovel

The Lost Love

Banyak orang bilang, hubungan yang berada dalam status long distance (jarak jauh) yang konon selalu menjadi suatu ancaman hubungan akan mudah berakhir, namun nyatanya tidak semua benar demikian. Lalu bagaimana hubungan itu akan berjalan dengan akhir yang indah, setelah bertaburan dengan kata-kata manis, kepercayaan, kejujuran dalam waktu yang begitu sangat panjang? Jika nyatanya dua sejoli yang kini sedang menjalani hubungan itu tengah memiliki perbedaan keyakinan yang begitu kuat sebagai makhluk yang beragama. Mencoba untuk melawan dengan mengatasnamakan cinta yang begitu dalam di hati mereka, yang tumbuh tak terduga sejak pada pandangan pertama. Karena sejatinya cinta yang sesungguhnya, tak pernah mengenal status, suku, adat, atau ras sekalipun. Ini adalah tentang hati yang tidak bisa kita kendalikan kepada siapa akan berlabuh, mencoba untuk tetap bertahan dan menjalani skenario Tuhan yang mereka percayai telah di takdirkan untuk mereka yang akan memulainya. Lantas bagaimana akhir dari kisah mereka? Siapa yang harus mereka pilih? Cinta yang begitu dalam, atau keyakinan yang begitu sakral tehadap sang pencipta (Tuhan).

Michella91 · Geschichte
Zu wenig Bewertungen
317 Chs

Maya di sekolah Kenzo

Pagi ini, Kenzo tergesa-gesa keluar dari kamarnya untuk segera menuju ke sekolah. Setelah dia terlambat bangun pagi ini, secara bersamaan pun sang ibu memanggilnya sebelum dia keluar menuju teras rumah.

"Ken, sarapan dulu!"

Langkah Kenzo terhenti begitu saja begitu mendengar suara sang ibu lalu berbalik dengan cepat menghampirinya.

"Kenzo sudah hampir terlambat, Bu. Sarapan di sekolah saja nanti siang," ujar Kenzo sambil menyalami tangan sang ibu.

"Siang?" tanya sang ibu lagi memelototinya.

Kenzo tersenyum nyengir menunjukkan giginya dan beranjak pergi kembali.

"Ingat sarapan, Ken. Jangan menunggu siang, hati-hati bawa motor…" sang ibu berteriak memberikan titah dan menasehatinya seperti biasa yang selalu dia sampaikan pada Kenzo.

Begitu sampai di sekolah, seperti biasa. Kenzo selalu di sambut ramah dan candaan yang benar-benar konyol oleh teman-teman dekatnya dalam satu geng. Kenzo datang tepat sepuluh menit sebelum bel masuk kelas berbunyi.

"Hah, gue pikir udah terlambat." Kenzo terengah-engah berhenti sejenak sebelum memasuki ruang kelas.

"Tenang aja, Bro. Meski terlambat kita-kita akan ikut menemani kalau elu di hukum, hahaha…" jawab Riyo meledeknya.

Menit berikutnya bel masuk kelas sudah berbunyi. Kenzo dan beberapa teman gengnya sudah beranjak berlari melanjutkan langkahnya menuju ruang kelas mereka. Suasana di kelas sudah tampak ricuh ketika semua murid sudah duduk di kursinya masing-masing. Seisi kelas menjadi hening seketika begitu wali kelas mereka memasuki ruang kelas.

"Selamat pagi, anak-anak…" sapa guru itu dengan ramah.

"Selamat pagi, Pak…" sahut semua murid dengan nada panjang.

"Pagi ini, bapak sengaja masuk lebih awal dari biasanya. Karena bapak ingin memperkenalkan murid pindahan baru di sekolah ini," ujar sang guru kembali.

Sejenak semua murid saling berbisik dan ricuh saling bertanya pada teman masing-masing. Hanya Kenzo seorang yang tampak biasa saja, namun setelah murid baru itu melangkah masuk ke dalam ruangan, Kenzo sontak membelalakkan kedua matanya hingga membuatnya beranjak berdiri.

"Maya?" ujar Kenzo membuat semua murid di kelas itu menatap wajah Kenzo penuh tanda tanya.

Maya tersenyum menatap wajah Kenzo dan melambaikan tangan diam-diam.

"So what? Ma-ya? Apa itu sungguh Maya teman SMP kita?" tanya Riyo yang kini ikut beranjak bangun.

"Hei, apa-apaan kalian? Duduk! Biarkan Maya memperkenalkan dirinya dulu," tegur sang guru pada Riyo dan Ken.

Kenzo tampak bahagia meski dia masih kebingungan, begitu pula dengan Riyo. Mereka hampir tidak percaya itu, kini sosok Maya, sahabat yang sudah lama terpisah kini hadir kembali di sekolah yang sama kembali bersama mereka.

Usai memperkenalkan diri, Maya diminta untuk duduk di kursi yang sudah kosong sejak tadi. Namun, dengan cepat Kenzo mendorong Riyo yang menjadi teman sebangkunya selama ini untuk pindah posisi dan membiarkan Maya yang duduk di sisi Kenzo saat ini.

Semua murid laki-laki tampak saling berebut untuk berkenalan dengan Maya setelah wali kelas mereka keluar dari kelas. Kenzo dan Riyo menatap tajam mereka yang memaksa untuk berkenalan dengan Maya, bagaimana tidak? Maya gadis yang cantik, manis, rambut tebal bergelombang, mata belo, kulitnya kuning langsat, dan pipi nya yang chubby membuatnya terlihat imut dan menggemaskan tentunya.

"Kau sungguh menyebalkan, sepertinya kau harus di hukum!" ujar Kenzo pada Maya dengan cemberut.

"Hahaha, coba saja kalau berani. Aku terpaksa mengerjaimu, Ken. Aku tidak tinggal di hotel, aku sudah kembali tinggal di kota ini," jawab Maya dengan senyuman manisnya.

"Apa? Jadi, elu udah ketemu Maya lebih dulu, Ken?" tanya Riyo menyela.

"Hem, kemarin dia datang ke rumah gue," jawab Kenzo santai.

"Parah elu, Ken. Kenapa gak ngabarin gue, kita bisa kumpul bersama kemarin."

"Lalu? Elu bakal langsung ke rumah bawa Jihan?" balas Kenzo lagi.

"Hem… Apakah Jihan itu nama kekasih bayangan Riyo kita? Hahaha…" Maya menyela dengan spontan mekedek Riyo.

"Maya, gue senang elu kembali ke kota ini dan akhirnya kita bisa kembali bersama seperti dulu." Riyo tampak berbinar-binar menyapa Maya dan melanjutkan obrolan santai sebelum pelajaran di kelas di mulai.

Begitu istirahat di mulai, Maya selalu di dampingi oleh Kenzo juga Riyo beserta geng mereka. Seolah Maya menjadi ratu di antara mereka yang harus mereka lindungi bersama. Kenzo dan Riyo benar-benar bahagia dan seakan merasa kembali pada masa lalu mereka saat-saat duduk di bangku SMP.

"Maya, pulang sekolah nanti ayo kita nongkrong. Hahaha, mengenang masa-masa sebelum akhirnya elu pindah dari kota ini," ajak Riyo di sela obrolan mereka.

"Ehm, kebetulan gue masih harus pergi belanja untuk perlengkapan sekolah. Jadi, lain kali aja gimana?" sahut Maya menanggapi.

"Gapapa, kita bisa temani," jawab Riyo kembali mendesak.

"Oh? Apa tak apa?"

"Tsk, sejak kapan kau merasa tidak enakan begitu?" tanya Kenzo menanggapi.

Lagi-lagi Maya hanya tersenyum menanggapinya.

"Oke. Pulang sekolah nanti kita temani ratu kita berbelanja sampai sepuasnya," ujar Riyo penuh semangat. Lantas mereka tergelak tawa penuh ceria bersama, dalam hati Maya bersyukur dan jauh lebih bahagia karena bisa berkumpul kembali dengan mereka, sahabat lamanya.