Setelah seminggu mereka resmi menjajaki ikatan lebih dari persahabatan menuju hubungan pacaran, mereka berdua tidak merasa adanya perubahan yang sangat jelas terlihat. Hanya mungkin intensitas berkomunikasi semakin lebih lama dan intim, sedangkan untuk perhatian dan posesif tentu itu sudah ada sejak mereka masih menjadi sahabat.
Karena kicauan Tee di akun burung birunya, semakin banyak orang terutama teman-temannya yang berkomentar disana. Banyak yang menentang hubungan mereka dengan alasan kalau Tae-Tee itu adalah milik bersama, tetapi tidak sedikit pula yang mendukung mereka. Malah yang mencengangkan adalah ada retweet-an dari emak Kreepolrerk! Ya lord itu emak-emak kok bisa nimbrung disana? Apakah sebenarnya emak itu tau tentang mereka pacaran itu dari sana?
Ah, omong-omong soal pacaran. Sebenarnya mereka gak pernah ngobrolin masalah itu setelah kejadian malam mereka resmi jadi pasangan kekasih. Entah karena mereka mikir kalau itu tidak perlu lagi dibicarakan atau bagaimana, hanya saja mereka memang kadang terlalu malu untuk mengungkapkan isi hatinya. Contohnya saja Tae, dia bahkan selalu ingin menampar wajahnya sendiri sewaktu mengingat malam itu. Bagaimana dia menganggap dirinya tidak gentleman saat mengungkapkan perasaannya pada Tee bahkan sampai membuat Tee menangis karena dia tidak berani berkata terus terang pada Tee. Sedangkan Tee? Ah jangan ditanya. Sebenarnya dia bukannya tidak ingin bermesra-mesraan pada pacar barunya itu. Tetapi setiap dia dekat dengan Tae dan ingin bermanja-manjaan, dia selalu terbayang dengan wajahnya yang hancur karena menangis seperti anak perawan yang habis diperkosa. Jangan lupakan dengan ingus yang mengalir deras saat dia menangis, apalagi saat Tae memergokinya terduduk di lantai dengan wajah dan kondisi memalukan seperti itu. Ah mengingatkan saja Tee seperti ingin pergi ke Korea sana dan mengganti wajahnya! Sangat memalukan!
"Tee, nanti sepulang sekolah bisa kamu tunggu aku sebentar? Tadi pelatih ingin tim sepak bola berkumpul." Tanya Tae sambil masih fokus melihat kearah depan jalan. Saat ini mereka sedang berada di mobil untuk berangkat sekolah.
"Kalian ada pertandingan lagi?" tanya Tee.
"Mungkin, makanya dari itu pelatih ingin kami berkumpul." Jawab Tae tanpa melihat kearah Tee.
"Jadi tunggu aku di kantin dulu aja yah, setelah selesai aku akan menjemputmu dan kita bisa langsung nonton." Sambung Tae lagi.
"Ya sudah kalau gitu. Awas aja kalau acara nonton hari ini batal lagi. Pokoknya aku gak akan maafin kalau sampai gagal lagi." Jawab Tee dengan sebal.
"Iya kan kemarin mah timingnya mendadak Tee, lagian kalau gak dilakuin emak bisa cincang aku jadi bahan makanan sebulan. Kamu rela gitu kalau aku dijadiin makanan?"jawab Tae sambil dengan sabar menahan kesal sama kelakuan emaknya dengan permintaannya yang aneh itu.
"Atau jangan-jangan si emak lagi ngidam??!" celetuk Tee.
"Hah.. Ya gak mungkin lah!" jawab Tae auto ngegas.
"Ya mungkin lah, wong si emak itu perempuan! Yang gak mungkin itu kalau ternyata emak laki-laki. Buktinya aja kamu bisa ada, atau kalau emak itu beneran laki-laki, berarti kamu bukan anaknya emak!!" Tee yang dari tadi sibuk dengan pemikirannya itu malah lebih shock sendiri, kalau si Tae malah melihat Tee seolah-olah dia adalah makhluk yang paling anti-mainstream sedunia yang memiliki pikiran-pikiran absurd lebih dari lukisan kontemporer.
Kayaknya harus mikir ulang lagi nih Tae sebelum tambah gila pacaran sama Tee. -Author
Fyi, kenapa kemarin mereka gak jadi nonton itu karena tiba-tiba si emak nyuruh Tae buat cariin kolak pisang tapi gak mau pisang, maunya diganti dengan buah pepaya yang di jual di daerah sebelah. Kalau kalian bilang, 'Yaudah beli kolak pisang terus ganti sama papaya yang dijual dipasar.' Itu gak mungkin. Soalnya si emak pengennya pas Tae beli pengen itu, si emang-emang yang jual harus mau di videoin ala-ala vlog artis yang sekarang lagi hits di Yutub. Yakali si Tae harus videoin satu-satu penjualnya kan. Dan hasilnya Tae harus mencari pedagang kolak pisang yang bersebelahan dengan penjual pepaya. Bayangkan aja tuh berapa lama nyarinya. Tae sudah kecapean keliling nyarinya, emak yang nelponin melulu nanya pesanannya dan Tee yang misruh-misruh gak jadi jalan-jalannya.
Sepertinya Tae calon bucin deh nantinya. Hahaha
"maksud aku yang gak mungkin emak hamil itu, mau sama siapa? Papih kan kagak ada, yakali telponan sama papih yang lagi di luar negeri bisa hamil( ̄ー ̄)" jawab Tae malas.
"ih tapi sekarang pada rame gitu tau di sosmed. Katanya kalo ngeliat cowok yang absnya seksi bisa hamil onlen."
Tae terdiam sesaat sambil menoleh kearah Tee yang sekarang berubah status dari sahabat menjadi kekasihnya ini. Dia lupa. Dia lupa kalau Tee itu makhluk gaib yang kadang otaknya tidak bisa dikategorikan normal. Dari zaman Teori Darwin dicetus sampai nanti si Lucinca Luca hamil aja gak akan mungkin cuman gara-gara liat foto cowok yang abs-nya seksi bakalan hamil, onlen lagi hamilnya, gimana caranya lahiran woy?! Hamil gaib kali yah?
Karena Tae terlalu malas untuk beradu argument dengan si jenius ini, akhirnya dia hanya ber-'hmm' ria saja tanpa mau menanggapi lebih lanjut. Bisa-bisa otaknya ikutan sengklek juga. Gak lucu kan kalau dua-duanya otaknya geser.
Akhirnya, tidak berapa lama mereka sampai di pelataran parkir mobil sekolah dan bergegas menuju kelas masing-masing, tidak lupa sebelum itu, Tae mengisyaratkan pada Tee harus menelponnya saat jam istirahat agar mereka berdua bertemu di kantin.
-----
Riuh suara terdengar di sekeliling lapangan sepak bola yang sekarang sudah dipenuhi oleh tim sekolah Angkasa dan juga terlihat di pinggir lapangan para murid yang memberikan semangat pada latihan sore itu.
Terlihat beberapa murid yang bisa dikatakan sangat fanatik, bukan fanatik pada sepak bolanya, tetapi lebih bisa dikatakan fanatik terhadap salah satu member pemain sepak bolanya. Siapa lagi kalau bukan Tae yang mempunyai banyak penggemar 'gila' baik perempuan ataupun laki-laki. Apalagi beberapa dari mereka sampai membawa papan besar bertuliskan bermacam-macam kata yang membuat orang-orang menggelengkan kepala. Ini yang latihan pemain sepak solah sekolah woy, bukan boyband yang mau konser.
Sedangkan, tidak jauh dari barisan para fans fanatik itu, ada seorang laki-laki lemah gemulai yang menunjukkan wajah seram, seperti ingin membakar lapangan sekolah beserta para penggemar gila itu. Siapa lagi kalau bukan si Manis Tee, yang dengan setia -lebih bisa dibilang terpaksa, menunggu sang kekasih yang sedang latihan itu. Siapa yang tidak jengah saat melihat orang lain tergila-gila pada kekasih sendiri, di depan mata pula. Jika Tee tidak harus menjaga imagenya sebagai laki-laki yang baik dan juga kekasih dari Tae, mungkin para orang bodoh itu sudah siap digiling dengan mobilnya dan dagingnya siap diberikan kepada calon mertuanya untuk dijadikan pepes. Ugh, Tee sangat membenci Tae yang mempunyai rupa tampan dan juga badan atletis itu. Bukan karena dia tidak pantas, tetapi karena semua itu menjadikan Tee mempunyai saingan dimata Tae -padahal bagi Tae sendiri, Tee adalah orang satu-satunya yang mempunyai posisi tertinggi di hatinya, selain Nyonya Kreepolrerk tentunya.
"Ih, sayang banget ya si Tae bisa jadi homo gitu. Padahal dari dia SMP kan dia normal, sempet pacaran sama banyak cewek!" terdengar salah seorang murid sedang ngerumpi tidak jauh dari Tee, jelas dia juga bisa mencuri dengar apa yang sedang mereka obrolkan.
"Ah iya, tapi kok tiba-tiba dia malah jadian sama si Tee itu sih?" tanya temannya satu lagi.
"Alah paling juga itu gara-gara si Tee nya aja yang kecentilan. Gak mungkin si Tae duluan yang ngedeketin dia, kan Tae mah normal. Pasti ini gara-gara si ulat Tee!"
Nah loh, itu si Tee ngedenger namanya disandingkan dengan ulat, bagaimana reaksinya coba?
a. Mites kepala mereka yang ngegibahin itu satu-satu,
b. Ambil air bekas cucian pel sekolah dan guyur ke arah mereka biar rame,
c. Anteng aja liatin mereka sampai meleleh kena jurus Mata Laser, atau
d. Biarkan saja mereka ngegibah sepuas jidat lebar mereka sampai si Malaikat Kematian Falco datang.
Hayo, pilih yang mana?
Enggak deng, Tee mah gak sejahat itu kali. Dia hanya bisa diam sambil memandang jauh ke arah lapangan sepak bola, lebih tepatnya kearah Tae, kekasihnya. Sebenarnya pertanyaan itu juga yang selalu mengganggu pikiran Tee. Kenapa Tae bisa menjadi kekasihnya? Apa karena Tee bilang kalau dia Bi, makanya Tae ingin membuat perasaan Tee tidak terbebani dengan bilang kalau dia juga suka sama Tee? Apa karena kasihan?
Itu yang selama seminggu ini mengganggu pikiran Tee. Dia memang senang karena perasaannya terbalas oleh Tae dan sekarang mereka menjalani hubungan sebagai sepasang kekasih, tetapi Tee juga tidak ingin karena dasar 'dikasihani'.