Tombol bellnya terus dia pencet dengan kasar. Hembusan napas kasar keluar karena tak mendapatkan jawaban, sudah satu jam lamanya Alzam berdiri di depan unit Ebi. Menunggu gadis yang menjadi kekasihnya itu untuk membuka, dan mengangkat telepon.
Alzam tak bisa berpikir jernih, emosinya semakin tak stabil akibat kepergian Ebi tanpa memberitahunya. Bahkan gadis itu tak memberinya kabar sejak kemarin, hanya membaca pesan singkat yang dia kirim.
Helaan napas kembali Alzam keluarkan untuk yang ke sekian kalinya, beralih untuk pergi dengan langkah perlahan. Banyak pertanyaan yang menjadi beban baru di pundaknya, membuat Alzam semakin kesal.
Langkahnya terhenti dengan perhatian yang beralih pada wanita cantik di depan sana. Alzam menghampiri Ajela dengan langkah cepat.
"Tante?" panggil Alzam.
"Eh! Alzam?" sahut Ajela dengan senyum tipis.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com