webnovel

The Darkest Destiny's

Merasa selalu di permainkan takdir membuat gadis itu menjadi sosok yang tidak tersentuh. Hati dan jiwanya sudah menjadi batu. Kehilangan orang yang dicintai dengan cara yang curang, membuatnya sadar jika hidup mewah yang di rasakannya selama ini hanyalah semu. Jika bagi orang lain keluarga adalah jalan mereka untuk pulang, maka baginya keluarga adalah jalan menuju kematian. Seorang lelaki yang seharusnya menjadi lelaki pertama yang merangkul dan memberinya rasa aman, namun sosok itu pula yang membuatnya kehilangan kemampuan bicara karena rasa sakit dan trauma yang mendalam. Menghakimi semua orang yang membuatnya menjadi seperti sekarang adalah tujuan hidupnya. Mimpi buruk akan segera datang bagi mereka yang telah membuat hidupnya hancur. Dia bersumpah akan membuat mereka semua memohon kematian padanya. "Kau yang menjadikan ku monster jadi jangan bersikap seolah-olah kau adalah korban" katanya sambil berseringai dingin. Pria itu shock mendengar perkataan gadis dihadapannya ini, ternyata akulah yang telah mengubahmu menjadi seperti ini, pikirnya. ********* "Aku adalah dewa kematian, akan kuturuti semua keinginanmu, dan kau hanya perlu melakukan satu hal untukku" ucap pria itu dengan tersenyum licik Sambil tertawa dingin gadis itu berucap "Ha ha ha... Jika kau adalah dewa kematian, maka aku adalah kematian itu sendiri. Jika kau tidak ingin mati ditanganku, maka enyahlah kau membuatku muak."

zaharafth_ · Urban
Zu wenig Bewertungen
393 Chs

160

Hazel langsung mengatupkan rapat bibirnya, tidak bertanya apa pun lagi.

"Aku sudah selesai." Ucap Alexa dengan nada datar, lalu bangkit dari duduknya dan melangkah pelan naik kelantai atas.

Drystan memperhatikan Alexa, melihat gadis itu naii ke lantai atas dia pun meletakkan pisau dan garpunya.

"Aku juga sudah selesai, terimakasih atas makanannya. Permisi." Ucapnya sopan, lalu menyusul gadis itu kelantai atas. Drystan tidak perduli jika tindakannya membuat semua orang menatapnya dengan tatapan bertanya dan juga heran.

"Mereka pacaran?" tanya Ben yang heran dengan tingkah Drystan.

Jarvis mengedikan bahu acuh, lalu kembali fokus pada makanannya membuat Ben mendengus kesal.

Hazel mengikuti langkah kakaknya dengan tatapan bingung dan juga heran, dia akan menanyakannya nanti.

Semua orang sudah selesai makan, sebelum meninggalkan ruang makan Albert menatap Jarvis. "Temui aku diruang kerja!" perintahnya pada Jarvis, lalu bangkit dan pergj dari ruang makan.

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com