webnovel

Bukan Amy

Ting tong!

Amy menoleh ke arah pintu dengan terkejut.

Crraaassshh

Seolah ada kilatan petir melewati otaknya. Ia seolah tertidur dan dirinya yang lain bangun menggantikan kesadarannya. Ia hampir pingsan namun berusaha bangun dan mengawasi apa yang dilakukan fyber fyber parasit itu dalam tubuhnya.

"Jangan! Jangan ambil alih tubuhku! Jangan keluar dulu!"

Amy menoleh dan terdengar suara bel pintu lagi.

Ting tong! Ting tong!

Amy menunduk, lalu beberapa detik kemudian mendongak menatap dirinya di cermin dengan penuh percaya diri. Ia memberi senyum smirk, menaikkan salah satu sudut bibirnya lalu menyibak rambut panjangnya dengan gemulai.

"Kau yang minta aku mengambil alih tubuhmu kan, Amanda."

Fyber itu tersenyum puas menatap Amy di cermin. Sedang Amy hanya bisa mengumpat.

"Sialan!"

Di luar, Alfa tengah menunggu Amy membuka pintunya.

"Kenapa dia lama sekali?" pikirnya.

Alfa menoleh ke arah tombol untuk memasukkan password, ia sebenarnya tahu kata sandinya namun ia ragu memencet. Ia memutuskan untuk menunggu Amy saja yang membuka pintu.

Ceklek.

Pintu terbuka, ada Amy di sana berdiri dengan memakai handuk kimono mandi.

Alfa tentu terkejut dan membelalakkan mata. Sedetik kemudian lalu memalingkan wajahnya. Pipinya memerah.

"Ke…kenapa tidak bilang kalau sedang di kamar mandi?" Alfa canggung.

"Apa yang kau lakukan?"

"Kenapa kau mandi di siang bolong begini?"

"Panas. Seluruh tubuhku panas. Seolah terbakar api. Seolah dibakar oleh sesuatu yang tidak aku ketahui."

"Ha?" Alfa lalu menyentuh dahinya dan memeriksanya.

"Apa yang kau lakukan?"

"Memeriksa kalau kalau kau demam."

"Kau gila?" Amy melempar tangan Alfa kasar.

"Terus kenapa bicaramu begitu? Dan lagi…"Alfa melihat dari ujung kepala sampai ujung kaki Amy. Rambutnya yang panjang ia gerai dan terampaikan di bahu kirinya, namun tidak basah. Ia ragu kalau Amy sendiri yang membuka kuncirnya tanpa keramas.

"Rambutmu tidak basah. Kau benar benar habis mandi? Atau keramas?"

"Tidak," jawab Amy cepat.

Alfa memiringkan kepalanya bertanya tanya. Ia sebenarnya menahan wajahnya yang memerah karena malu. Apalagi Amy, gadis yang disukainya hanya memakai handuk kimono putih yang bagi pria muda sepertinya cukup menggairahkan. Namun ia melupakan hal itu.

"Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan?" Alfa bertanya tanya.

Tiba tiba Amy mendekat dan berbisik di telinganya.

"Aku sebenarnya menyembunyikan pria di apartemenku."

"APA?!"

Alfa membatu, menganga, menatap Amy penuh tanda tanya, tanda seru dan tanda heran lainnya.

Amy melipat bibirnya lalu sedetik kemudian ia terbahak sembari menekan perutnya.

"Hahahaha sumpah deh, kau polos banget, hahaha."

Alfa masih berusaha mencerna apa yang terjadi. Hingga akhirnya ia paham bahwa dari tadi Amy hanya main main dengannya.

"Sialan!"

Alfa memaksa masuk ke dalam dan mendorong tubuh Amy pelan. Harinya berubah menjadi buruk gara gara leluconnya yang sama sekali tidak lucu. Ia cemberut dan tidak mau menatapnya.

"Kau marah?" Amy mengikuti langkah Alfa di belakang.

"Jangan bicara denganku," ketusnya.

"Kau marah?"

Alfa diam. Ia asih berjalan pelan menuju ruang tengah.

"Kau marah? Kau marah? Kau marah?" Amy menaruh dagunya di bahu Alfa kanan dan kiri secara bergantian. Ia sengaja melakukannya untuk mengganggunya.

"Apa yang kau lakukan?!" Alfa berbalik dan mundur, menghindar dari kejahilannya.

"Serius, kau ini kenapa? Apa kau kerasukan?"

Amy tiba tiba terdiam dan menutup mulutnya.

Alfa terkejut melihat reaksinya. Namun ia memutuskan untuk duduk di sofa dan menyantaikan badannya.

"Sudahlah jangan bicara omong kosong atau lelucon yang tidak lucu itu."

Amy tiba tiba berputar dan mengangkat handuk kimononya sedikit.

"Bagaimana penampilanku? Apa aku cantik? Atau…seksi?" godanya sembari berlari ke arah Alfa lalu menjatuhkan tubuhnya di atas Alfa yang tengah duduk di sofa.

Akibatnya Alfa oleng lalu terbaring di sana. Amy menindihnya dengan bercanda. Namun Alfa tidak bisa menganggap hal ini bercanda.

"Hahaha. Apa kau tertarik padaku? Apa aku seksi?"

"Di siang bolong begini? Kau pasti salah makan." Alfa mendorong bahunya agar Amy bangkit. "Menyingkir dari atasku!"

"Kenapa kau marah, sih?"

"Kau masih tanya kenapa? Sadarlah!"

Puk!

Alfa menyentil kepala Amy dengan jarinya. Amy memanyunkan bibirnya.

Namun tiba tiba Amy malah memeluknya dalam posisi seperti itu. Tubuh mereka pun bersentuhan. Dan Alfa terkejut setengah mati ketika Amy benar benar memeluknya dan membuat dada mereka menempel satu sama lain. Ia menganga dan memalingkan wajahnya.

"Sial!" umpat Alfa dalam hati. "Kalau begini terus bisa bahaya. Aku harus segera menyadarkan gadis ini."

"Alfa," panggil Amy.

"A…apa?"

Di posisi seperti ini bisa bisanya Amy memanggilnya dengan suara kecil seolah sengaja ingin menggoda.

"Alfaaa. Alfaaa…" godanya. Ia memanggilnya dengan lemah gemulai.

"Apa?!" teriak Alfa. Amy terus memalingkan muka, sedang Amy sedari tadi menatapnya dan tidak mengalihkan pandangannya sedetikpun dari Alfa.

"Alfa, apa kau selalu setampan ini?" Amy menyentuh pipinya. "Pipimu, dagumu, bibirmu…" Amy menyentuh bibir Alfa.

"Apa yang kau lakukan?!" Alfa terkejut dan seketika memegang tangan Amy agar berhenti menyentuhnya.

Namun posisi keduanya malah semakin aneh.

"Kau juga sangat tampan kalau marah. Hehe." Amy mengengeh.

Alfa menggeleng. "Kau ini benar benar…" ia menghela napas dalam. "Bisakah kau hentikan ini?"

"Apa kau… pernah membayangkanku?" tanya Amy tiba tiba.

"Ha?"

"Kau berpikir aku cantik, tapi kau tidak pernah menyentuhku walau kita berdua di ruang yang sama berduaan."

"Apa yang kau bicarakan ini sih?"

"Aku tanya padamu, apa kau pernah membayangkanku?"

Alfa gelagapan, dan sungguh ini adalah pertanyaan paling aneh dan tidak masuk akal serta pertanyaan yang seharusnya tidak dipertanyakan perempuan pada laki laki. Namun ini terjadi pada Alfa. Ia mendecakkan lidahnya lalu melepaskan tangan Amy dari genggamannya. Ia memegang tubuh Amy mendorongnya pelan lalu mendudukkannya dengan sopan.

"Di mana Amy?" Alfa tiba tiba berpikir jernih.

Ia tahu kalau Amy tidak akan bertanya hal tidak sopan semacam itu. Memujinya tampan, memuji wajahnya ataupun memuji tentang dirinya yang lain. Karena Amy yang sesungguhnya selalu menjelek jelekkannya, menyinggungnya, bertengkar dengannya bahkan memukulnya kadang. Namun kali ini tidak seperti itu. Amy yang ini terlalu vulgar dan menggodanya dengan terang terangan. Alfa menaikkan salah satu sudut bibirnya dan paham.

"Dimana Amy sekarang?"

Amy seketika menutup mulutnya, ia tidak menyangka Alfa tahu secepat itu. Ia lalu mendekat.

"A…aku tidak tahu apa maksudmu." Amy melirik kanan dan ke kiri.

"Ckck." Alfa mendecakkan lidahnya. "Kau pikir aku tidak tahu?"

"Ini semua salahmu!" Amy memukul dada bidangnya. "Kenapa kau setampan ini?" Amy memanyunkan bibirnya seolah olah cemberut. "Wajahmu benar benar membuatku kesal. Kau tahu? Aku sangat sangat ingin kau jadi milikku, tahu!"

"Lalu, apa yang ingin kau lakukan dengan wajahku?" Alfa kesal.

"Aku sengaja memakai baju seksi seperti ini." Amy kecewa lalu menunduk. "Bukankah kau menyukaiku? Kalau begitu ayo lakukan." Amy mendekat, ia tersenyum nakal lalu hendak membuka bajunya.

Namun dengan sigap Alfa mencegahnya dengan menghentikan tangannya membuka bajunya lebih terbuka lagi. Ia memegang tangannya dengan erat.

"Jangan," pintanya dengan serius.

Amy menatapnya. Ia tahu Alfa tengah serius. Namun ia malah tambah ingin bermain main lebih lama.

"Kenapa? Kau takut? Kalau begitu kau saja yang membukanya."

"APA?!" teriak Alfa "Kau pikir aku gila? Kenapa kau harus melakukannya?"

"Apanya yang kenapa? Bukannya kau menginginkanku?"

Amy mendekat dan memeluknya. Melingkarkan kedua lengannya di leher Alfa, lebih tepatnya memaksanya.

"Hentikan Amy! Sadarlah!"

"Kenapa kau dari tadi meneriakiku sih?"

"Amy! Amy! Sadarlah! Bangunlah! Amy!"

"Ah sial! Kenapa kau terus terusan memanggil namaku sih? Kenapa kau me…."

Brak!

Tiba tiba Amy pingsan di bahu Alfa dengan kondisi masih memeluknya.

Alfa menoleh ke samping dan menyadari kalau Amy telah pingsan. Ia panik dan khawatir.

"Amy!"