webnovel

The Last Ancient Witch

Kisah seorang lelaki bernama Ray D'Acrion. Yang hidup bersama kelompok Slayer yang terkenal karena kekuatannya dan harga buronannya yang tinggi, [Dark Fate]. Hari demi hari dilewatinya dengan pertempuran, pelarian, dan tawa bersama kelompoknya. Kelompok Slayer Dark Fate adalah para petualang yang melanggar aturan pemerintah dunia dalam pencarian "Intactius", sebuah Dungeon Kuno yang menjadi legenda karena menyimpan rahasia tentang dunia ini. Tetapi suatu hari, Dark Fate terkepung oleh para pengejar yang memburu mereka. Satu demi satu anggota mereka terbunuh hingga tersisa hanya dua orang. Ray yang saat itu berusia 7 tahun dan salah satu anggota Dark Fate yang tengah terluka parah, Sang Pengusik Waktu, Jade Evarion. Dengan menggunakan kekuatan sihir terakhirnya, Jade menggunakan sihir terlarang dan mengirim Ray pergi jauh ke 1000 tahun di masa depan untuk melanjutkan impian dari kelompok Dark Fate dalam pencarian "Intactius" dan menguak rahasia dunia ini.

Ditt_ · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
3 Chs

Chapter 3. Tekad?

Sudah sebulan sejak Ray tinggal di rumah Pak Tua Frey. Hari-harinya ia gunakan untuk mempelajari semua hal tentang dunia ini dan membantu keperluan dan kebutuhan rumah.

Ray selalu membaca berbagai macam buku yang berada di rak buku rumah Frey. Hari ini sama seperti biasanya. Ia sedang membaca salah satu buku sambil duduk di sebuah kursi kayu yang berada di samping jendela ruang belajar tersebut yang menghadap ke halaman luar rumah.

"Jadi aku diberitakan menghilang saat penangkapan dulu, huh? Para pemerintah sialan itu, akan kubunuh mereka satu persatu. Dan suatu saat nanti, akan kubuka topeng dari dunia sialan ini dan menguak semua rahasia yang ada. Jade, Kapten, Wakil Kapten, Teman-teman... Akan kulanjutkan mimpi kalian! Takkan kubiarkan impian kalian terhenti dengan mudahnya oleh para pemerintah bajingan itu!" gumam Ray yang marah ketika mengetahui semua insiden yang terjadi beratus-ratus tahun lamanya.

*Cklak!*

Pintu ruangan terbuka, terlihat anak perempuan berambut hitam panjang yang cantik berjalan menuju Ray. Ia adalah Luna Greenwood, teman pertama Ray ketika ia tinggal di Ibu Kota Zelanus.

"Hei Ray... Seperti biasa, kau selalu membaca buku di ruangan ini ya?" tanya Luna sambil menyapa Ray.

"Ya" balas Ray.

Luna yang kesal kembali berbicara pada Ray.

"Hei Ray, bagaimana jika kau temani aku jalan-jalan ke kota hari ini!" pintanya dengan wajah memelas.

"Aku tak bisa. Aku sibuk hari ini, mintalah pada temanmu yang lain untuk menemanimu ke kota!" jawab Ray dingin.

"Aku tak mau! Aku ingin Ray yang menemaniku! Lagipula, sudah sebulan sejak kau tinggal dengan kakek Frey dan kau selalu berkata seperti itu tiap kali aku mengajakmu bermain denganku. Kau selalu belajar, belajar, dan belajar. Kumohon, untuk hari ini, bisakah kau menemaniku ke kota?" pinta kembali Luna dengan mendekatkan wajahnya ke arah Ray.

Dengan wajah memelas yang dipasang oleh Luna membuat Ray terganggu dan jengkel hingga membuatnya menyerah.

"Argh, kau mengganggu! Baiklah, hanya untuk hari ini saja kutemani kau ke kota." jawab Ray jengkel.

Luna yang terkejut sekaligus tidak percaya mendengar hal itu merasa senang bukan main.

"Benarkah? Akhirnya... Aku berhasil. Hehehe,"

Mereka berdua pun pergi bersama ke kota.

...

...

...

- Ibu Kota Zelanus, Distrik Perdagangan

"Ray, lihat! Ramai sekali Ibu Kota hari ini."

Luna bergerak kesana kemari dengan ceria melihat-lihat jalanan dari salah satu Distrik Kota Zelanus yang ramai dengan manusia yang berlalu-lalang dan para pedagang yang menggunakan terpal dengan toko sederhana mereka menjajakan barang dagangannya di sepanjang jalan dari Distrik Perdagangan.

"Ya ya, ramai sekali, Huh?"

mendengar Ray yang terlihat malas, Luna mengembungkan pipinya dan memasang ekspresi jengkel.

"Apa? Mengapa kau menatapku seperti itu?" tanya Ray.

"Tidak apa-apa," jawabnya dengan nada jengkel.

"Begitu? Baguslah," Ray kembali berjalan meninggalkan Luna di belakangnya.

"H-hei Ray! Kau mau kemana? Jangan tinggalkan aku! H-hei...,"

Mereka berdua kembali berjalan hingga sampai di suatu toko sederhana di pinggir jalanan kota dengan terpal berwarna kecoklatan yang melindungi toko itu dari sinar matahari.

Luna dengan mata berbinar terpaku melihat sebuah kalung silver yang dihiasi sebuah permata kecil yang berkilauan yang dipajang di toko itu.

"Oh halo nona manis? Apa kau suka kalung itu?" tanya seorang perempuan cantik berambut coklat yang ternyata pemilik toko itu.

"Ya! Ini sangat cantik!" ucap Luna yang dengan cepat menoleh ke arah Ray dengan mata berbinar dan ekspresi wajah yang memelas.

"Ada apa dengan tatapanmu sekarang?" tanya Ray yang melihat wajah memelas Luna.

Wajah Luna semakin mendekat hingga Ray mundur dan akhirnya menyerah kepadanya.

"baiklah-baiklah!"

Akhirnya Luna merasa senang setelah mendengar jawaban Ray. Ray membayar kalung itu seharga 85.000 Monty. Itu adalah sisa uangnya yang ia dapat setelah membantu pekerjaan rumah Frey.

"Ray!" panggil Luna pelan dengan wajah yang tertunduk dan pipi yang memerah, "B-bisakah kau memasangkannya... Untukku?" lanjutnya sambil mengangkat kembali wajahnya yang masih berwarna merah merona.

"Hmm? Ya ampun, apa kau tak diajari cara mengenakan kalung oleh keluargamu?"

"S-sudahlah, pasangkan saja!"

Ray dengan ekspresi malas mengambil kalung tersebut dan berjalan mendekat ke arah Luna. Luna berbalik dengan pipi yang masih berwarna merah sambil mengangkat rambut hitam panjangnya dengan kedua tangannya.

"... Sudah selesai. Apa kau senang dengan ini?" tanya Ray kembali masih dengan ekspresi dinginnya.

"Mmhmm" Luna mengangguk dengan wajah yang senang.

"Ya ampun! Masa muda memang menyenangkan ya?" gumam perempuan pemilik toko sambil tertawa kecil.

Ray dan Luna kembali berjalan mengelilingi Distrik Perdagangan Ibu Kota Zelanus hingga petang dan akhirnya mereka kembali ke rumah mereka masing-masing.

- Rumah Frey

Terlihat Ray yang sedang berdiri di depan jendela kamarnya dengan ekspresi sedih.

'Amarah ini tak dapat kukendalikan. Berapakalipun aku mencoba untuk merelakan kepergian mereka namun selalu berakhir dengan amarah. Mengapa? mengapa kami dituduh sebagai pendosa? Dark Fate — tidak, keluargaku, akan kubalaskan dendam kalian. Pemerintah, huh? Aku berjanji, kelak akan kubantai mereka semua yang mengendalikan dunia ini dari balik layar bagaikan mainan,' batin Ray yang sedang berdiri di depan jendela sambil melihat ke langit malam Ibu Kota Zelanus yang diselimuti oleh bintang-bintang.

...

...

...

...

10 Tahun Kemudian

"Hey Pak Tua! Sudah kubilang bukan? Aku tak mau masuk Akademi Sihir!"

Terlihat pria dewasa dengan rambut dan mata berwarna hitam pekat. Dia adalah Ray, kini ia sudah berusia 17 tahun dan memiliki wajah yang cukup tampan.

"Huh? Lalu apa yang akan kau lakukan, Huh? Jika kau tak belajar di Akademi, apa yang bisa kau lakukan untuk masa depanmu?" tanya Pak Tua Frey.

"Itu urusanku bukan urusanmu!" ketus Ray.

Frey menghela nafas sejenak dan menatap kearah Ray.

"Kau tau, nak? Walau saat ini kita hidup dalam era yang damai. Tetapi, perdamaian yang ada di dunia ini sangatlah rapuh. Dan sebaliknya kita harus mempersiapkan diri kita untuk segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi di dunia ini!" ucap Frey serius pada Ray.

"Dan kau tau Pak Tua? Aku sudah tak peduli lagi dengan dunia yang sudah rusak ini. Cepat atau lambat, besok atau lusa, perdamaian atau peperangan. Aku sudah muak dengan semua itu. Takkan ada yang berbeda dari dunia terkutuk ini. Perdamaian ini hanyalah sebuah topeng untuk menutupi kejahatan yang terjadi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pertikaian antar kerajaan, perang saudara, hingga perbudakan yang ada. Tak ada seorangpun yang dapat kupercayai selain kau yang telah merawatku sejak dulu," jawabnya serius.

Frey menoleh kearah Ray, "Hmm?! Hee... Kau selalu mempunyai perspektif seperti ini sejak aku membawamu kemari 10 tahun yang lalu kau tau?" ucap Frey.

"Benarkah? Aku hanya tak peduli dengan dunia yang kutinggali sekarang ini," timpalnya.

Frey terdiam dengan perkataan Ray. Matanya terbelalak terpaku pada Ray yang sedang bersandar pada dinding depan rumah Frey.

Frey mengambil cangkir berisi tehnya dan meneguknya sekali. Sambil duduk di kursi depan rumahnya ia kembali bertanya pada Ray dengan wajah yang serius.

"Lalu, bisakah sekarang kau memberitahuku, apa tujuan hidupmu saat ini, Ray?"

Ray menoleh ke sebelah kiri menatap wajah Frey yang memandanginya dengan ekspresi yang serius.

"Bukankah sudah kukatakan padamu sebelumnya?" jawabnya dengan tatapan tajam.

"Bisakah kau menjawabku dengan serius Ray? Apa kau benar-benar berfikir aku akan menyetujuimu untuk berpetualang menjadi Slayer dan melakukan pencarian 'Intactius' ?" tanya Frey kembali.

Suasana dan atmosfer semakin berat hingga mereka berdua dikejutkan oleh kedatangan gadis manis dan cantik, Luna Greenwood. Kini ia telah berusia 17 tahun sama seperti Ray ia telah tumbuh menjadi seorang gadis cantik yang anggun dan menawan.

"Hei, apa yang sedang kalian bicarakan?"

Merekapun menghentikan pembicaraannya.

"Haha... Bukan apa-apa! Aku hanya bertanya tentang apa yang ingin dilakukan Ray untuk kedepannya," jawab Frey sambil mengusap janggutnya.

"Begitukah?" tanya Luna masih tak heran.

"Kesampingkan hal itu. Ada urusan apa kau kemari?" tanya Ray.

"Ya ampun, kau tak berubah bahkan setelah kau mencapai usia dewasa ya Ray?" balas Luna, "Aku kemari untuk mengajakmu pergi malam ini untuk makan malam bers-" perkataan Luna dengan cepat dipotong oleh Ray.

"Aku menolak!"

"Apa? Mengapa? Aku bahkan beluk menyelesaikan perkataanku! Ayolah Ray!" ucap Luna dengan ekspresi sedih.

"Malam ini aku memiliki suatu urusan," jawab Ray.

"Urusan? Apa kau belum selesai dengan hobimu tentang 'mempelajari dunia' itu?" tanya Luna kembali.

"Tidak... Ini mungkin untuk yang terakhir kalinya!" balas Ray dengan nada berat.

"Apa? Benarkah itu Ray? Kau akan berhenti dari hobimu itu?"

"Apa kau bersungguh-sungguh?"

"Apa kau benar-benar akan berhenti?"

'Ya, karena besok adalah hari dimana aku menyelesaikan pembelajaranku tentang keadaan dan kondisi dunia sekarang ini. Dan besok, aku akan pergi dan melanjutkan kembali mimpi dari kelompokku! Aku akan kembali mencari 'Intactius' dan menguak rahasia dunia terkutuk ini!' batinnya.

**********

1) Mata uang: Monty

22.000 Monty kita dapat mendapatkan sekarung beras sedangkan dengan 11.000 Monty kita dapat membeli roti panjang. Hampir sama dengan hitungan Rupiah lah ya, hehe.

2) "Slayer" adalah seorang petualang yang melanggar peraturan dari pemerintah dunia. Salah satunya dan yang terburuk ialah "Pencarian Intactius".

3) Distrik Perdagangan Ibu Kota Zelanus berada di sekitar Kastil Pusat Kerajaan Rubreria yang berada di tengah-tengah Ibu Kota Zelanus.

Jika ada saran/kritik bisa tinggalkan di komentar ya!

Saya hanya menuangkan semua yang ada dipikiran saya.