webnovel

The land of immemorial

Novel ini menceritakan tentang sosok Tifal dan sahabatnya Ali yang hidup pada zaman setelah era perang nuklir terjadi. Zaman ini digambarkan dalam eskatolgi salah satu agama Abrahamic dimana seorang Nabi memberitahu bahwa manusia berperang dengan pedang. Tifal dan sahabatnya Ali menjalani kehidupannya sebagai penerbang dan saudagar kapal. Membawa mereka kedalam perang yang luar biasa dalam hidup mereka, melawan makhluk yang disebutkan dalam eskatologi tersebut. Ago dan Mago. Siapa yang menyangka bahwa dikehidupannya Tifal dapat menikahi Martha anak seorang saudagar kapal yang tak lain adalah teman Ali, sahabatnya itu. Terus ikuti keseruan alur cerita dan penggambaran tempat yang indah dalam novel ini. The land Of immemorial.

fictionwriter · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
24 Chs

Black place

Ali dan tifal terdiam membatu. bisu, mendengar kegaduhan seluruh kota, tifal menahan amarahnya. hatinya berkecamuk ,khawatir akan keluarganya.

Tetapi ia tetap berusaha mengontrol emosinya dan sedikit rasa takutnya, sementara ali masih merasa shock, baru saja nyawa nya hampir melayang.

Sebuah peluru nyasar nyaris menembus kepalanya. mereka mendengar seluruh suara kengerian yang terjadi.

Namun mereka hanya duduk dan menunggu, karena seluruh pertimbangan.

Pertama, disini tempat yang paling aman, dan kalaupun pergi ke rumah sudah terlambat, untuk kesana jarak cukup jauh dan jikapun sampai kesana, apa langkah selanjutnya, menolong pun sia-sia, bagaimana bisa membawa mereka keluar dari kota ini.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengambil mobil dirumah Ali untuk segera keluar dari kota.

Tak lama berselang, orang-orang yang bsersembunyi di rumah keluar bersama barang bawaan mereka diikuti para penjaga.

" kemana mereka akan pergi", tanya tifal pada penjaga yang menunggang kuda.

"black place, tempat paling aman untuk para pengungsi", jawab penjaga itu dengan tegas.

"ali kita harus pergi", tifal menarik tangan ali agar bisa berdiri.

Mereka berdua menyusuri gang-gang sempit menuju rumah ali. Rumah yang cukup besar dengan halaman luas , terdapat beberapa kapal yang sedang dalam perbaikan.

Tifal kagum akan keberhasilan sahabatnya itu, kalau dia mengingat masa lalu sahabatnya itu maling dirumahnya dulu dia akan tersenyum geli.

"ini rumah orang yang putus asa dulu?, tifal menyindir Ali yang sedang mencari kunci mobil.

Ali hanya bisa tersenyum memandang tifal sahabatnya itu.

"Ali itu martha?, tanya tifal sambil melihat sebuah pass foto diruang tamu.

"Ya, itu martha, anak tuan herich",

"bagaimana bisa dia bersamamu?, tanya tifal penuh keingintahuan.

"dia itu rekan kerjaku sekarang, untuk banyak urusan perdagangan, gadis yang pintar dan cekatan".

"kalian berhubungan?", tanya tifal penuh selidik.

Ali mengedikkan bahunya dan memberi respon datar.

"entahlah, kami berdua hanya pure bekerja. profesionalitas".

"kalian nampak akrab sekali".

"kau tidak ingat hasima?", tanya ali sambil menyetater mobilnya.

"gadis itu... sudah lama sekali, 4 tahun yang lalu", gumam tifal.

mobil itu melaju menyusuri bibir pantai menuju rumah tifal berharap keluarganya selamat.

"sepi sekali rumahmu?",

"aku hanya tinggal sendiri tifal, semua pekerjaku pulang kerumahnya masing-masing setelah bekerja di pabrik, dan kebetulan asisten rumah tanggaku mengambil libur", kata ali sambil tetap fokus menyetir.

"Pa Harun, ayahmu?,

"beliau telah lama meninggal tifal, ketika pelayaran pertama dulu, saat merintis usaha perdagangan ini, di sabathea".

Mobil melaju lebih cepat dijalan-jalan yang penuh oleh para pengungsi dan disesaki antrean mobil yang macet.

"sial, macet total", kata ali kesal.

kemudian ia membanting stir mobilnya keluar dari antrean, ia menghantam trotoar disisi jalan, ugal-ugalan.

"sekali-kali uji adrenaline", kata ali yang dari tadi menginjak gas dalam-dalam membuat suara mobilnya makin garang. kami meliuk liuk diantara kerumunan orang, lihai sekali.

Sesampainya depan rumah. kosong.

tifal memanggil seluruh nama anggota keluarganya, ayah, ibu, rumi. rupanya mereka sudah pergi.

Rumah tetangga pun kosong, pintu pintu rumah masih terbuka ditinggalkan begitu saja. Tifal masuk kembali kerumah dan kembali membawa sebuah koper kemudian segera menuju mobil.

" kita ke black place, seperti yang d beritahu penjaga", raut wajahnya berubah, hatinya d penuhi kekhawatiran keadaan keluarganya.

Ali menginjak gas dalam-dalam, bunyi decitan ban terdengar , mobil melaju sangat cepat.

***

Sejam sudah perjalanan telah dilalui, mengikuti jalan yang lurus namun berbartu, Ali mengambil jalur memutar menghindari macetnya iring iringan pengungsi.

Mereka harus menempuh perjalanan lebih jauh dengan kondisi jalan yang rusak serta bergelombang. jauh mata memandang banyak sekali ceruk tanah seluas lapangan bola, d jauh sana.

Sementara d sisi jalan, terpasang kawat berduri. disetiap beberapa meter terdapat papan bertuliskan bahaya, denger area, dan bahasa-bahasa lain yang memberi tahu satu hal. Bahaya.

"dulu disini merupakan pabrik senjata dan peleburan logam.mereka membawa logam logam itu dengan kapal tanker lewat jalur sabathea, kemudian naas.

Saat perang nuklir terjadi disana", tunjuk ali mengarah kesebuah tanah yang luas namun berbentuk lubang yang sangat besar.

"terhantam berton ton nuklir, tuan herich yang memberitahukan padaku, jadi sebenarnya sangat berbahaya sekali para pengungsi d ungsikan di daerah ini, sangat dekat sekali dengan daerah yang masih teradiasi, mungkin karena tempatnya yang luas yang menjadi pertimbangan pemerintah", gumam ali sambil berfikir.

Jauh didepan mereka terlihat portal jalan . beberapa orang penjaga bersenjata lengkap dan dalam posisi siap. mengarahkan senjatanya ke arah mereka.

"Tifal, siapa mereka?", tanya ali panik.

"tenang ali",

mobil berjalan melambat, ali merasa ragu untuk menginjak gas, sementara ia mengendurkan pijakannya dengan gemetar. dan mobil berhenti. Ketegangan terjadi, ali mengehentikan mobilnya beberapa meter dari portal penjagaan. degup jantung mereka bergetar lebih cepat, mereka tidak mengetahui pasukan darimana. apakah kawan atau lawan.

Tubuh mereka mulai menegang. hari itu sudah petang, dan warna jingga kemerahan sudah mulai redup.

Ia menyalakan lampu mobilnya dan sesekali menggunakan lampu jauh untuk melihat. dan bunyi teriakan terdengar.

"matikan lampunya!, suara dari arah penjaga. Ali pun mematikan lampunya dan gelap seketika, terdengar suara langkah kaki mendekat. Seorang penjaga mendekat menodongkan senjatanya kearah mereka. kemudian sang penjaga menyalakan senternya menyorotkan pada kami berdua.

"darimana kalian?", tanya penjaga itu sambil tetap waspada.

"kami dari baku", kata tifal menjawab dengan yakin.

"apa yang kalian lakukan disini?,

"kami mengungsi, pasukan orde naga menyerang kota kami?", jawab tifal dengan lugas.

"kalian tau daerah apa ini, yang akan kalian lalui, kalian mau mengungsi d mana?, jangan bohong!", teriak penjaga sembari menodongkan senjata nya kewajah ali. seketika ali mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.

" benar kami pengungsi, kami mencari jalan lain agar tidak terjebak macet dengan pengungsi lain", jawab tifal meyakinkan penjaga itu.

"kalian salah jalan!, ini kawasan terlarang",

"saya sangat ingat ini jalan menuju black place, saya pernah mengantar barang kesini dari sabathea", kata ali mulai mengendurkan tubuhnya.

"ya benar, tapi untuk saat ini beberapa kawasan sudah d sterilisasi, pasukan jumlah besar akan masuk daerah ini",

"kami tidak mungkin kembali, terlalu berbahaya jika harus kembali",

Penjaga itu kembali ke pos nya dan berbicara pada beberapa orang d pos itu. tak lama beberapa mobil datang dari arah yang sama, ali dan tifal turun dari mobilnya, menunggu keputusan dari penjaga itu. kemudian mobil mobil itu berhenti, dan seorang perempuan turun. betapa terkejutnya ali rupanya yang turun adalah martha.

" Ali", sahut martha mendekat. matanya menatap kearah tifal cukup lama.

"martha", bisik tifal berbicara pada hatinya.

Belum sempat berbincang lebih jauh, para penjaga mendekat dan jumlahnya lebih banyak. malam yang begitu dan gerimis mulai turun.

"para pengungsi dari baku atau daerah sekitarnya berkumpul" , kata salah satu penjaga.

Semua yang berada disitu sekitar sepuluh orang dan terus bertambah seiring mobil yang terus berdatangan dari arah belakang.tidak butuh waktu lama sampai jumlah nya lima puluh orang.

"baik dengarkan intruksi saya baik-baik, kita akan menuju black place dibawah pengamanan kami, satu mobil didepan dari pasukan perbatasan lima mobil kemudian pengungsi dan paling belakang pasukan perbatasan begitu seterusnya, tetap pada rombongan jangan sampai terpisah.

Daerah ini dikelilingi wilayah teradiasi nuklir. untuk yang menunggang kuda harap berkumpul terlebih dahulu sampai jumlah nya dua puluh orang dan untuk kereta barang sampai berjumlah lima kereta agar sampai black place dapat kami data dengan benar. jelas?!",

"jelas", jawab peserta dengan kompak.

Semuanya bersiap-siap memasuki kendaraan masing-masing. mobil- mobil dinyalakan gelombang pertama mulai perjalanan.

Hanya gelap. itulah kira kira sejauh mata memandang, hanya beberapa meter jarak pandang, wiper mobil dinyalakan , karena pasir yang beterbangan cukup tebal.

Membuat kaca mobil cepat kotor.hanya diam dan terus memperhatikan kendaraan depan melaju.

Ditengah perjalanan kendala muncul satu persatu, ban pecah, dan beberapa mobil harus berhenti karena ada masalah pada mesin, memang jalur ini sedikit extreme, selain jalan tanah berpasir banyak juga batu besar dan konturnya yang naik turun, cocok untuk kendaraan offroad dan sejenisnya.

Tak lama para penunggang kuda datang dengan melenggang santai seperti mempermalukan kami semua. tidak ada kendala berarti untuk penunggang kuda melewati jalan seperti ini. Namun untuk kereta barang suatu yang berat, sama seperti kami , roda rodanya muncul banyak masalah, kempes, pecah dan lain lain. Sepertinya kami semua berhutang budi pada kebaikan para penjaga itu yang semula terlihat keras, mulai terlihat jiwa baiknya, bergantian mereka membantu kami memperbaiki kendaraan, suatu waktu wajah mereka sangat terlihat kelelahan. setelah berjam jam memperbaiki kendaraan kami.

Perjalanan mulai berubah. kepayahan karena jalanan yang rusak dan kerusakan mobil hilang, terganti sebuah kebahagiaan melihat sebuah tempat lapang di penuhi lampu lampu dan obor obor menyala.

Sungguh pemandangan yang luar biasa indah. camp pengungsi.