webnovel

The Hidden Smile

Nadia menghembuskan napasnya, lalu berjalan melewati Intan. "Gue denger, lo anak adopsi, ya?" tanya Intan tiba-tiba membuat Nadia seketika terhenti. "Harusnya lo tuh jadi cewek baik-baik! Udah anak adopsi, nggak tau diri pula!" kecamnya lagi. Apakah fakta tentang Nadia yang adalah anak adopsi membuat Intan semakin bersemangat untuk mengecam gadis itu, hari ini? "So, you figured it out, huh?" jawab Nadia ringan sambil memperhatikan raut wajah Intan. "Jadi, itu bener?" tanya Intan menantang. ------------------------------------- Nadia adalah seorang gadis SMA biasa yang mencoba menjalani kehidupannya yang normal dengan menjaga rahasianya dari seluruh dunia. Nadia takut bahwa jika rahasianya terkuak, hal itu akan menyakiti keluarganya, maka itu yang membuatnya dingin pada semua orang. Namun tidak setiap hari semua orang dapat menjalani kehidupan yang mereka mau. Rahasianya sedikit demi sedikit mulai terbongkar oleh orang-orang yang membencinya. Bagaimana Nadia dapat menerima situasi tersebut? -------------------------- Disclaimer : Ini adalah cerita asli tulisan sendiri dan bukan terjemahan.

Weird_Unicorn · Teenager
Zu wenig Bewertungen
97 Chs

Alex #1

Pagi tadi matahari masih sempat bersinar, namun perlahan mulai tertutup awan. Sekarang awan itu mulai menjadi lebih tebal lagi dan sesekali terdengar guntur darinya. Pelajaran Pak Rudi kali ini hanya membahas soal-soal latihan untuk persiapan ujian mendatang. Nadia tidak tidur seperti biasanya, Ia hanya merapatkan jaketnya dan memandang ke luar. Hujan deras yang mulai turun menyita perhatiannya. Kabut mulai memenuhi lapangan sekolah, begitu juga dengan kaca jendela di dekatnya.

Nadia tidak berpaling dari pemandangan hujannya hingga saat bel istirahat berbunyi. Ia hanya menghembuskan napasnya, semakin merapatkan jaketnya, bersandar di kursinya, dan membiarkan pikirannya menari-nari di bawah hujan deras, tenggelam dalam kabut tebal. Amelia dan Grace tiba-tiba mendekati Nadia sambil membawa sesuatu. Amelia mengetuk meja Nadia membuat gadis itu berbalik menatap mereka. Grace meletakkan sebuah kotak panjang berwarna merah muda.

"Nad, kita mo bilang sesuatu." Kata Grace serius.

Nadia menatap mereka menunggu apa yang akan mereka bicarakan dengannya. Keduanya tiba-tiba tersenyum dan memeluknya.

"Happy Valentine, Nadia!!" kata Amelia mengejutkannya. "Cokelatnya dimakan, ya! Susah payah tuh buatnya. Gue sama Amel belajar dua hari, tau!" lanjut Grace. Nadia menatapnya mereka lalu menatap kotak merah muda di hadapannya lalu tertawa.

Alex berjalan cepat dari kelasnya. Wajahnya terlihat lelah namun ceria. Pemuda itu tak sabar ingin bertemu dengan sahabatnya. Ia sampai di depan kelas Nadia dan hendak masuk, namun Nadia terlihat sedang sibuk dengan teman-temannya. Alex melihat Henry yang mendekati Nadia kemudian menyerahkan sebuah bouquet bunga berukuran sedang berisikan bunga mawar merah dan putih pada gadis itu dan membuatnya terkejut.

"Happy Valentine, Nad! Gue nggak tau harus ngasi kado valentine apa ke elo. Ini pertama kali buat gue soalnya. Ini aja nggak apa-apa, kan?" kata Henry malu-malu. Nadia tertawa menatap Henry dan mengangguk senang.

"Ini, mawar hidup kan?" goda Nadia lalu mencium bouquet bunga itu.

Henry menggaruk kepalanya. "Nggak lah. Gue kasi yang palsu biar bisa tahan selamanya. Siapa yang tau kalo tahun depan gue nggak bisa lagi ngasi lo kado valentine?" jawab Henry sekenanya. Nadia tersenyum mendengar ucapan Henry yang terlalu jujur itu.

Alex tetap memperhatikan hingga Steven mendekat pada Nadia dan meletakkan sesuatu di atas mejanya. Gadis itu hanya menatap benda itu sebentar lalu menatap Steven. "Setelah sekian lama, akhirnya gue punya kesempatan buat bilang ini ke elo, Nad." Kata Steven serius.

Alex tiba-tiba tertarik ingin mendengarkan apa yang akan dikatakan Steven, apalagi dengan ekspresi yang dimilikinya.

"Happy Valentine, Nadia." Lanjut Steven tenang lalu tersenyum manis. Alex sedikit kecewa karena telah mendengar sesuatu yang sama sekali tidak penting. Namun, ia juga merasa lega karena Steven tidak mengatakan hal yang tidak Ia inginkan. Apa yang tidak diinginkannya? Alex menggaruk kepalanya dan bergegas kembali ke kelas.

Nadia menatap kue berbentuk hati berwarna merah muda di hadapannya lalu menatap Steven. "Lo beneran nggak tau kalo gue nggak suka stroberi? Cari mati lo?!" tanya Nadia berlagak kesal.

"Eits! Santai, bos! Luarnya aja sih, dalemnya tetep cokelat koq, kayak seragam kita hari ini." Jawab Steven cepat membuat mereka semua tertawa.

Nadia menatap mereka semua lalu tersenyum. "Karena gue nggak pernah ngasi kado valentine ke temen sebelumnya, jadi gue nggak bisa bales hadiah lo semua kali ini. Tapi, gue mo bilang makasih sama lo semua. Makasih karena nggak kabur dari gue." Katanya serius. "Happy Valentine, nerds!" lanjutnya lagi.

"Yang selalu peringkat dua itu elo nerd, bukan kita!" jawab Henry cuek.

"Lo manggil gue apa? Nerd? Cari mati, lo?!" tanya Nadia lalu menatap Henry tajam.

"Well, sebenernya kesel juga sih sama sikap lo yang brengsek, kejam dan nggak berperasaan itu. Tapi udah terlanjur sayang sama lo. Lo tuh ternyata baik dan setia kawan." Kata Amelia lalu memeluk Nadia lagi.

"Berani banget lo meluk gue setelah bilang gue brengsek, kejam, dan nggak berperasaan." Kata Nadia kesal.

"Tapi bener koq. Kita setuju." Sahut Grace yang didukung dengan anggukan dari Henry dan Steven, lalu menjulurkan lidahnya pada Nadia. Ia hanya tersenyum mendengarkan mereka.

Like it? You may want to add this book to your library!

If you have some idea about my story,

please be free to comment it and let me know.

Creation is hard, so cheer me up!

*ps: your power stone will be refill every 24 hours,

so spare me one of them, please.

Thank You xoxo.

Weird_Unicorncreators' thoughts