webnovel

The Lord Of The Darkness

(WARNING 25+) Kau hanya diam, di balik tirai yang memisahkanmu dengan kerumunan orang yang kau sebut sampah. Seolah, kau ingin membuktikan jika dirimu adalah manusia paling tak bisa disentuh oleh makhluk mana pun. Namun, rupanya kau mulai ragu dengan apa yang menjadi keyakinan awalmu. Meski membunuh adalah salah satu tujuan dari hidupmu. Tapi, hatimu sepertinya mulai berdenyut saat mengelnya. Ya... dia, perempuan kecil yang keluarganya telah kau bantai dengan sadis. Perempuan kecil yang kau kurung dalam kastil megahmu. Perempuan itu adalah, Grace Hester. Lalu, apakah kau pikir Grace akan menerimamu setelah ia mengetahui jika kau adalah orang yang telah membantai keluarganya? Terlebih, bukan hanya hal itu yang membuatmu ragu untuk mendekat ke arahnya. Wajahmu yang tak sempurna membuatmu menjadi lebih beringas dari biasanya. Tatkala, hatimu mulai disentuh dengan rasa cinta. Sanggupkah kau meyakinkannya? Sanggupkah kau membuat dia untuk tetap berada di sisimu?

PrincesAuntum · Urban
Zu wenig Bewertungen
321 Chs

~Menyibukkan Diri~

Pagi ini, agaknya ada yang berbeda dari kamar Grace. Dia tidak ada di kamarnya seperti beberapa hari belakangan yang dia akan selalu mengurung diri sepanjang hari.

Hari ini, Grace sedang ada di kebun bunga yang beberapa bulan ini dia buat di samping rumah keluarga Kyle. Dia memotong beberapa bunga mawar yang tampak berbunga dengan begitu indah. Untuk kemudian, dia memasukkan beberapa bunga itu pada sebuah vas yang sudah ia beri air. Sementara itu, dia telah menemukan beberapa bunga-bunga liar di sekitar rumah keluarga Kyle. Dia mengambilnya dan menanamnya di taman cantiknya itu.

Mau bagaimana lagi, memang. Setelah terakhir kali dia melihat pemuda pengantar sayur yang meninggal tepat di depan matanya. Grace tak lagi memiliki kesempatan untuk membeli bunga-bunga hias yang layak untuk ditanam. Namun demikian bunga-bunga liarnya ini tak seburuk yang semua orang pikirkan. Tamannya menjadi lebih berwarna dari pada dia hanya melihatnya gersang begitu saja. Terlebih, dia telah menemukan dua pohon bunga matahari. Entah dari biji atau bagaimana sehingga bisa tumbuh di sana.

Cuaca sudah tak seekstrim beberapa bulan terakhir. Matahari sudah mulai cerah, salju-salju yang menutup genteng-genteng rumah sudah mulai mencair. Dan burung-burung gereja kini tampak subuk mematukki beberapa biji-bijian atau bahkan cacing untuk mereka bisa makan.

Marvin yang saat itu hendak mengambil beberapa barang yang ada di ruang membaca keluarga Kyle pun tampak menghentikan langkahnya. Dia melihat di luar jendela jika Grace sudah menyibukkan diri dengan menanam bayak bunga. Marvin tampak diam, apakah dia harus mengatakan kepada bosnya jika mungkin wanitanya itu membutuhkan beberapa bibit bunga segar untuknya ditanam di pekakarangan rumahnya itu? Agar setidaknya wanitanya itu memiliki kegiatan lain, selain enggan bertemu siapa pun dan merengung atas kejadian pemerkosaan yang telah dialami secara kasar beberapa waktu yang kalu. Untuk kemudian Marvin menghela napas panjang, berjalan pergi dari sana kemudian dia menaiki anak-anak tangga dan menghilang.

"Nona Hester, apakah bunga mawar yang mekar ini adalah dari taman yang ada di sini?"

Grace tampak mendongak. Dia melihat Gob sudah berdiri dengan patuh di belakangnya. Grace tampak tersenyum kemudian dia mengangguk manis.

"Iya, Tuan Gob. Apakah kau tak berpikir jika mereka itu indah? Aku telah menanamnya dengan sepenuh hati dari dua bulan yang lalu. Siapa sangka, mereka akan mekar bersamaaan dengan hilangnya salju yang memenuhi atap-atap rumah yang ada di sini. Aku pikir, mereka akan mati," jawab Grace panjang lebar.

Di sana ada banyak bunga mawar dengan aneka warna. Beberapa batang dengan warna merah, dengan warna kuning, dan yang lainnya. Semerbaknya mulai mengusik indera penciuman saat angina mulai menerpa kelopaknya dengna sangat nyata.

"Jadi boleh aku bantu bawa bunga-bunga mawar ini masuk ke dalam rumah, Nona? Nanti kau bisa menatanya sesuai dengan selera. Aku yakin, kau tak bisa membawanya sendiri masuk bersama dengan vas-vas ini kan?" tawar Gob. Grace pun mengangguk kuat.

"Baiklah Tuan Gob, kau bisa membawanya jika mau. Aku akan memetik beberapa lavender untuk mempermanis tampilannya. Dan sebelum itu, aku akan menyelesaikan tugasku dulu. Banyak bunga yang ingin aku tanam."

Gob melihat bunga yang dimaksud oleh Grace, semua itu adalah bunga-bunga liar yang ada di kediaman keluarga Kyle. Untuk kemudian, Gob memandang pada sisi kanan rumah keluarga Kyle itu.

"Nona Hester apa kau memerlukan bunga yang cantik?" tanya Gob. Grace tampak mendongak dengan penuh minat. "Sebenarnya jika kau ingin, aku bisa memintakanmu beberapa bunga cantik di rumah keluarga Jade, yang rumahnya ada di sebelah rumah keluarga Kyle."

"Benarkah Tuan Gob? Apa kau yakin jika mereka akan memberikannya beberapa untukku?" tanya Grace dengan nada semangatnya.

"Benar, Nona. Baiklah, tunggu di sini sebentar aku akan kesana untuk mengambilkan beberapa bunga yang ada di sana,"

Grace langsung mengangguk semangat, terlebih saat dia melihat Gob pergi menuju samping rumah keluarga Kyle. Dia melewati pagar dengan pepohonan hijau di dalamnya. Lalu dia masuk ke salah satu celah yang ada di sana.

Grace tampak mengerutkan kening, dia cukup penasaran kenapa sampai Gob menghilang. Apakah ada celah atau lorong rahasia dari sana? Jika iya, dia bisa keluar dari rumah keluarga Kyle dari sana kemudian dia pergi kan?

Tak berapa lama, Gob kembali, dia membawa beberapa tanaman yang masih ditanam di kantung plastic warna hitam. Bukan hanya satu, tapi banyak. Membuat Grace langsung bangkit dan berjalan cepat mendekati Gob.

"Ya Tuhan, bunga-bunga ini. Apakah semua ini milik dari keluarga Jade, Tuan?" tanya Grace dengan penuh semangat. Dia membantu Gob membawa tiga bunga. Sementara bunga yang lainnya dibawa oleh Gob. Gob pun tampak mengangguk, kemudian dia tersenyum. Dia bahkan tak peduli, jika sekarang seragam pelayannya telah kotor karena tanah yang menempel pada pakaiannya dengan sempurna ini.

"Benar, Nona. Ketahuilah, keluarga Jade memiliki bisnis rumahan yang sangat menguntungkan. Mereka membudidayakan beberapa bunga dan buah. Jika kau ingin, aku juga bisa memintakan beberapa tanaman buah untukmu. Tapi sebelum itu, kita harus perbaiki tamanmu terlebih dahulu. Bagaimana dengan membuatkan beberapa rak atau yang lainnya? Dengan demikian dia akan bisa menampung lebih banyak tanaman hias lainnya. Lalu sisi yang lainnya kita bisa manfaatkan tanah yang ada. Aku akan membuatnya menjadi lebih lega untukmu, Nona Hester,"

Grace terkekeh mendengar ucapan itu. Setidaknya, Gob sekarang tak sekaku itu dengannya. Jika dulu bahasa yang ia gunakan lebih formal dan canggung, sekarang Gob lebih tampak santai dan bersahabat dengannya. Mungkin, Grace berpikir jika Goba merasa iba kepadanya. Karena mungkin dia sangat kesepian di sini. Itulah sebabnya Gob ingin menjadi kawannya dan lebih dekat dengannya. Dengan seperti itu dia seolah memiliki teman bermain.

Gob menaruh beberapa tanaman yang ada di sana. Kemudian dia mengusap tangan dan pakaianya sekilas. Dia tersenyum melihat Grace tampak bahagia dengan bunga-bunganya itu. Kemudian Gob ikut tersenyum.

"Nona Hester, aku masuk ke dalam dulu untuk mengambil beberapa peralatan berkebun di gudang. Sebentar lagi aku akan kembali," kata Gob. Grace pun kembali menganggukkan kepalanya, sehingga Gob cepat-cepat masuk ke dalam rumah.

Grace melihat bunga-bunga itu dengan takjub, kemudian ia mencium beberapa bunga yang berbunga. Bunganya sangat indah dan wangi, membuat indera penciuman Grace terusik olehnya. Mungkin, dia akan mengambil beberapa bunga ini untuk ia taruh di balkon kamarnya, agar saat dia bangun tidur dia bisa keluar dari balkon dan melihat indahnya bunga-bunga ini yang tersinari sinar mentari. Sangat indah dan menyegarkan matanya dan itu membuat Grace akan senang dibuatnya. Setidaknya, dia memiliki beberapa kesenangan di sini. Dari pada dia terus merutuki dirinya sendiri dari pada dia terus-terusan merutuki dirinya yang selalu merasa jika dirinya sial.

"Apakah aku harus membawakan bunga lebih banyak dari ini agar kau bisa selalu tersenyum, Grace?"

Grace mendongak, dia melihat laki-laki berbalutkan tuxedo mahalnya berdiri di jalan setapak tak jauh darinya. Laki-laki itu tampak sangat gagah, kulitnya tak putih dan tak begitu cokelat. Matanya tampak kelam, seperti burung elang. Alisnya hitam tebal, hidungnya mancung dengan bibir penuh yang merah. Grace terdiam sejenak, dia tak tahu siapa sosok yang ada di depannya itu. Hingga dia tak sadar, ikut berdiri hingga berhadap-hadapan dengan laki-laki di depannya itu.