webnovel

Penjara Besar

Hari pertama,

Venom memandangi pemandangan diluar kaca ruang kerjanya. Matahari dan pepohonan serta kesibukan orang di bawah gedungnya tampak jelas. Sungguh menyenangkan melihatnya.

"Tuan..."

Berbalik, Bartan berdiri depan mejanya dengan penuh keraguan. Venom kembali duduk di kursi kebesarannya, tangan meraih salah satu dokumen pada tumpukan.

"Katakan!"

"Surat perceraian sudah sah tapi calon nyonya dipindahkan ke penjara besar di pinggir kota, tadi malam"

brak!

"Atas permintaan siapa?" teriak Venom marah dan lantang sambil membanting dokumen ke arah meja.

Bartan menelan air liurnya dengan susah payah, "Nou Syuhada, berdasarkan laporan anak buah di lapangan. Ada beberapa kenalan lama Nou Syuhada disana yang dapat memindahkan tanpa memerlukan surat pemindahan"

Sakit kepala, mungkin itu yang dirasakan Venom sekarang ini. Salah perhitungan, betapa menjengkelkan. Nou Syuhada teriaknya geram dalam hati.

"Apalagi calon nyonya tidak ada persidangan jadi tidak ada catatan normal"

"Hubungi pengacara, urus semuanya. Jika ada satu goresan di tubuhnya maka ajukan tuntutan pada Nou Syuhada. Buat hitam di atas putih!"

"Baik tuan"

"Bagaimana kondisinya?"

"Tidak begitu baik"

"Cepat lakukan sebelum aku menikahi mayat hidup"

"Baik, tuan"

Bartan buru-buru keluar ruang kerja Venom, menelpon pengacara sekaligus mencari keterangan lainnya yang diperlukan.

kring..

kring..

Dalam hitungan detik, Bartan mengangkat telepon tersebut dengan hati panik.

"Bos kecil, kita punya anak buah di penjara besar, apakah kita perlu untuk menjaga calon nyonya?"

"Lakukan... lakukan cepat, tuan besar Xi bisa menggantung kita semua jika calon nyonya terluka"

"Baik bos kecil"

Keringat dingin mengucur di balik punggungnya, Bartan memandang pintu kayu berukir macan dengan takut.

~>

Penjara besar pinggir kota,

Reina tertegun melihat banyaknya orang dalam penjara ini. Sepanjang hidupnya, baru hari ini melihat jika kehidupan diluar tembok lebih indah dibandingkan disini.

"Kau!"

Kepalanya menoleh ke arah suara yang melengking di telinga, sangat tinggi dan tidak nyaman.

"Ya kamu, kemari!"

Reina hendak menyeret kakinya ke sana tapi dihalangi oleh wanita berbadan besar, tatapannya tajam membuat takut sehingga ia berhenti.

"Apa! kamu ingin menindas anak baru?"

"Genilita, kamu jangan ikut bermain disini"

"Bermain atau tidak, itu urusanku bukan urusanmu"

Genilita datang mendekat, beberapa wanita yang mendapatkan perintah Lea Mei untuk menghabisi Reina menjadi waspada.

"Kita teman lama disini, mana bisa biarkan anak baru tidak tahu aturan dan tradisi disini"

"Ya, benar itu"

"Tidak adil Geni"

"Mau ditaruh dimana muka kita-kita, Geni di masa depan"

"Benar"

Suara-suara sumbang semakin kuat menarik perhatian para tahanan lainnya, Geni menghitung untung dan ruginya. Perintah bos kecil mana boleh dibuang tanpa alasannya meski nyawa diujung tanduk.

"Diam!"

Reina tersudut di belakang Genilita, ia ketakutan. Dalam hidupnya, baru pertama kali melihat kemarahan dan kekerasan semacam ini.

"Mulai hari ini, dia orang ku! siapa yang menyentuhnya berarti cari mati!"

Para tahanan mendengar itu bertambah ramai bicara. Petugas datang membawa tongkat di tangan, "Bubar! kalian hanya ingin menambah masa hukuman atau apa!" teriak salah satu petugas jaga.

Kerumunan yang terbentuk, pecah seketika. Mereka semua tahu diri, jika pengawas tahu dari petugas jaga maka kehidupan di penjara besar tak seindah hari esok.

"Terima kasih"

Geni melihat tangan lembut dan putih memegang belakang baju kaos yang dipakainya, sejak kapan berpegang bajunya pikirnya.

"Siapa namamu?"

"Reina Zong, panggil aku Reina"

"Aku Genilita, bebas panggil siapa atau orang-orang sini biasa panggil Geni"

Senyum 1000 watt dipancarkan oleh Reina sehingga Genilita terkesima melihat hal itu. Wanita baik-baik, mengapa bisa berakhir disini pikirnya.

"Jangan banyak senyum. Disini nyawa lebih penting daripada tersenyum"

Sontak senyum menghilang dari wajah Reina. Geni merasa bersalah seketika, Sungguh wanita kaca darimana pikirnya lagi.

"Kamu masuk sini, kena masalah apa?"

"Aku tidak tahu cerita jelasnya"

"Bagaimana bisa? hei, kamu tidak bercanda bukan? ini penjara besar, dalam hitungan menit dan detik, nyawa hanya sampah"

Reina menjelaskan kepada Genilita dengan cepat, Genilita terdiam mendengarkan. Beberapa wanita tahanan yang semula memprovokasi mulai atur strategi di pojok, bersama petugas.

"Buat dia bertugas di ruang cuci"

"Tidak mudah, dia anak baru"

"Petugas, katakan saja berapa ongkosnya, kita bisa atur sesuai kantong"

"Benar itu petugas, mau 50 100 katakan saja"

"Mulut terlalu besar, kantong sempit, pasti tahu lah berapa"

"Tenang, ini uang muka, masalah lainnya tolong atur dulu"

Petugas menghitung dalam hati lembaran merah, senyum puas tersungging.

"Jam 3 pengaturan, ini waktu yang tepat"

Petugas hanya mengangguk lalu pergi tinggalkan, orang suruhan Lea menyeringai senang terbayangkan kebebasan yang sebentar lagi di terima di tangan.

teng... teng...

Para tahanan mulai berbaris teratur termasuk Reina dan Genilita. Wajah Genilita kaku setelah mendengar penjelasan Reina, sial benar hidup wanita kaca ini pikirnya.

"Jangan berdesakan!"

Tongkat dipukul di sisi tembok, petugas jaga dan kepala pengawas mendata satu persatu agar tahu siapa yang meloloskan diri dari penjara besar.

"Nona 10789 kemari"

Tidak ada yang bergerak dari tempatnya, kepala pengawas mengerut keningnya. Petugas segera menghampiri Reina, tongkat cepat diarahkan pada lengannya.

buk!

Suara kencang berikan tatapan ngeri pada Genilita, ah sial pikir Genilita. Baru kerja, sudah mendapatkan masalah, bos kecil dipastikan mengamuk padanya tapi ia tak berdaya jika ada kepala pengawas.

"Kalau dipanggil datang. Nama kamu sekarang 10789"

"Maaf"

Mata Reina berkaca-kaca, lengannya seketika berwarna hitam legam di area yang dipukul, sangat menyolok mata.

"10789, ikut ke kantor. Lainnya masuk!"

Kepala pengawas menahan nafas, lengan putih ternoda, sungguh jelek. Reina mengangguk mengikuti langkah kepala pengawas di depannya.

"Petugas, aku mau telepon" seru Genilita pelan di telinga salah satu petugas jaga, bos kecil harus tahu ini.

"Tidak bisa! kamu orang lama tahu aturan, dua jam lagi waktu makan"

"Petugas ini penting"

"Penting apaan, kalian tidur makan santai-santai tanpa pikir uang, aku masih butuh uang buat keluarga, cepat masuk!"

Genilita hanya bisa pasrah ketika pintu sel penjara tempat ia berdiam selama satu tahun terakhir terkunci otomatis.

bam!

Petugas jaga tersenyum ketika berbalik, langkahnya ringan dan santai. Terbayang uang yang bakal di dapatkan sebentar lagi.

Wanita provokasi berada di balik tembok, menunggu waktu yang tepat, petugas jaga menghampiri.

"Semua sudah di atur, kepala pengawas sudah setuju tapi uang dan itu perlu di naikan"

"Untuk kalian semua aku berikan, jangan sungkan untuk mencicipi"

"Hahaha, kamu memang tahu tempat, ayo ke kamar isolasi. Disana kita bisa bebas"

Mereka berjalan dengan sesekali menggoda satu sama lain menuju kamar isolasi yang terletak di bawah tanah.

Beberapa petugas jaga yang mengawasi sudah terbiasa dengan transaksi semacam ini, mereka hanya perlu berpura-pura tidak tahu asal mendapatkan bagian bersih tanpa harus ikut campur tangan.

Penjara besar pinggir kota merupakan penjara yang dibuat untuk kriminalitas tingkat kelas A dimana kemungkinan berhasil keluar dengan hidup hanya 10% sisanya menjadi manusia terbuang atau mati mengenaskan.