webnovel

The Kingdom of NETERLIANDIS

NETERLIANDIS sebuah kerajaan yang melibatkan bentuk mata dan fantalis sihir dalam penentuan kasta dari takdir seseorang. Hingga pada suatu ketika, lahirlah seorang bayi yang akan merangkai takdirnya sendiri. Seorang bayi pemilik fantalis berbeda yang akan mencoba menciptakan perubahan di kerajaan Neterliandis. Percintaan, pemberontak, penghianatan serta ribuan rahasia akan terungkap dalam perjalanannya membentuk keadilan. Akankah keadilan benar-benar tercipta di tangan seorang bayi yang akan menjadi dewasa nantinya? Atau malah kehancuran yang akan di dapat oleh kerajaan Neterliandis. Note: Cerita ini belum direvisi, bisakah kalian membantu saya untuk mencari paragraf yang mana typo dan sebagainya dalam cerita ini? jika iya kalian hanya perlu memberi komentar pada paragraf yang sebaiknya perlu saya revisi. 07 Oktober 2021

Aksara_Gelap · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
40 Chs

Penyamaran

Seorang pria lusuh tiba di depan istana dengan menunggangi kuda, ia tampak di jegad beberapa prajurit saat hendak masuk ke gerbang istana.

"Ah, saya lupa sesuatu," ucap pria itu yang kemudian merubah perawakannya yang tadi lusuh dengan sihir.

"Pangeran Dinata, maafkan saya karena tidak mengenali anda tadi," ujar salah seorang prajurit sambil menundukkan kepalanya yang kemudian disusul tundukkan pula oleh semua prajurit di sana.

"Tak apa prajurit, kalian telah melaksanakan kewajiban kalian dengan benar. Oh iya, ayah ada di mana?" Tanya pangeran Dinata yang kembali berjalan melanjutkan tujuannya menuju istana.

"Yang mulia Raja Indra ada di ruang pribadinya, Pangeran."

Ketika berjalan ke ruangan Raja Indra, pangeran Dinata tak henti-hentinya melirik semua sudut istana. Tak ada yang berubah setelah dua tahun ia pergi. Pupil matanya berhenti ketika melihat kolam ikan yang membeku di taman kecil di balik jendela. Kenapa ayah belum mencairkannya? batinnya kembali bertanya, apakah ayah lupa tapi hal itu mustahil untuk dilupakan atau ayah punya rencana lain untuk menunjukkan ini ke semua orang.

Cekrekkk

Pintu ruangan pribadi Raja Indra terbuka, sosok lelaki paruh baya yang masih sangat gagah keluar dari sana. Matanya membulat ketika melihat Pangeran Dinata yang tengah memandang keluar jendela.

"Putraku?"

"Ayah," sambil berjalan memeluk Raja Indra yang dibalas peluk erat pula.

"Sebentar," ucapnya melepas pelukan yang begitu ia rindukan kepada sang putra dua tahun ini, "kenapa tubuhmu dingin sekali, apakah kamu menggunakan fantalismu lagi dan perjalanan ke istana tadi?" Tanya Raja Indra memastikan.

"Iya, Ayah. Dalam perjalanan ke..."

"Nanti dulu ceritanya," potong Raja Indra, "ayo masuk ke ruangan ini, sembari kamu bercerita biar ayah saluran fantalis api pada bara kristal merah supaya kamu kembali hangat."

Setelah memastikan ruangan terkunci dan kedap suara, Raja Indra mulai menggenggam tangan kiri Pangeran Dinata untuk menyalurkan fantalisnya.

Argh...

Ringis Pangeran Dinata ketika fantalis ayahnya mulai membakar syaraf-syaraf tangan kiri miliknya. Kulit-kulitnya terasa meleleh saat bara kristal merah mulai menyala dan menyerap fantalis api tersebut.

"Sudah selesai," Raja Indra kemudian menghentikan penyaluran fantalis dan mulai bertanya pada putranya, "Apa yang membuat kamu sampai menggunakan fantalismu, Putraku?"

"Dalam perjalanan pulang tadi saya melihat penduduk bagian tenggara kerajaan kita mengalami kekeringan sampai sungai besar pun ikut kering, Ayah. Saya kasihan melihat rakyat hampir mati kehausan dan kelaparan karena pertanian mereka gagal panen. Di sana, ketika para pendukung sibuk pergi mencari air, saya menciptakan kristal es yang besar untuk memenuhi sungai. Selanjutnya, memanaskannya dengan sihir api dari bara kristal merah supaya es tadi mencair."

"Kau memang sangat baik, anakku. Tapi cobalah pikir dampak yang akan terjadi setelah itu, bagaimana jika penduduk di sana curiga dengan datangnya air secara tiba-tiba."

"Maafkan saya, Ayah. Oh iya, dalam perjalanan ke sini saya juga melintasi kediaman para bangsawan dan merubah pakaian saya seperti pedagang kecil. Ayah tahu apa yang terjadi?"

"Memang apa yang terjadi?" Tanya Raja Indra cukup penasaran.

Pangeran Dinata kemudian menjelaskan perlakuan yang dia alami saat menyamar menjadi pedagang ketika melewati kediaman para bangsawan. Ketika itu dia dihentikan beberapa kali oleh penjaga kediaman bangsawan untuk dimintai upeti jika hendak ke istana Neterliandis, kejadian ini tidak terjadi di salah satu kediaman bangsawan saja namun di setiap melewati tingkat kediaman bangsawan. Upeti yang dimintak pun cukup tinggi bagi para pedagang dan rakyat, yaitu 10 keping emas di satu tingkat bangsawan.

Mendengar hal itu Raja Indra tidak habis pikir dengan kelakuan para bangsawan yang terhormat. Ia berencana akan membahas kelakuan para bangsawan dalam jamuan rapat istana yang akan dilaksanakan minggu depan.

"Dinata, minggu depan akan ada jamuan rapat untuk keluarga kerajaan dan para bangsawan dalam membahas RUU yang ayah ajukan. Ayah harap kamu bisa hadir dan membahas soal kejadian tadi di sana."

"Baik, Ayah. Saya mengerti," senyum terulas di wajah Dinata "tapi, tadi saya juga bertemu perempuan yang sangat menarik di kediaman bangsawan tingkat satu."

Pangeran Dinata mulai menceritakan pertemuannya dengan perempuan di kediaman Bangsawan Tomi secara detail kepada ayahnya.

-----

"Hey, kasta rendahan, turun dari kudamu sekarang," teriak penjaga di kediaman Bangsawan Tomi.

Pangeran Dinata kemudian turun dari kudanya dan menemui para penjaga yang memanggilnya tadi dengan wajah memelas, layaknya pedagang yang tidak memiliki uang sedikitpun.

"Berikan upeti 10 keping emas pada kami bila hendak melanjutkan perjalanan ke istana Neterliandis," ucap para penjaga itu dengan wajah garangnya.

"Tapi Tuan, saya sama sekali tidak memiliki uang untuk diberikan, saya hanyalah pedagang biasa, Tuan."

"Kalau begitu kembalilah, jangan harap untuk bisa melewati kediaman bangsawan tingkat satu ini."

Saat pembicaraan ini berlangsung tibalah seorang wanita cantik yang tengah menunggangi seekor kuda. Melihat pedagang yang kesusahan ia kemudian turun dari kudanya dan menghampiri para penjaga yang sedang meminta upeti pada Pangeran Dinata. Semua penjaga di sana tunduk dan hormat pada sosok wanita yang kini telah berdiri dihadapan mereka.

"Apa yang terjadi, Penjaga?" Tanya wanita cantik itu, sambil melihat ke arah Pangeran Dinata yang kini tengah menyamar menjadi pedagang miskin.

"Maaf Putri Liliana atas keributan yang terjadi, pedagang ini tak mampu membayar upeti kepada kami. Dan dia terus memaksa tetap ingin melintas ke kerajaan Neterliandis," tutur penjaga dengan sopan.

"Kalau begitu biarkan saja dia lewat, Penjaga. Takkah kalian melihat sepertinya dia ada urusan penting di kerajaan. Bukankah saya sudah pernah berbicara untuk tidak meminta upeti pada para rakyat yang hendak ke istana, kenapa kalian lakukan lagi?"

"Sekali lagi maaf Tuan Putri, ini perintah langsung dari ayah anda untuk memungut upeti bila ada pedagang atau rakyat yang hendak melintas."

"Dasar ayah," geram putri Liliana "baiklah kalian silahkan pergi, biar saya yang mengurus pedagang ini," perintah sang putri yang langsung dilaksanakan oleh para penjaga.

"Maafkan atas perlakuan para penjaga kami kepada anda, Tuan. Silahkan lanjutkan perjalanan anda menuju istana," ucapnya Liliana penuh tatakerama.

"Wanita ini sungguh menarik, sikapnya yang begitu baik selaras dengan wajahnya yang cantik," gumam Pangeran Dinata sambil memperhatikan Putri Liliana dengan teliti.

"Terima kasih banyak atas bantuannya, Tuan Putri. Saya yakin di masa depan Tuan Putri akan menjadi seorang ratu yang adil dan bijaksana."

"Ah, anda bisa saja memuji saya, Tuan. Saya tidak mungkin menjadi ratu karena saya sudah terpikat dan menjalin hubungan pada seorang lelaki yang sangat baik," tak sadar senyum merekah di bibir Putri Liliana ketika mengingat sosok Pangeran Antoni di kepalanya.

"Yah sayang sekali kalau begitu," ucap Pangeran Dinata dengan tawa kecil untuk menutupi wajahnya yang sedikit kecewa.

----

"Apa Ayah tahu siapa pria yang telah beruntung memiliki wanita sebaik Putri Liliana itu?" tanya Pangeran Dinata kepada ayahnya yang sedari tadi tengah fokus mendengarkan cerita dari putranya.

"Ehm, ayah kurang tahu siapa yang pria yang beruntung itu. Tapi beberapa hari lalu Bangsawan Tomi datang ke istana untuk menjodohkan putrinya, Liliana untuk kamu, Dinata."

"Sungguh, apa jawaban dari Ayah?"

"Ayah menyerahkan semua keputusan itu padamu. Mau menerima atau menolaknya itu pilihanmu."

"Yah, kalau begitu biar waktu yang menjawabnya, tapi untuk saat ini saya tidak akan menghancurkan hubungan antara Putri Liliana dan pria itu. Saya sadar, saya datang pada waktu yang kurang tepat. Jika memang Putri Liliana jodoh saya, dia akan datang pada saya nantinya."

Ucapan Pangeran Dinata tadi berhasil membuat Raja Indra berdecak kagum atas kedewasaan putra kesayangannya itu. Pikirannya begitu luas untuk sekedar anak berusia 17 tahun yang dibesarkan tanpa seorang ibu disisinya.