webnovel

The Hidden Smile

Nadia menghembuskan napasnya, lalu berjalan melewati Intan. "Gue denger, lo anak adopsi, ya?" tanya Intan tiba-tiba membuat Nadia seketika terhenti. "Harusnya lo tuh jadi cewek baik-baik! Udah anak adopsi, nggak tau diri pula!" kecamnya lagi. Apakah fakta tentang Nadia yang adalah anak adopsi membuat Intan semakin bersemangat untuk mengecam gadis itu, hari ini? "So, you figured it out, huh?" jawab Nadia ringan sambil memperhatikan raut wajah Intan. "Jadi, itu bener?" tanya Intan menantang. ------------------------------------- Nadia adalah seorang gadis SMA biasa yang mencoba menjalani kehidupannya yang normal dengan menjaga rahasianya dari seluruh dunia. Nadia takut bahwa jika rahasianya terkuak, hal itu akan menyakiti keluarganya, maka itu yang membuatnya dingin pada semua orang. Namun tidak setiap hari semua orang dapat menjalani kehidupan yang mereka mau. Rahasianya sedikit demi sedikit mulai terbongkar oleh orang-orang yang membencinya. Bagaimana Nadia dapat menerima situasi tersebut? -------------------------- Disclaimer : Ini adalah cerita asli tulisan sendiri dan bukan terjemahan.

Weird_Unicorn · Teenager
Zu wenig Bewertungen
97 Chs

Mellisa #7

Daniel yang mulai menyesali tindakannya, tiba-tiba saja sudah ditarik menjauh dari Nadia. Daniel dan Nadia bisa melihat Alex yang menatap Daniel seakan dapat melubangi kepala pemuda itu hanya dengan tatapannya.

"Elo, ya! Udah tiga kali lo ketangkep mo nyium Nadia. Lo nggak nyadar kalo udah punya pacar?!" Bentak Alex.

Daniel tertawa lalu menatapnya. "Lah, elo? Lo ngapain sok ngajak gue berantem gini karena gue mo nyium Nadia? Lo kan juga udah punya pacar." Kata Daniel santai dan membuat Alex salah tingkah.

"At least cewek gue nggak di sini." Jawabnya terbata-bata. "Lagian kalo lo berani nyium Nadia, cewek lo yang tabiatnya jelek itu bakal ngeroyok Nadia lagi. Dan kali ini gue nggak bakal ngebiarin." Jawab Alex pasti.

Nadia dan Daniel saling memandang sebentar lalu membuang muka untuk menyamarkan senyum tipis mereka. "Udah gitu doang alasan lo?" tantang Daniel.

"Mau lo apa sih?!" tanya Alex kesal.

"Weits! Santai! Gue cuman pengen ngobrol mesra aja sih, sama lo berdua sebelum kita lulus." Jawab Daniel santai.

"Itu juga kalo lulus." Sahut Nadia.

Daniel menatapnya kesal seakan hendak memukulnya.

Alex langsung menarik kerah bajunya. "Lo, jangan macam-macam sama sahabat gue. Paham?!" katanya tajam.

Daniel mendorong Alex menjauh lalu tertawa mendengar perkataan Alex barusan. Entah mengapa ia tidak ingin menyudahi pertemuan mereka ini. Masih terlalu awal untuk mengakhiri pertemua mereka yang mengharu biru seperti ini. Di bawah pohon yang rindang, angin semilir membelai, hanya bertiga… Ah… Daniel mulai merasa nyaman.

"Sahabat, lo bilang? Sahabat macam apa lo berdua, yang udah pada punya pacar tapi nggak saling cerita? Gue aja waktu punya pacar, bilang ke Nadia pas Heny mo ke sini. Nah elo? Lo bilang nggak?" tanya Daniel santai.

Nadia melipat tangannya dan memperhatikan Daniel. Pembicaraan mereka sudah mulai semakin menarik. Memang Daniel adalah pemuda yang hidup dari mencari permusuhan dengan orang lain, tapi untuk urusan ceramah soal pertemanan ternyata Daniel cukup baik.

"Lo nggak usah sok merhatiin Nadia lagi, deh! Bukannya pacar lo lebih segala-galanya dibanding Nadia? Lebih cantik, lebih lembut, lebih sopan, dan lebih bisa bikin lo nyaman. Nggak mungkin kan, kalo lo nggak nyaman sama cewek itu, lo bakal berpaling dari Nadia. Iya kan?" kata Daniel santai. Alex tidak membantah, namun Ia juga tidak mengiyakan. Ia hanya menatap Daniel tajam.

"Lagian lo ngapain sih, masih deket-deket Nadia? Nadia udah punya Steven. Yang juga lebih sopan dari lo, lebih gentle sama Nadia, lebih popular, dan lebih bisa diandelin." Lanjutnya lagi.

Nadia mulai tertarik dan terbiasa dengan topik pembicaraan Daniel, tapi melihat raut wajah Alex membuatnya merasa berkewajiban untuk menyudahi ceramah Daniel kali ini. Nadia langsung memegang pundak Daniel dan membuat kedua pemuda itu terkejut dengan sikap Nadia. Tidak biasanya Nadia menggunakan kontak fisik.

"Dan, mending sekarang lo pergi, cari pacar lo, dan tenangin dia. Karena gue yakin, dia pasti udah liat adegan kita yang hampir ciuman tadi. Lo tau kan, kalo mata-mata Heny banyak? Dari pada lo di sini, trus di depan gue lo nyoba ngadu domba gue sama sahabat gue dari kecil kek gini. Nggak mempan." Katanya tenang lalu melepaskan Daniel.

Daniel tertawa dengan perkataan Nadia lalu menatap mereka berdua dengan kesal. "Nggak usah sok drama deh lo berdua!" katanya kasar.

Alex yang sedari tadi tak dapat meredam kekesalannya pada Daniel langsung melayangkan tinju ke wajah pemuda itu. Nadia menegur Alex tapi pemuda itu terlihat sangat menikmatinya dan tidak ingin melepaskan Daniel. Nadia segera menjauhkan mereka berdua dan mengepalkan tangannya hendak memukul Alex.

Di dalam pikirannya, Nadia dengan mudah membenarkan semua perkataan Daniel tentang bagaimana seharusnya seorang sahabat bersikap. Namun di lain sisi, ia tetap tidak menyukai Daniel apalagi setelah ia coba membanding-bandingan dirinya dengan pacar Alex ataupun membanding-bandingkan Alex dengan Steven.

Alex terkejut melihat Nadia yang mengepalkan tinju ke arahnya. Namun sesaat kemudian tinju itu mendarat di wajah Daniel.

"Ini terakhir kalinya gue mau ngobrol sama lo. Sekali lagi lo ganggu gue, gue bunuh lo! Gue nggak tertarik ikut campur sama hobi lo yang suka cari masalah itu. Jadi kalo lo nggak puas sama gue ataupun Alex, mending lo pergi sana, cari orang lain!" katanya dingin lalu mendorong Daniel menjauh.

Nadia lalu mengambil bukunya dan berjalan pergi. Daniel tertawa di sela-sela napasnya yang terengah. Ia sempat memperhatikan Alex yang pergi mengikuti Nadia, lalu meninggalkan tempat itu. Ia benar-benar harus mencari Heny jika tidak ingin membuat keributan yang lain.

DON'T FORGET TO LEAVE A TRACE PLEASE...

so be kind to COMMENT AND VOTE

p.s* your power stone will be refill every 24 hours,

so spare me one of them, please.

Thank You xoxo.

Weird_Unicorncreators' thoughts