webnovel

FEELING OF DOUBT

29th January Tuesday, 8.15 A.M. Jennifer’s House, London, UK.

Jennifer masih melihat berita TV yang masih menayangkan berita mengenai dirinya dan Robert semlaam. Astaga. ia tidak menduga jika akan seperti jadinya. Semalam, ia benar-benar terpojok dengan segala tuntutan dan paksaan Robert, menyebalkan sekali.

*****

Last night.

Robert melirik jam tangannya sebelum mengitarkan pandangannya. Setelah merasa saat ini merupakan waktu yang tepat, ia menghampiri jennifer yang tengah mengobrol dengan seorang wanita dan menarik tangan jennifer dengan tiba-tiba. Jennifer tidak sempat menolak robert karena kebingungan hingga tanpa disadari mereka sudah berada di tengah-tengah para tamu.

Sebelum jennifer sempat bertanya pun, tiba-tiba saja robert sudah berlutut dengan satu lututnya dengan mengulurkan satu tangkai mawar merah yang cantik. Jennifer ternganga.

“Jennifer, aku tidak peduli jika kau akan menolakku lagi. Ah, tidak. Kau harus menerimaku juga saat ini. aku hanya ingin kau tahu jika aku benar-benar mencintaimu. Jika kau masih merasa ragu denganku, kita bisa memulainya dengan pelan-pelan. Kita masih memiliki banyak waktu agar kau bisa mengenalku lebih dalam. Kita sudah berteman sejak lama, Jenny. Aku mohon, jangan biarkan pertemanan kita terus seperti ini. Aku mencintaimu, Jennifer. Sangat mencintaimu. Jadilah milikku.”

Robert tidak peduli jika ia terkesan memaksa jennifer. Ia tidak peduli jika orang berpikir dia bertingkah kekanakan dan bodoh. Yang ia inginkan saat ini hanyalah jennifer. Ia ingin jennifer menjadi miliknya sekarang juga.

Jennifer masih diam seribu bahasa. Mungkin, jika keadaannya tidak seperti ini, jennifer akan terus menolak robert. Tapi, melihat robert yang memaksanya dengan kalimatnya dan juga dengan tatapan memohonnya, membuatnya tidak tega.

Saat itu juga, ia teringat tentang cerita arthur mengenai Roxanne dan felix –tentang bagaimana felix memperjuangkan Roxanne yang masih meragukannya –hingga akhirnya membuat jennifer memantapkan hatinya untuk mengambil bunga mawar itu.

“Berdiri, Robert.” Ucapnya, seraya mengambil bunga mawar itu.

Kedua mata Robert semakin terlihat seperti berharap pada jennifer untuk menjawab perasaannya sesuai dengan harapannya. Ketika jennifer tersenyum lembut, robert semakin yakin jika jennifer menerimanya. Bahkan, ketika jennifer memeluknya pun, rasanya robert ingin menangis. Ia membalas pelukan jennifer.

“Selama kau bisa meyakinkanku, aku bisa menerimamu, Robert.” Ucap jennifer begitu melepas pelukannya.

Robert tersenyum sumringah. Ia kembali memeluk jennifer dan berkata, “Pasti. Aku akan memastikan jika aku benar-benar mencintaimu dan kau milikku, jenny. Kau milikku.”

Para tamu semakin bersorak dan bersiul setelah mereka melepas pelukan itu. wartawan yang datang tak lupa meliput momen yang akan menggemparkan para netizen.

Pesta berakhir. Kedua orang tua jennifer dan arthur turun dan menghampiri jennifer, sementara Robert sedang mengurus tamunya dan wartawan. Erica memeluk jennifer seraya menggodanya.

“Ah, jadi ini pilihanmu sekarang. Secepat ini, ya.” kekeh Erica.

“Tapi, mom turut senang karena itu robert. Kalian sudah berteman dekat. Robert sudah lebih dari seorang teman untukmu. Mom tahu itu.” lanjut Erica.

“Wah, apa yang kubilang benar, kan?” kekeh Arthur, menghampiri Jennifer. “Aku tahu cepat atau lambat kau akna menerimanya. Tidak kusangka aku harus melihatnya secara langsung begini.” Lanjutnya.

Jennifer mendengus. “Terserah. Jelas-jelas aku tidak bisa menolaknya tadi.” terdengar helaan napas jennifer.

Arthur tertawa. “Kau memang harus menerimanya. Jika tidak, mungkin aku akan jadi korbannya.” Sahut arthur, membuat jennifer kebingungan. Tapi, ia tidak bertanya lebih lagi pada Arthur.

“Semua itu ada prosesnya, sayang. masih ada banyak waktu jika setelah ini kalian berniat melanjutkan ke jenjang yang lebih serius.” Ucap Darius.

“Dad. astaga, aku belum sempat berpikir seperti itu.”

Darius dan Erica tertawa. Kemudian, mereka segera berpamitan untuk segera pulang karena hari yang sudah semakin malam.

Arthur berdeham. “Sepertinya, setelah ini kita akan jarang bertemu.” Ucap arthur.

Jennifer mengernyit. “Kenapa bisa begitu?” tanyanya.

“Kau tidak mengerti juga, ya? robert selalu cemburu padaku. Jika kau dan aku terus terlihat dekat, aku bisa mati.” Jelas arthur. sementara jennifer hanya tertawa, menganggap apa yang dikatakan arthur adalah sebuah candaan anak kecil.

“Intinya, aku akan memberi selamat padamu. tapi, tetap berhati-hati saja. Kita masih belum tahu siapa pengirim pesan sampah itu.” ucap Arthur dengan serius. Jennifer menganggukkan kepalanya dan berpamitan dengan arthur sebelum pria itu pulang dari rumahnya.

*****

Tiba-tiba saja, sebuah notifikasi pesan masuk dan menginterupsi jennifer. Jennifer segera mengambil ponselnya dan membuka pesan itu.

XXX-XXXX: Gotcha.

Jennifer panik. Ia belum sempat melihat siapa pengirimnya sebelum membukanya. Bahkan isi pesannya membuat jennifer semakin kebingungan. Ia tidak mengerti apa maksud di balik pesan itu. jennifer hendak memberi tahu arthur, namun ponselnya kembali berdering. Sebuah panggilan masuk dari Robert.

*****

10.25 A.M. Arthur’s Penthous, London, UK.

Tanpa mengenakan atasannya, arthur berjalan kesana kemari menyiapkan segala keperluannya untuk di Paris. Malam ini, arthur akan kembali ke paris untuk pesta ulang tahun Dennis. Sebenarnya, sudah sejak jauh hari arthur berencana membawa jennifer bersamanya karena janjinya. Tapi, karena hal tak terduga semalam, arthur tidak yakin apa ia bisa membawa jennifer, ditambah dengan beberapa berita tentang hubungan jennifer dan robert, arthur tidak akan bisa membawa jennifer ke paris sesuai dengan janjinya. Mungkin lain waktu.

Sebuah panggilan masuk dari jennifer, secara tak terduga. Arthur tersenyum sebelum mengangkatnya.

“Hei, Art. Kau sedang di rumah?” tanya Jennifer langsung.

“Saat ini, iya.” Jawab Arthur, masih sibuk memasukkan barang-barangnya ke dalam koper.

“Saat ini? kau berencana pergi ke luar?” tanya jennifer lagi.

“Aku akan kembali ke Paris. Aku tidak bisa melewatkan pesta ulang tahun sahabatku di sana.” Jelas arthur.

“Paris, ya. Hmm.”

Arthur mengernyit. Di dalam hatinya, ia bertanya-tanya apa jennifer ingin arthur membawanya pergi ke paris saat ini juga. Tapi, ia kembali berpikir jika hal itu tidak mugkin karena kondisi mereka yang sudah tidak mendukung.

“Aku tahu kau akan merindukanku.” Canda Arthur.

“kau terlalu percaya diri. Aku tidak punya wkatu untuk merindukanmu, dasar gila.”

Arthur tertawa. “Tenang saja, aku tidak akan lama. Aku harus mengurus pekerjaanku juga di sini.”

“dasar workaholic. Kau hanya memikirkan pekerjaanmu saja. Aku juga tidak bertanya padamu.”

Tanpa sepengetahuan jennifer, arthur tersenyum lembut. “Omong-omong, bagaimana dengan Robert?” tanya Arthur kemudian.

“Aku sedang menunggunya kemari. Jika kau tidak kembali ke paris, mungkin aku akan memintamu kemari juga.”

“Dan menjadikanku sebagai orang ketiga di sana?” sarkas arthur.

Jennifer berdecih. “Ish, bukan seperti itu. tadinya aku mau manghubungimu. Kau tahu, orang itu menghubungiku lagi setelah sekian lama. Aku ingin memintamu kesini menemaniku. Tapi, robert sudah menghubungiku duluan, jadi, yah, aku memintanya kemari.”

Arthur terdiam dengan pikiran yang menyerbu otaknya. Namun, ia tepis segala pikiran yang mengganggunya. “Benarkah? Hm, apa aku perlu kesana juga dan membatalkan penerbanganku sampai besok?” arthur menawarkan dirinya.

Jennifer terkekeh. “Dan menjadi orang ketiga di sini? Tidak perlu, art. Aku baik-baik saja. Robert akan menjagaku di sini.”

Walaupun arthur merasa ragu, ia tetap mencoba tersenyum walaupun jennifer tidak melihatnya. Namun, perlahan ia menepis perasaan ragunya dan yakin jika jennifer akan baik-baik saja. Dia akan meminta pengawalnya terus menjaga rumah jennifer dari kejauhan.

“Kurasa robert sudah datang. Baiklah, jaga dirimu di sana. Sampaikan salamku untuk Roxanne juga, ya. ah, dan jangan lupa belikan aku oleh-oleh dari sana.”

Arthur terkekeh. Bisa-bisanya jennifer terus memintanya membelikannya hadiah sepulang dari paris nanti.

*****

“Apapaun hadiahnya aku akan menerimanya. Tapi, aku ingin yang harganya mahal! Jangan belikan barang yang harganya murahan. Itu tidak selevel denganku.” Pinta Jennifer.

Sembari mendengar jawaban Arthur di ponselnya, jennifer terkesiap saat seseorang tiba-tiba memeluknya dari belakang. Saat menoleh, ia tersenyum pada robert yang sedang memeluknya.

Setelah menyudahi panggilannya dengan arthur, jennifer berusaha melepaskan diri dan berbaik badan menghadap robert.

“Arthur?” tebak robert yang sayangnya mengenai sasaran.

Robert tersenyum kaku saat jennifer hanya menganggukinya. Tapi, sebisa mungkin robert berusaha untuk tenang karena kini jennifer sudah menjadi miliknya. Ia harus membuat jennifer mencintainya dan tidak menoleh pada pria yang mengganggunya saat ini. robert akan pastikan itu.