Kang Ryu dengan cekatan mengobati luka-luka yang muncul di wajah dan tubuh Xu Rui Qi. Ia tak lupa memberinya secangkir nektar untuk mempercepat proses pemulihan luka. Setelah selesai dengan Xu Rui Qi, ia mengobati luka goresan pada tangan kedua anak manusia itu. Jang Kiha mengerenyit kesakitan ketika Kang Ryu melakukannya, berbeda dengan Kang Haneul yang hanya menahan rasa sakitnya dalam diam.
"Kenapa Nona harimau putih ini tidak bisa memulihkan dirinya sepertimu?" Jang Kiha bertanya dengan wajah lucunya. Kang Ryu yang melihatnya lantas tersenyum dibalik sifat dingin yang ia bawa sebagai seorang argyros.
"Aku berbeda." Kang Ryu mengusak rambut anak lelaki itu dengan lembut.
"Apakah kau seorang argyros?" Kang Haneul, anak lelaki pendiam ini bertanya dengan lugas pada Kang Ryu. Kang Ryu dan Xu Rui Qi dibuat terkejut olehnya.
"Kau mengetahuinya?" Xu Rui Qi bertanya sembari menaruh cangkir nektarnya di atas meja.
"Aku sering membaca buku-buku kuno milik kakekku. Disana tertera cerita dan penjelasan mengenai makhluk makhluk kuno yang bahkan bisa tinggal diantara manusia. Aku tidak pernah menyangka bahwa makhluk itu bukan hanya sekedar mitologi, tapi kalian memang nyata." Kang Haneul menyandarkan dirinya pada sandaran sofa. Jang Kiha hanya mengerutkan dahi karena tidak memahami apa yang sedang terjadi.
"Ya, Aku memang seorang argyros, ia kawanku, sang leukos." Kang Ryu membenarkan pertanyaan Kang Haneul.
"Apakah kau tidak takut diburu dan mati? Kau malah menggunakan wujud aslimu." Anak lelaki pendiam itu bertanya dengan santainya. Kang Ryu sendiri tertegun, sebenarnya sejauh apa pengetahuan Kang Haneul akan dunianya.
"Aku tidak takut mati. Yang aku takutkan adalah eksistensiku yang bisa membawa bencana dan penderitaan bagi makhluk lain, termasuk manusia." Kang Ryu berdiri dan menatap kosong ke arah balkon.
Kang Ryu memang tidak takut mati, ia selama ini bertahan dalam penyamarannya demi mengetahui tujuan sebenarnya seorang argyros dilahirkan ke dunia. Ribuan milenium, argyros yang lahir selalu dibunuh saat itu juga oleh klan, bahkan beberapa dibunuh langsung oleh orang tuanya sendiri, begitu yang dikatakan oleh Artemis. Kang Ryu adalah argyros kedua yang beruntung bisa hidup lebih lama dan menggunakan kekuatannya setelah sang argyros legenda yang sejarahnya tertoreh dalam semua buku kuno klan harimau. Naasnya, sang argyros legenda yang bernama Eirḗnē itu harus berarung melawan rivalnya, sang Chrysos legenda bernama Euthýs. Pertarungan itu berakhir pada takdir mengenaskan bagi keduanya. Kang Ryu masih tidak tahu, apakah takdir kehidupannya akan sama seperti pendahulunya, atau bahkan lebih mengenaskan.
"Tapi kau menjaga kami. Kau melindungi kami dan kawanmu nona harimau putih ini." Jang Kiha menyela keheningan yang tercipta. "Bagaimana bisa kau membawa bencana? bagiku, kau adalah secercah cahaya, saat melihatmu berubah wujud menjadi harimau perak, aku terpukau, kau indah, aku beruntung bisa memiliki penyelamat sepertimu." Kang Haneul serta Xu Rui Qi segera membenarkan perkataan Jang Kiha.
"Aku harap kau benar Kiha." Kang Ryu menundukkan kepala dan meremasnya kasar.
"Kau tahu namaku nona harimau perak?" Jang Kiha terkejut, ini pertama kalinya mereka bertemu, tetapi wanita harimau itu sudah mengetahui namanya.
"Tentu saja, kau Jang Kiha, dan kau Kang Haneul. Kami ini punya tugas untuk menjaga kalian. Hal yang wajar bagi kami mengetahui siapa kalian." Xu Rui Qi menjawab pertanyaan anak lelaki itu.
"Lalu, apakah nona-nona harimau ini punya nama?" Jang Kiha terus mengoceh. Tentu saja, Xu Rui Qi dan Kang Ryu sudah paham dengan sifat Jang Kiha karena sudah beberapa hari mengikuti aktivitasnya.
"Aku Xu Rui Qi. Dan wanita dingin ini Kang Ryu."
"Baiklah kakak Xu dan Kakak Ryu. Aku akan memanggil kalian dengan sebutan itu mulai sekarang." Jang Kiha tersenyum dengan memamerkan gigi putihnya yang rapi. Ia terlihat sangat tampan dan manis disaat yang bersamaan.
"Kau mengatakan bahwa kalian penjaga kami? Untuk alasan apa kami dijaga?" Kang Haneul bertanya dengan wajah datar miliknya. Awalnya, Kang Ryu juga tidak mengetahui mengapa seorang leukos ditugaskan untuk menjaga manusia, tapi dari perkataan Xu Rui Qi, manusia itu pasti memiliki keistimewaannya masing-masing sehingga harus dijaga.
"Hypostas." Kang Ryu menyebutkan istilah itu, istilah untuk menyebut manusia yang didalam dirinya mengalir darah suci makhluk kuno. Darah itu banyak dicari oleh makhluk lain untuk mendapatkan kekebalan, atau bahkan keabadian jika nyawa manusia itu dikorbankan diatas tanah kuno.
"Maksudmu? Salah satu diantara kami adalah hypostas? Manusia darah langka?" Kang Haneul kini mengerutkan keningnya.
"Bukan salah satu dari kalian. Tapi kalian berdua." Kang Ryu berbalik badan untuk menghadap kearah mereka. "Eksistensi hypostas memang langka. Peluangnya hanya satu diantara satu milyar populasi manusia. Aku juga tidak tahu kebetulan apa ini, aku dan kawanku mendapatkan tugas untuk menjaga kalian."
"Lalu, apakah kalian juga akan menggunakan darah kami? atau bahkan nyawa kami?" Kang Haneul mulai panik.
"Tidak akan kami lakukan itu wahai bocah. Kami ini penjaga kalian. Seorang leukos yang gagal menjaga targetnya akan mendapatkan hukuman teramat pedih dari Apollo, apalagi jika ia sendiri yang menyakiti targetnya." Xu Rui Qi menjelaskan dengan perlahan.
"Memang benar. Kau leukos, kau tidak bisa menyakiti kami. Bagaimana dengan kakak Ryu? Dia bukan seorang leukos, dia argyros." Kang Haneul menetapkan bola matanya ke arah Kang Ryu.
"Tidak akan. Aku berani bersumpah demi sungai styx." Kang Ryu membalas tatapan mata Kang Haneul. "Aku tidak perlu darah kalian untuk menjadi kuat. Kekuatanku sudah kelewat besar." Kang Ryu berkata dengan narsisnya. "Kalian harus tinggal didalam griya tawangku hingga luka kalian menutup dengan sempurna. Bau darah kalian tercium ketika kalian memiliki luka, itu sangat berbahaya bagi kalian. Apalagi, usia kalian yang sudah beranjak tujuh belas tahun, bau darah kalian semakin jelas."
"Jadi kejadian tadi bisa dibilang karena darah yang keluar dari luka Jang Kiha yang tergores? Hal itu memancing para makhluk untuk mendekat?" Kang Haneul menambahkan. Xu Rui Qi dan Kang Ryu mengangguk kompak.
"Boleh jadi seperti itu." Kang Ryu menjawab pertanyaannya.
"Apasih yang sebenarnya kalian bicarakan? Aku tidak memahaminya satu pun." Jang Kiha menggaruk kepalanya karena tingkat kebingungannya sudah level maksimal.
"Nanti perlahan akan aku jelaskan padamu Kiha. Yang terpenting, sekarang kita harus mengikuti perkataan kakak Xu dan kakak Ryu. Demi keselamatan nyawa kita." Tatapan mata Kang Haneul menghangat ketika ia berbicara pada Jang Kiha. Xu Rui Qi dan Kang Ryu yang melihatnya hanya mengumpat dalam hati masing-masing, 'Dasar anak muda yang kasmaran'.
~
Hari ini adalah hari pertama Kang Ryu bekerja di perusahaan Jeon Wonwoo. Ia memulai harinya dengan memasak makanan ala manusia. Bukan tanpa alasan, kedua anak manusia kini tinggal di kediamannya, ia harus memberi mereka asupan makanan atau mereka akan mati kelaparan. Xu Rui Qi yang masih tertidur pulas di sofa tentu tidak mungkin menyediakan makanan bagi kedua anak lelaki itu. Ya, Xu Rui Qi dan Kang Ryu tidur di sofa sepanjang malam. Hal ini terpaksa mereka lakukan karena tidak mungkin menyuruh kedua anak lelaki yang sedang kasmaran itu tidur dalam satu kamar. Pikiran kedua wanita harimau itu sedikit kotor memang, mungkin kau juga paham maksudnya. Oleh karena itu, Kang Ryu menyuruh Jang Kiha tidur di kamar Xu Rui Qi, dan Kang Haneul tidur di kamarnya. Sedangkan, mereka berdua berbagi tempat di sofa ruang tengah.
"Kakak Ryu." Jang Kiha keluar dari kamar Xu Rui Qi sembari mengucek matanyanya yang masih ingin menutup. "Kakak Ryu mau pergi bekerja? Apakah harimau juga harus bekerja seperti manusia?" Ia menarik kursi meja makan untuk ia duduki.
"Aku punya urgensi tersendiri untuk bekerja. Kau makanlah, bangunkan Kang Haneul." Kang Ryu menaruh piring makanan yang sudah siap santap. "Hari ini kau dan Haneul tidak perlu pergi ke sekolah. Kalian harus tetap dirumahku sampai luka kalian menutup dengan sempurna. Mengerti? Jangan hilang dari pandangan Xu Rui Qi." Kang Ryu mengomel seperti seorang kakak perempuan pada adik laki-lakinya.
"Tapi bagaimana jika orangtua kami mencari?" Jang Kiha terlihat sangat khawatir.
"Xu Rui Qi akan mengurusnya. Kau tidak perlu khawatir. Sekarang makanlah. Sampaikan pada mereka aku harus pergi." Kang Ryu menepuk pundak Jang Kiha pelan dan segera melenggang pergi ke luar griya tawangnya.
Merupakan hal yang jarang bagi seorang Kang Ryu bepergian dengan cara yang sangat manusiawi. Ia berangkat menggunakan mobil sedan putih miliknya, tidak melesat dalam wujud leukos seperti biasa. Ia ingin benar-benar menyamar menjadi manusia biasa di hadapan Jeon Wonwoo. Kang Ryu juga tidak mengerti mengapa dirinya sangat tertarik pada anak manusia itu. Seakan terdapat gaya magnetik yang kuat dari wujud Jeon Wonwoo yang membuatnya terus ingin mendekat.
Kang Ryu berlarian dengan heels hitam yang cukup tinggi menghiasi kakinya. Tak pernah sekalipun ia menggunakan benda ini dikakinya, ia selalu menggunakan sneakers atau sandal datar kemanapun ia pergi. Berlari menggunakan benda ini ternyata cukup menyulitkan bagi Kang Ryu. Tapi, ia terus berlari menuju ruang kerja karyawan inti kantor Presedir, jika tidak ia akan telat di hari pertamanya masuk kerja. Sungguh beraktivitas seratus persen dengan hanya mengandalkan kemampuan manusia sangat menguji kesabaran sang argyros.
Untungnya, Kang Ryu tidak telat datang. Presedir Jeon belum memeriksa kehadiran karyawannya karena ia juga belum sampai di kantor. Kang Ryu ikut berbaris bersama dua orang karyawan inti kantor Presedir yang baru masuk bersamanya, dan tiga orang karyawan lama. Dalam hitungan menit, Presedir Jeon sudah sampai di ruangan. Seluruh karyawan memberi hormat padanya termasuk Kang Ryu. Melihat kehadiran Kang Ryu di ruangan, Presedir Jeon menuai senyuman untuk Kang Ryu. Hal ini membuat Kang Ryu semakin takjub dengan ketampanan sang Presedir.
"Kau wanita yang meminta pekerjaan padaku di seminar. Tak kusangka kau berhasil lolos." Presedir Jeon mulai mendekat pada Kang Ryu.
"Tentu saja Presedir." Kang Ryu menunduk sopan.
"Siapa namamu?"
"Kang Ryu."
"Umurmu?"
"lima puluh… ah maksudku dua puluh lima tahun." Hampir saja Kang Ryu menyebutkan usia aslinya.
"Sudah punya pasangan?"
"Belum." Kang Ryu menjawab semua pertanyaan Presedir Jeon. "Ehh? Maaf?" Kang Ryu baru menyadari pertanyaan apa yang telah dilontarkan oleh pria tampan bernama Jeon Wonwoo itu.
"Bagus jika kau tidak punya pasangan." Ia tersenyum penuh arti. "Maksudku, pekerjaan di kantor Presedir sangat banyak. Kau tidak bisa membagi fokusmu dengan hal lain selain pekerjaan, aku tidak suka karyawan yang tidak kompeten." Mendengar kalimat Jeon Wonwoo, Kang Ryu mengangguk paham, padahal ia kira, Jeon Wonwoo punya maksud lain. Lupakanlah Kang Ryu, tujuanmu kemari adalah untuk menuntaskan rasa penasaranmu, bukan untuk mencari jodoh. Kang Ryu memukul kepalanya sendiri untuk menyadarkan diri.
Tugas pertama Kang Ryu sebagai karyawan inti kantor Presedir adalah menemani Jeon Wonwoo untuk memantau area konstruksi. Vila yang dipadukan dengan keindahan alam tengah di bangun dipinggiran kawasan Daegu. Cukup menghabiskan waktu untuk berkendara kesana. Kang Ryu bahkan sempat tertidur di dalam mobil saat perjalanan. Bukan tanpa alasan, perjalanan dengan cara yang manusiawi terlalu melelahkan menurutnya. Jika ia pergi dengan wujud leukosnya, dengan kecepatan angin ia bisa melesat dengan mudah ke kawasan itu tanpa membutuhkan banyak waktu.
"Asisten Kang? Kau mengantuk?" Jeon Wonwoo menegur Kang Ryu yang masih berusaha menahan kantuknya.
"Eoh? Ini cukup melelahkan." Maklum saja, ini pertama kalinya ia bepergian dengan manusia-manusia dalam rentang waktu yang cukup lama. Butuh waktu tiga setengah jam dalam kereta, dan perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan mobil pribadi.
"Ini kali pertamamu melakukan perjalanan jauh saat bekerja ya?" Jeon Wonwoo bertanya dengan lembutnya pada Kang Ryu.
"Bisa dibilang begitu." Setelah kalimat itu keluar dari mulut Kang Ryu, tidak ada lagi percakapan yang keluar. Hanya keheningan dalam perjalanan yang menerpa mereka. Kang Ryu lantas lebih memilih memfokuskan diri untuk melihat pemandangan hutan yang bergerak semu lewat jendela mobil yang mereka tumpangi.
~
Melelahkan. Itulah yang terpikirkan oleh Kang Ryu. Menjadi asisten seorang Presedir yang harus siap siaga mencatat, mendata, melakukan analisis, dan mengikuti kemana Presedir pergi untuk memantau area konstruksi. Bahkan, ia sampai diharuskan menginap di area itu karena hari sudah mulai gelap. Supir pribadi Presedir Jeon berkata bahwa akan lebih baik jika perjalanan pulang dilanjutkan esok hari.
Langit malam menemani lamunan Kang Ryu. Kini ia sedang beristirahat di salah satu kamar penginapan terdekat dari area konstruksi. Kang Ryu lagi-lagi mempertanyakan dirinya dan rasa penasarannya akan sang anak manusia bernama Jeon Wonwoo. Apa yang membuatnya rela melakukan segala hal yang melelahkan demi melihat dekat Jeon Wonwoo. Jeon Wonwoo hanyalah manusia biasa, ia bahkan bukan seorang hypostas. Tidak ada aura makhluk kuno dari diri Jeon Wonwoo, tidak ada aura apapun yang bisa ia rasakan kecuali kesempurnaan rupanya.
Kang Ryu yang tidak mau berlama-lama terlelap dengan lamunan akan rasa penasarannya langsung bangkit dan berjalan di sekitar penginapan. Ia menelisik satu persatu area itu sembari sesekali menoleh ke arah hutan. Kang Ryu merasakan kehadiran harimau dibalik rindangnya pepohonan. sepertinya bukan hanya satu, tapi beberapa. Kang Ryu juga merasakan aura kuat dari harimau itu. Akan tetapi, Kang Ryu mencoba untuk acuh, ia tidak akan mempermasalahkannya jika para harimau itu tidak menganggunya.
Srek.
Kang Ryu yang semula berjalan menghentikan langkahnya. Ia terkejut karena merasakan aura dominan yang seakan datang menembus tubuhnya. Baru pertama kali Kang Ryu merasakan aura ini, auranya sangat panas, dominan, kuat, dan mengintimidasi. Anehnya, aura itu bukan muncul dari balik pepohonan rindang tempat para harimau berada tadi, tapi Kang Ryu merasakan aura itu berada dalam penginapan. Jika firasatnya tidak salah mengira, itu adalah aura dominan api abadi, aura itu seharusnya adalah aura yang dimiliki seorang Chrysos, sang harimau emas. Kang Ryu jelas bisa merasakannya.
Seketika debaran jantung Kang Ryu mulai menambah kecepatannya. Kang Ryu merasa khawatir, sedih, marah, takut dan putus asa secara bersamaan. Jika firasatnya benar bahwa aura itu berasal dari Chrysos, Ia takut untuk menemui makhluk itu. Ia belum siap untuk bertarung. Ia belum siap untuk menjemput takdir mengenaskannya. Setetes air mata keperakan jatuh membasahi pipi Kang Ryu. Sang argyros menangis dalam keputusasaan. Kang Ryu berlutut sembari meremas kuat kepalanya yang masih berwujud manusia. Aura peraknya tentu tidak ikut muncul karena cairan pembunuh aura yang diberikan Artemis. Sebelum ia datang ke tempat ini, ia berjaga-jaga untuk mencipratkan lebih banyak cairan itu dari biasanya.
Aura dominan yang semula terasa menusuk sampai ke tulang oleh Kang Ryu kini semakin menghilang seakan terhapus tanpa jejak. Kang Ryu menghapus air matanya yang sudah berubah menjadi cairan bening, bukan air mata peraknya. Semburat merah menghiasi matanya karena ia menangis. Lensa matanya yang sebiru samudra terlihat lembab karena terbasahi oleh air mata. Kang Ryu tidak memiliki tenaga untuk berdiri, ia terlalu terkejut akan kehadiran aura dominan itu.
"Asisten Kang." Jeon Wonwoo menghampiri Kang Ryu yang masih berlutut dengan wajah putus asanya. Jeon Wonwoo meraih pundak Kang Ryu dan menopangnya untuk berdiri di pijakan kakinya. "Apa yang telah terjadi padamu Asisten Kang?" Jeon Wonwoo membawa tubuh manusia Kang Ryu ke dalam dekapannya. Ia mengelus punggung sang argyros yang masih belum bisa menenangkan dirinya. "Kau tenanglah, ada aku disini." Jeon Wonwoo mengelus surai rambut Kang Ryu untuk menenangkan wanita itu.
"Jeon Wonwoo." Kang Ryu melepaskan pelukan sang Presedir. Ia juga tidak memanggil Jeon Wonwoo dengan panggilan hormat. Ia hanya memanggil dengan nama lengkapnya. "Aku baik-baik saja." Kang Ryu hendak kembali ke kamarnya meninggalkan Jeon Wonwoo. Namun, Jeon Wonwoo lebih dulu menahan tangannya agar tidak pergi.
"Apakah ada yang berlaku jahat padamu? Kang Ryu?" Jeon Wonwoo kali ini tidak memanggil Kang Ryu dengan panggilan formal.
"Tidak ada, hanya ada satu hal yang membuatku takut. Tapi aku tidak bisa katakan padamu." Kang Ryu mencoba melepaskan tangan Jeon Wonwoo yang masih menahan lengannya. "Kalau begitu aku akan kembali beristirahat Presedir Jeon." Kang Ryu melangkahkan kakinya untuk kembali ke penginapan.
Hrawrrgggh…
Auman harimau terdengar dari balik pepohonan rindang yang Kang Ryu yakin terdapat aura aneh dari sana. Saat Kang Ryu mencoba mendekat ke arah sumber suara, Kang Ryu baru menyadari Jeon Wonwoo yang sudah hilang dari tempat semula. Kang Ryu menelisik sekitar, tapi ia tidak menemukan keberadaan pria tampan bermarga Jeon itu. Apakah ini ulah harimau itu?
Kang Ryu melesat ke arah sumber suara auman tadi. Ia tidak mendapati Jeon Wonwoo disana, ia hanya mendapati seekor harimau anomalos yang tengah diterkam oleh beberapa harimau lain. Sang anomalos mengeluarkan auman tak berdaya, itu adalah auman yang tadi Kang Ryu dengar. Kang Ryu baru menyadari bahwa diantara harimau rhadios yang mengelilingi sag anomalos, terdapat haimau melas yang memimpin, harimau hitam nan garang. Mata sang melas ditutupi oleh tatapan penuh hawa nafsu, keberadaannya sangat mengintimidasi sang anomalos yang menjadi sasaran.
Jujur, ini adalah kali pertama Kang Ryu berhadapan dengan melas. Ia tidak pernah bertemu melas lain selain ayahnya. Hal ini sangat wajar, Kang Ryu tinggal di dunia manusia, sementara harimau melas jarang sekali masuk ke dunia manusia, mereka lebih sering ditemukan pada klan masing-masing di wilayah boreas atau notus. Bukan tanpa alasan, mereka harus mengemban amanat sebagai melas. Mereka harus memimpin klan atau menjadi petinggi klan sehingga jarang sekali mereka bepergian atau bahkan tinggal di dunia manusia.
Kang Ryu yang masih dalam wujud manusianya bertransformasi ke wujud leukos dan segera mendekat ke arah mereka.
"Lepaskan anomalos ini." Kang Ryu kali ini tidak langsung menyerang. Ia ingin menyelesaikannya secara baik-baik. Belakangan ini, ia sudah terlalu banyak membunuh, entah itu srigala ataupun harimau. Ditambah kondisi dirinya yang masih terkejut akan kehadiran aura dominan tadi, sehingga ia berpikir bahwa ia tidak bisa tampil prima dalam pertempuran. Tapi, Kang Ryu harus menyelamatkan sang anomalos.
"Leukos…" Sang melas menyeringai. "Berani sekali kau. Kau hanya seorang leukos, ingin mencoba menghentikan aktivitas melas dan rhadios anak buahnya? Hanya kau sendiri? Mustahil sekali." Kang Ryu diam-diam membenarkan perkataan sang melas. Ia tidak mungkin bisa menang melawan melas dalam wujud leukosnya, ditambah dengan kehadiran anak buah sang melas, rhadios.
Kang Ryu mengalami dilema. Jika ia bertarung dengan wujud leukos, ia tidak mungkin menang. Jika ia bertarung dalam wujud argyros, ia harus membunuh harimau-harimau ini tanpa jejak agar identitasnya tidak terbongkar, dan lagi, ia tidak siap jika aura perak dominannya terasa oleh sang pemilik aura kuat nan dominan yang baru saja Kang Ryu rasakan tadi. Kang Ryu jelas harus memutar otaknya cepat.
"Bagaimana jika kita bertarung dalam wujud manusia?" Tawar Kang Ryu yang disusul gelak tawa sang melas dan anak buahnya.
"Jangan bercanda leukos. Dimana harga dirimu sebagai harimau jika kau harus bertarung dengan wujud fana nan lemah?" Sang melas mendekat pada Kang Ryu. "Kalau kau ingin menyelamatkan anomalos murahan ini, tukarlah dengan dirimu leukos. Sungguh kau seribu kali lebih indah dari anomalos ini."
Mendengar kalimat sang melas, Kang Ryu murka. Ia segera melayangkan serangan ke arah harimau hitam itu dengan ganasnya. Sang melas terpental menabrak anak buahnya yang masih terdiam. Anak buahnya yang tertabrak oleh melas juga ikut terjatuh. Sang melas dan anak buahnya yang merasakan serangan dari Kang Ryu tidak segan segan untuk mengeroyokinya. Kang Ryu terus berlari semakin masuk kedalam hutan, menghindari serangan-serangan sang melas dan anak buahnya.
Tersulut oleh serangan Kang Ryu, sang melas mengerahkan seratus persen kekuatannya untuk mengejar Kang Ryu dalam wujud leukosnya. Dalam hitungan detik, Kang Ryu terlempar jauh akibat serangan yang dilancarkan melas dalam murkanya. Kang Ryu tidak menyadari bahwa sang melas dan anak buahnya memiliki senjata berbahan dasar emas imperial, senjata yang sangat mematikan bagi harimau. Senjata yang membuat Kang Ryu tidak bisa memulihkan dirinya sendiri. Disinilah Kang Ryu berada, terlempar jauh terbentur pepohonan. Darah sudah mengalir dari tubuhnya karena sayatan belati emas imperial milik sang melas. Rasa sakit akibat sayatan emas imperial ribuan kali lebih hebat dari sayatan senjata biasa. Kang Ryu mengerang kesakitan, ia sudah tidak bisa melanjutkan pertempuran.
Kang Ryu mencoba untuk menurunkan amarahnya, dengan begitu darah perak tidak akan turut keluar dari lukanya. Ya, darah perak hanya akan keluar jika Kang Ryu terluka dalam keadaan murka. Sang melas dan anak buahnya yang melihat kondisi lemah Kang Ryu tidak menyerah untuk terus menyerangnya. Kang Ryu masih mendapat lemparan dan gigitan dari mereka. Tubuh Kang Ryu yang melemah kini merubah wujudnya ke bentuk manusia fana. Wujud manusia Kang Ryu terlihat sangat mengenaskan, lemah tak berdaya dengan luka terbuka di sekujur tubuh.
'Dewi Artemis. Apakah takdir mengenaskanku sudah tiba?' batin Kang Ryu.
Kang Ryu berusaha bangkit, tapi ia tidak bisa. Kakinya tidak ingin berpijak menjadi penopang tubuh lemahnya. Kang Ryu terbatuk hebat, tubuhnya sangat lemah karena terluka akibat emas imperial. Merubah wujud ke dalam bentuk argyros pun tidak mungkin, kondisi lemahnya tidak bisa menerima kehadiran wujud argyros. Melas dan sang anak buah hanya bisa menyeringai penuh kemenangan melihat Kang Ryu yang sekarat.
Seringaian dari sang melas dan anak buah yang menyerang Kang Ryu tidak bertahan lama, mereka kembali ke posisi waspada ketika mereka mendapat serangan balasan. Serangan balasan itu tentu bukan ulah Kang Ryu. Serangan itu berasal dari harimau melas dan kawannya leukos yang baru saja datang menjadi pahlawan kesiangan bagi Kang Ryu. Mereka berdua menyerang sang melas dan anak buahnya dengan ganas. Namun, pertarungan sengit itu hanya berlangsung sebentar. Sang melas dan anak buahnya lebih memilih pergi dan tidak mencari ribut dengan melas lain.
Melas yang menolong Kang Ryu mendekat ke arahnya. Kang Ryu menatap manik mata sang harimau hitam itu. Tatapan matanya sangat dalam, matanya sangat pekat berwarna merah. Kehadirannya sangat menenangkan Kang Ryu. Ia merasa familier dengan melas ini, auranya seperti pernah Kang Ryu rasakan. Aura yang sangat meneduhkan.
Bukan, ia bukan ayah Kang Ryu. Kang Ryu tahu betul. Tapi mengapa wujud dan aura yang dikeluarkan melas ini sangat familier baginya? Kang Ryu tidak tahu jawabannya. Semakin kedua harimau itu mendekat pada Kang Ryu, pandangan mata Kang Ryu yang berwujud manusia semakin samar, kepala Kang Ryu semakin berat. Hanya satu yang ia tahu pasti sekarang, gelap.
~
"Bagaimana Chrysos? Kau sudah menemukan gyne-mu?" Ucap Apollo yang terduduk sembari menggoyang-goyangkan kakinya angkuh pada sang chrysos yang baru saja sampai.
"Aku tidak yakin." Sang chrysos ikut mendudukkan dirinya disamping sang dewa matahari.
"Lalu kau sudah siap bukan untuk kembali ke boreas?" Apollo terus mendesak chrysos untuk kembali ke klan di wilayah boreas secepatnya. Maksimal tahun depan chrysos harus sudah kembali kesana.
"Dewa. Apakah memungkinkan jika gyne-ku adalah sang argyros?" Pertanyaan mengejutkan dari sang chrysos membuat Apollo berdecih. Jika Chrysos pikirkan, memang hal itu tidak mungkin terjadi mengingat pertempuran hebat kedua pendahulunya. Tapi, siapa yang tahu jika takdir mereka bisa seratus delapan puluh derajat terbalik dari takdir pendahulu mereka.
"Untuk itu, aku tidak bisa menjawabnya. Tapi kau pikirkan sendiri saja kemungkinannya. Lagipula, kau belum tentu bertemu zaman dengan sang argyros."
"Tidak. Aku sudah bisa merasakan kehadirannya dewa. Aura perak dominan sang argyros mudah dirasakan olehku yang merupakan seorang chrysos, walaupun auranya tidak terasa oleh harimau atau makhluk lain, aku tetap bisa merasakannya. Kau tahu, ketika sang argyros mengeluarkan aura dominannya, aura itu bisa terasa menusuk sampai ke tulangku. Tapi anehnya, aura itu bisa tiba-tiba saja mati dan tidak terasa." Sang chrysos menaruh kedua tangannya dikepala sembari memijat keningnya.
"Baiklah. Kau pun sudah mengetahuinya. Kau memang bertemu zaman dengan sang argyros. Ia juga menggunakan cairan pembunuh aura bersamanya. Sama sepertimu." Apollo menyerah.
"Benar dugaanku. Apakah ada kemungkinan bahwa ia gyne-ku? Jika ia bukan gyne-ku maka aku yakin pertarungan adalah takdir yang tergores untuk kita." Sang chrysos terus bertanya mengenai kemungkinan argyros menjadi gyne-nya, pasangan hidup yang takdirnya telah digariskan dalam oracle Apollo. Chrysos bisa merasakan tanda-tanda harimau yang menjadi takdirnya, harimau yang merupakan gyne-nya sekaligus belahan jiwanya. Insting dan naluri harimau chrysos dapat menuntunnya menemukan gyne sejatinya.
"Kau tidak tahu sang argyros adalah seorang wanita atau pria, jika ia pria apakah kau bersedia menjadi gay?" Apollo terkekeh.
"Ia jelas wanita. Aku sudah pernah bertemu dengannya. Kau jangan berpura-pura menutup matamu lagi dewa."
"Baiklah. Jika ia wanita pun, belum tentu hatinya milikmu chrysos. Bahkan, jika memang ia gyne-mu pun, jika hatinya tidak untukmu, ikatan takdir tidak bisa membantu." Raut wajah Apollo berubah menjadi serius.
"Jika ia benar gyne-ku, aku akan memperjuangkannya. Aku akan mengusahakan takdir mengenaskan pendahulu tidak berlaku pada kami. Aku akan mengukir takdir bahagia dengannya." Chrysos bertekad kuat kali ini.
"Baiklah. Tapi kau tidak bisa memaksakan chrysos. Kau juga harus ingat bahwa kau memiliki tugas yang lebih penting, yakni kembali ke boreas untuk menyatukan seluruh klan dan mengambil tahta tertinggi klan harimau. Kau paham?" chrysos hanya mengangguk pasrah. "Aku pergi." Apollo pergi melesat dalam wujud dewatanya meninggalkan sang chrysos yang masih bergelut dalam segala jenis pertanyaan dipikirannya.