webnovel

The Fleeing Chaos Demon

Asheel Doom, iblis yang lahir dari kekacauan, dan orang yang terlahir sebagai raja, kabur karena takut dengan mimpi yang dia alami. Dia pergi sambil mengajak rekan-rekannya yang ia temui di masa lalu, dan mereka tiba di sebuah dunia modern yang terdapat iblis, malaikat, malaikat jatuh, dan dewa. Ini hanyalah kehidupan sepasang Dewa yang dibuang ke Alam Fana.

Nobbu · Anime und Comics
Zu wenig Bewertungen
289 Chs

Phina

Seraphina Yrillgod.

Namanya sangat mirip dengan ibunya, hanya saja akhirannya berbeda.

Asheel berpikir jika panggilannya di masa depan akan disebut Phina.

Phina-chan.

'Hmm, akan aneh jika seorang Ayah memanggil anaknya dengan sebutan imut seperti itu. Lupakan, serahkan saja pada diriku di masa depan.' Berbagai pikiran melintas di benak Asheel saat dia hanya bisa melihat anaknya dari samping, sementara Sera terus memeluknya dengan lembut.

Kemudian, pintu terbuka dan Supreme One bersama Lucia memasuki ruangan. Lucia langsung berjalan tergesa-gesa menuju Sera dan mencoba menggendong bayi menggemaskan itu.

Wajahnya terlihat sangat senang saat melakukannya, dan dia sepertinya berada di kebahagiaan tertinggi. Saat Lucia mendengar dari Supreme One jika Asheel akan mempunyai anak lagi bersama Sera, dia juga dalam perasaan bahagia seperti itu.

Hanya saja, dia sedih saat Sera telah kembali ke rumahnya, dia tidak mengunjungi Ibunya terlebih dahulu. Itu sepenuhnya salah Sera, hanya saat itu Sera tidak sedang dalam perasaan yang baik untuk mengunjungi siapapun.

(Ini salah penulis yang melupakannya~)

Bersamaan dengan keberhasilan kelahiran Seraphina, fenomena aneh yang terjadi di seluruh Omniverse akhirnya berhenti. Bayi yang baru lahir itu sudah diakui keberadaannya.

Keberadaan seorang Dewa Omniverse memiliki bobot besar bagi Omniverse itu sendiri. Tetap mempertahankan keberadaannya membutuhkan banyak biaya, dan Omniverse memiliki batasan sendiri dalam jumlah biaya yang bisa ditampung.

Misalnya, sebelum kelahiran Phina, biaya keberadaan Dewa Omniverse terhadap Omniverse adalah 300/500. Setelah kelahiran Phina, maka itu akan menjadi 325/500.

Cara kerjanya seperti itu, hanya saja contoh tersebut tentu saja tidak nyata, melainkan hanya sebuah perumpamaan. Intinya, Omniverse memiliki kapasitas dalam batasannya menanggung keberadaan Dewa Omniverse.

Adapun mengapa keberadaan Dewa Omniverse memiliki biaya, itu karena mereka sangat terikat oleh Omniverse itu sendiri.

Omniverse akan terpengaruh jika terdapat terlalu banyak Dewa Omniverse, dan setiap individu masing-masing memiliki harga yang berbeda-beda.

Keberadaan Phina memiliki biaya yang sangat tinggi, tapi demi cucunya, Supreme One rela mengosongkan beberapa bagiannya. Tapi dia memiliki ketakutan tersendiri dalam lubuk hatinya, dia takut jika Asheel akan memindahkan akar keberadaan Phina dari Omniverse ke Alam Kekacauan, dan jika itu terjadi, hubungannya dengan Omniverse akan berakhir.

Mungkin itu terdengar seperti Supreme One hanya beralasan untuk membatasi Phina, tapi memang itu niatnya. Siapa tahu dia akan berkembang menjadi seperti Zerdite yang sangat mempedulikan tahta dan kedudukan?

Supreme One adalah orang yang sangat perhitungan, meski penampilannya selama ini agak aneh, sebenarnya itu hanya saat di depan Asheel saja. Dia adalah orang yang tegas saat mengambil keputusan.

Ya, dia sebenarnya orang seperti itu, tapi saat ini dia sedang penuh senyum menyaksikan acara penuh kebahagiaan ini. Seolah mengerti emosi yang disembunyikan Asheel, Supreme One dengan tulus menepuk punggung Asheel.

Dengan wajah yang bijak, dia menghibur: "Sabar, kau pasti akan dapat bagian memeluk anakmu sendiri."

BAM!

Asheel dengan jijik menampar tangan yang mencoba menghiburnya itu. "Tinggalkan aku sendiri, ini adalah sesuatu yang pantas kudapatkan setelah semua."

Asheel menggigit bibirnya saat mengatakan itu. Benar, dia saat ini ingin terjun dan memanjakan anaknya yang baru lahir.

Meski dia sangat tidak cocok dengan anak-anak, tapi dia akan mencoba segala cara yang dia bisa untuk menyenangkannya.

Setelah menunggu sepuluh menit yang terasa seperti seabad itu, akhirnya giliran Asheel untuk menyentuh bayinya.

Wajah itu sangat menggemaskan saat dilihat dari dekat, dan saat berada di tangannya, Phina terus-menerus menatap wajahnya. Karena tidak tahan dengan kelucuannya itu, Supreme One bahkan menaruh tangannya di pipi tembem itu, merasa gemas.

Hanya saja, Asheel langsung menamparnya lagi.

Sosok Oyaji yang sangat malang...

Phina sudah menjadi cucu bagi Supreme One, dan tentu saja dia ingin ambil bagian dalam melindungi keimutannya. Hanya saja ... untuk orang seperti Supreme One yang sebenarnya sudah memiliki banyak cucu ... itu sedikit tidak pantas...?

...

Dengan cepat lima tahun telah berlalu.

Dalam kurun waktu itu, Phina tumbuh menjsdi gadis yang pendiam, dengan tingkah laku yang acuh dan pandangannya terhadap dunia terasa hambar.

Ekspresinya memang seperti itu, dan tampilan itu yang selalu terpasang di wajahnya.

Rambut putih salju, mata merah, bulu alis putih, dan kulit putih pucat tapi tidak sepucat Ibunya. Kebanyakan putih, sama seperti pikirannya yang masih putih.

Meski sikapnya agak aneh untuk anak-anak seusianya, tapi kedua orang tuanya hanya menganggap itu normal karena dari mana gen itu berasal.

Penguasa Kekacauan dan Void Empress.

Semua orang tahu jika keturunannya tidak akan biasa-biasa saja. Kebenarannya terbukti dari bakatnya yang sangat menakutkan, bahkan lebih menakutkan dibandingkan dengan keturunan langsung Supreme One.

Bakat seperti itu hanya menarik niat buruk seseorang, mereka takut akan kelahiran Void Empress kedua. Tapi berdasarkan latar belakangnya yang terbilang sangat mengerikan, tidak ada yang berani menaruh tangan mereka di atasnya.

Tentu saja, Asheel sangat protektif terhadapnya, mengingat semua orang yang pernah bersentuhan dengan anaknya, dan menanamnya dengan baik dalam ingatannya.

Ini adalah pertama kalinya dia benar-benar bersikap seperti seorang Ayah walaupun sikapnya sendiri terkadang meragukan. Selama periode Robin tumbuh dewasa, dia tidak bisa berada di sisinya karena bayang-bayang Sera membuatnya ragu.

Tapi untuk Phina, dia bisa melakukan semuanya tanpa ragu. Ini mungkin sangat tidak adil bagi Robin, tapi dia akan menganggung semua kesalahan yang telah dia lakukan di masa lalu.

Tentu saja itu hanya kesalahan yang dia perbuat kepada Robin, dia tidak menyesali apalun selain itu.

Sekarang, dia memiliki banyak waktu luang yang bisa digunakan untuk menemani Anaknya.

"Papa."

Suaranya datar, matanya terangkat, memperlihatkan kilauan pupil merah yang terpantul seperti rubi. Bulu matanya yang panjang dan kemerahan di bawah matanya hanya membuat segalanya tampak alami.

Tampak alami jika dia terlahir sebagai pemalas. Bercanda, tapi pandangan bosannya seakan mendukung hal itu.

Saat ini, Asheel merasa sangat senang dengan sebutan Phina untuknya. Keduanya sedang bermain di taman halaman depan rumahnya, dan Sera duduk di teras tidak jauh dari sana.

Untuk tugas bermain seperti ini, Sera menyerahkannya kepada Asheel begitu saja saat kesehariannya sendiri telah kembali seperti biasanya. Hanya saja terdapat agenda tambahan untuk mengurusi putrinya.

Setelah beberapa saat setelah Phina lahir, Sera mulai menyusui. Sekarang Phina sudah tumbuh berusia 5 tahun, tentu saja dia sudah tidak membutuhkannya.

Lima tahun adalah umur yang hampir mendekati umur anak angkat Asheel, yaitu Kunou.

Sekarang setelah dipikir-pikir, Kunou akan menjadi anak kedua dan Phina akan menjadi anak ketiga.

Memikirkan keduanya bermain bersama sudah membuat senyuman tipis di wajah Sera.

Sera saat ini mengenakan pakaian rumahnya, menonton dari teras saat melihat Asheel dan Phina bermain bersama. Adapun bermain apa itu, keduanya sedang tiduran di tanah berumput mencari serangga.

Hanya saja, masalahnya ada di Phina sendiri. Segala sesuatu tampak hambar di matanya, seolah-olah semua yang dia lakukan sudah terbiasa dan tidak ada sesuatu yang bisa menghiburnya.

Sebagai seorang Ibu, tentu saja Sera menginginkan anaknya bahagia, oleh karena itu dia bahkan memeras otaknya untuk membuat senyuman di wajah Phina.

Bahkan jika Phina tersenyum, terlihat jika senyuman yang dia buat akan terasa sarkas dan meremehkan. Sera belum pernah melihat putinya tersenyum karena benar-benar bahagia.

Tapi sejauh ini, tidak ada metode yang berhasil.

'Sepertinya yang kita butuhkan adalah sesuatu yang lebih ekstrem.'

Karena kebiasaannya dalam mentoleransi tindakan Asheel selama ini, Sera merencanakan hal buruk dalam pikirannya.

Kalo mau lihat pic Seraphina bisa dilihat di vol 0 (Chapter paling atas)

:)

Nobbucreators' thoughts