webnovel

The Darkest Destiny's

Merasa selalu di permainkan takdir membuat gadis itu menjadi sosok yang tidak tersentuh. Hati dan jiwanya sudah menjadi batu. Kehilangan orang yang dicintai dengan cara yang curang, membuatnya sadar jika hidup mewah yang di rasakannya selama ini hanyalah semu. Jika bagi orang lain keluarga adalah jalan mereka untuk pulang, maka baginya keluarga adalah jalan menuju kematian. Seorang lelaki yang seharusnya menjadi lelaki pertama yang merangkul dan memberinya rasa aman, namun sosok itu pula yang membuatnya kehilangan kemampuan bicara karena rasa sakit dan trauma yang mendalam. Menghakimi semua orang yang membuatnya menjadi seperti sekarang adalah tujuan hidupnya. Mimpi buruk akan segera datang bagi mereka yang telah membuat hidupnya hancur. Dia bersumpah akan membuat mereka semua memohon kematian padanya. "Kau yang menjadikan ku monster jadi jangan bersikap seolah-olah kau adalah korban" katanya sambil berseringai dingin. Pria itu shock mendengar perkataan gadis dihadapannya ini, ternyata akulah yang telah mengubahmu menjadi seperti ini, pikirnya. ********* "Aku adalah dewa kematian, akan kuturuti semua keinginanmu, dan kau hanya perlu melakukan satu hal untukku" ucap pria itu dengan tersenyum licik Sambil tertawa dingin gadis itu berucap "Ha ha ha... Jika kau adalah dewa kematian, maka aku adalah kematian itu sendiri. Jika kau tidak ingin mati ditanganku, maka enyahlah kau membuatku muak."

zaharafth_ · Urban
Zu wenig Bewertungen
393 Chs

151

Dia berjalan duduk di sofa, sambil menunggu Tommy dia mengecek ponselnya yang terdapat beberapa email dari Jack

Sejauh ini mereka berkomunikasi melalui email karena hanya media itu yang aman dan tidak mungkin di retas.

Untuk sekarang mereka begitu hati-hati, jangan sampai apa yang sudah di perjuangkan menjadi sia-sia.

Tommy bangkit dan ikut bergabung bersama Rich, dia membawa gelas kopi miliknya.

"Apa yang kau dapat dari panti itu?" Tommy tau jadwal temannya hari ini"Ada apa dengan wajahmu? Kau terlihat sangat kesal." Tommy bertanya tapi masih serius pada lapotonya.

"Hari senin yang sial. Dua orangtua yang rasanya ingin aku tembak mati."

Terdengar kekehan dari Tommy, sahabatnya ini selalu saja mengeluarkan umpatan untuk orang lain sesuka hati, tidak perduli apakah orang itu lebih tua atau muda darinya.

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com