webnovel

The Hidden Smile

Nadia menghembuskan napasnya, lalu berjalan melewati Intan. "Gue denger, lo anak adopsi, ya?" tanya Intan tiba-tiba membuat Nadia seketika terhenti. "Harusnya lo tuh jadi cewek baik-baik! Udah anak adopsi, nggak tau diri pula!" kecamnya lagi. Apakah fakta tentang Nadia yang adalah anak adopsi membuat Intan semakin bersemangat untuk mengecam gadis itu, hari ini? "So, you figured it out, huh?" jawab Nadia ringan sambil memperhatikan raut wajah Intan. "Jadi, itu bener?" tanya Intan menantang. ------------------------------------- Nadia adalah seorang gadis SMA biasa yang mencoba menjalani kehidupannya yang normal dengan menjaga rahasianya dari seluruh dunia. Nadia takut bahwa jika rahasianya terkuak, hal itu akan menyakiti keluarganya, maka itu yang membuatnya dingin pada semua orang. Namun tidak setiap hari semua orang dapat menjalani kehidupan yang mereka mau. Rahasianya sedikit demi sedikit mulai terbongkar oleh orang-orang yang membencinya. Bagaimana Nadia dapat menerima situasi tersebut? -------------------------- Disclaimer : Ini adalah cerita asli tulisan sendiri dan bukan terjemahan.

Weird_Unicorn · Teenager
Zu wenig Bewertungen
97 Chs

David #6

Nadia duduk di meja makan bersama orang tua Alex dan tentunya Alex di sampingnya. Tante Rossari meletakkan roti coklat di piring Nadia dan tersenyum hangat padanya.

"Gimana keadaan kamu, sayang?" tanya Tante Rossari ramah.

Nadia menatapnya lalu tersenyum dan mengangguk sedikit. "Udah enakan tante. Makasih." Jawabnya sopan. Alex di sampingnya menatapnya sebentar lalu menyentuh keningnya.

"Demamnya udah turun mi, dia pasti udah baikan lagi, udah jadi cewek nyebelin lagi." Jawab Alex cuek lalu melahap rotinya.

Nadia menatapnya dan memasang wajah seakan berkata 'I'm gonna kill you!' dan membuat orang tua Alex tertawa melihat tingkah keduanya. Tante Rossari memandang Nadia dan tersenyum manis. Betapa beruntungnya Elisabeth bisa mempunyai Nadia. Ia anak yang baik, ia anak yang kuat. Elisabeth harus tahu itu. Ia tidak seharusnya khawatir.

"He'em. Demamnya harusnya udah turun, kan kamu jagain semalaman." Kata Tante Rossari lalu melirik Alex namun pemuda itu tetap cuek. Nadia berbalik padanya tersenyum manis lalu mengacak-acak rambutnya.

"Ish! Apa susahnya sih bilang makasih ketimbang ngelakuin hal-hal aneh?" kata Alex kesal sambil merapikan lagi rambutnya.

"Tuh, tante. Alex juga nggak kalah jahat dan nyebelin." Kata Nadia cuek lalu menjulurkan lidahnya pada Alex yang balik menatapnya dan memasang wajah seakan berkata ' I'm gonna kill you!'.

Keduanya lalu berpamitan dan bersiap ke sekolah. Alex memberikan helm pada Nadia dan memberikan jaketnya yang kemudian ditolak oleh Nadia. "Gue udah nggak apa-apa, jadi gue nggak mau pake jaket bau lo itu!" kata Nadia jahat.

"Iye, gue tau jaket gue bau. Tapi lo nggak bakal baik-baik aja sekarang kalo nggak gue jagain semalaman." Jawab Alex ketus dan membuat Nadia tersenyum.

"Eh! Ngomong-ngomong, berarti lo nemenin gue tidur di kamar tamu, dong?" tanya Nadia tiba-tiba.

"Iya. Tapi nggak sampe pagi. Begitu panas lo turun gue balik ke kamar. Kenapa?" jelas Alex sambil memakai jaketnya.

"Gue ngigo, nggak?" tanya Nadia lalu memalingkan wajahnya.

Alex melihat ekspresi Nadia lalu tersenyum jahil. "Iya. Tadi malem lo ngigo. Lo teriak-teriak trus abis itu lo nangis-nagis kayak cewek gila." Jawab Alex lalu tertawa lucu dan membuatnya mendapat pukulan dari Nadia.

Keduanya sampai di sekolah dan segera berjalan masuk ke kelas masing-masing. Nadia tetap terlihat menakutkan walaupun dia baru saja terlibat masalah yang mempermalukannya. Steven segera mendekati Nadia dan memperhatikan gadis itu dengan seksama. "Lo, nggak apa-apa kan?" tanyanya serius. Nadia menatapnya lalu tersenyum manis.

"Nggak apa-apa, kok. Sempat demam, tapi udah nggak lagi. Makasih buat kemarin, lo udah nyegah gue bunuh seseorang." Jawabnya ramah.

Steven terkejut dengan respon Nadia seperti itu. Ia langsung menyentuh kening Nadia namun tangannya segera ditepiskan oleh Nadia. Wah! Kejadian luar biasa emang bener-bener bisa ngerubah seseorang.

"Lo kenapa? Udah ada guru, tuh!" Steven terkejut dan langsung kembali ke tempat duduknya, namun dia melihat ekspresi Nadia yang sudah kembali seperti semula. Apa mungkin tadi hanya imajinasinya yang terbentuk dari dari rasa khawatirnya?

Pak Beny berdiri di depan kelas dan memperhatikan semua murid di seluruh penjuru kelas, tak terkecuali Steven yang sedang berbalik memandangi Nadia dan Nadia yang sedang memperhatikan pak guru itu dengan seksama dan wajah yang cerah. "Kemarin, selain kejahatan yang Nadia lakukan terhadap Intan, terdapat satu lagi kejadian luar biasa yang cukup mengguncang sekolah ini. Untuk sementara, Wali Kelas kalian, Pak David akan digantikan dengan Pak Carlos sampai keputusan selanjutnya. Itu saja." Jelas Pak Beny.

Biasanya semua murid akan tertawa jika mendengarkan kata-kata Pak Beny yang selalu dibuat berlebihan dan lucu, namun kali ini tidak ada satupun suara yang mengganggu penjelasannya, kepastian keseriusan masalah: 97,5%. Nadia yang tadi mendengarkan dengan seksama segera berlari keluar walaupun sudah dipanggil oleh Pak Beny. Ia berlari menuju ruang BK namun tidak ada siapapun di sana. Ia lalu berlari ke ruang guru, juga tidak ada siapapun di sana karena semua guru sedang berada di kelas.

Nadia berlari menyusuri koridor dari kelas ke kelas mencari sosok David. Nadia tidak dapat menemukan David di kelas manapun, sebaliknya ia malah menjadi semacam objek keunikan alam yang diperhatikan oleh anak-anak dari dalam kelas disertai dengan bisikan-bisikan ramai tentang kejadian kemarin yang telah beredar. What's wrong?!

Like it? You may want to add this book to your library!

If you have some idea about my story,

please be free to comment it and let me know.

Creation is hard, so cheer me up!

*ps: your power stone will be refill every 24 hours,

so spare me one of them, please.

Thank You xoxo.

Weird_Unicorncreators' thoughts