webnovel

Tegang Di Waktu Yang Salah

Di dalam ruangan operasi. Seorang pelajar kelas sepuluh menjadi korban kekerasan, luka yang menganga lebar pada dadanya mengakibatkan darah sedari tadi. Beberapa suster kualahan menahan dan menutupi luka dari tusukan benda tajam tersebut.

Wajah rupawannya kini mendadak babak belur, beberapa luka legam terdapat di wajahnya. Bulu mata yang lentik kini masih enggan terbuka, seakan-akan masih menikmati mimpi yang begitu indah.

"Bangsal kamar 112 mengalami guncangan hebat, tusukan pada dadanya terlalu dalam dok," seru suster dengan masker melekat pada wajahnya.

"Dan, tekanan darah pasien mulai melemah dok. Bisa-bisa pasien kehilangan nyawanya."

Dokter menggangguk sambil menatap ke arah pasien yang menjadi korban kekerasan di luar sana. Setelah itu, sang dokter menatap ke arah suster.

"Siapkan semua perlaratan, kita akan melakukan operasi sekarang juga,"

Beberapa suster di dalam pun menggangguk dan segera menyiapkan segala sesuatu untuk melakukan operasi. Lampu pun di nyalakan, semuanya tengah memegang kendali masing-masing.

Tampak lain di luar ruangan, suasana mendadak menjadi tegang kala ruangan operasi di nyalakan. Seorang gadis tengah menunduk sambil berharap cemas akan sesuatu yang terjadi di ruangan itu.

Bibirnya terkatup rapat, wajahnya terlihat cemas serta sedari tadi tangannya tak bisa diam, sesekali terkepal erat untuk meluapkan segala sesuatu yang membuatnya marah.

"Cantika!" seruan itu mampu membuat gadis dengan setelan baju modis, tinggi bak model menoleh ke arah kanan, melihat seorang pria tengah tergesa-gesa menghampirinya dengan wajah yang terlihat cemas.

"Bagaimana bisa Tian berakhir seperti ini. Apa yang terjadi pada dia?" tanyanya sambil meninggikan suara. Tak percaya, jika adik bungsunya berakhir di rumah sakit.

"Cantika juga nggak tau, Bang. Saat Cantika datang ke alamat yang Tian kasih di chat, setibanya Cantika di sana Tian udah berlumuran darah." Papar Cantika menjelaskan saat dirinya pertama kali menemukan Tian, adiknya. Tergeletak mengenaskan di tengah-tengah jalan Kamboja.

"Bang, Tian nggak apa-apa, kan?" paraunya yang entah berapa kali dirinya menangis melihat wajah Tian yang begitu mengenaskan.

Siapa yang berani memperlakukan adiknya seperti ini, apa salah Tian hingga harus berakhir seperti ini? Sungguh miris melihat kondisi Tian saat ini. Kakak mana yang tak terluka jika melihat adiknya yang baik-baik menjadi korban kekerasan seseorang di luar sana.

"Tian kuat kok, jangan pikirkan. Sekarang kamu ke rumah, beres-beres, bukankah kamu harus ke Cirebon lagi, masa liburanmu sudah selesai, kan?" tutur Orion menangkan adik perempuanya, satu-satunya perempuan di keluarga dirinya setelah kepergian sang Mama.

"Cantika nggak mau pulang ke Cirebon, Bang. Cantika mau di Jakarta aja sama Abang dan Adik," seru Cantika menolak untuk pulang ke Cirebon.

"Tapi bagaimana sekolah kamu di sana?"

Cantika menyeka air matanya, menatap intens sang kakak dengan pandangan yang sulit di artikan.

"Cantika mau cari tau siapa yang membuat Tian seperti ini. Cantika nggak terima jika Tian harus berakhir di rumah sakit. Cantika mau cari pelakunya," ujar Cantika mantap.

Orion tak habis pikir dengan jalan pikiran adiknya yang satu ini. Gadis yang berusia delapan belas tahun tak akan membiarkan lolos begitu saja siapa yang sudah melukai keluarganya. Orion menjadi cemas jika Cantika harus berurusan dengan penjahat.

"Bahaya. Sudah, biar polisi saja yang menangani kasur Tian,"

Cantika mengeleng tegas. "Lama Bang, kalau nunggu hasil pemeriksaan polisi. Yang ada nanti penjahatnya kabur dan enak-enakan di luar sana, sedangkan Tian harus berbaring lemah di rumah sakit,"

"Lalu kamu mau apa? Mau cari kemana?" tanya Orion heran pada Cantika.

"Cantika akan pindah sekolah." Jawab Cantika kala itu.

Kedua bola mata Orion membulat sempurna. Sesekali ia mengusap telinganya, takut apa yang ia dengar salah. Namun, melihat wajah serius Cantika membuat Orion menghembuskan napasnya berat.

"Kenapa kamu ngeyel?"

"Karena Cantika yakin Bang. Pelaku yang buat Tian pasti ada di Jakarta. Dan ..." Cantika mengeluarkan selembar surat yang tampak lecek, surat yang Cantika temui di samping tubuh Tian.

"Tadi sebelum Tian di bawah ke rumah sakit, Cantika nemuin surat ini dan surat itu udah ke sobek cuman ada tulisan, 'Famaur' doang,'

Orion meraih surat itu, meneliti surat yang tentunya sudah di campur bercak darah milik Tian. Benar apa yang dikatakan oleh Cantika, hanya terdapat sebuah kalimat Famaur di bagian ujung surat tersebut.

"Terus, kamu mau apakan surat ini. Kamu ini perempuan, udah, nggak usah macam-macam!" sentak Orion yang tak setuju jika Cantika hendak mencari tahu siapa pelaku yang menbauat Tian kritis.

"Abang tenang aja, Cantika punya cara yang nggak semua orang kenal sama Cantika," tutur Cantika dengan penuh percaya diri.

Alis Orion terangkat satu. "Dengan cara?"

"Nanti Abang tahu. Intinya Cantika akan pindah sekolah ke SMAN 1 Tugu Pritiwi,"

"Apa? Kau yang benar saja mau pindah ke sekolah bergensi?" Betapa terkejutnya Orion kala mendengar penuturan adik perempuan yang mengatakan ingin pindah ke sekolah favorit di Jakarta pusat.

Semua orang tahu sekolah itu adalah sekolah yang dihuni oleh kalangan atas. Tak banyak yang masuk ke sekolah tersebut, tapi sebagian besar bisa masuk karena memiliki otak yang cermelang. Bukan hanya berisi anak-anak orang kaya saja tapi melainkan sebagian besar siswa SMAN 1 Tugu Pritiwi berotak cerdas di atas rata-tata.

"Abang meragukan kemampuan aku?" decak Cantika sembari menautkan kedua tangannya di depan dada. Wajah chuby serta hidung merah akibat menangis menambah kesan manis dan lucu pada Cantika.

Orion tersenyum. Pria berusia dua puluh tahu itu lupa jika Cantika memiliki otak yang cerdas. Selalu menjadi juara umum saat di sekolah. Namun, mengingat tujuan utama Cantika pindah ke SMAN 1 Tugu Pritiwi membuat Orion merasa sedikit cemas akan keselamatan Cantika.

"Dek, sudah biarkan saja polisi yang mengatasi kasus ini, kamu fokus saja belajar. Ingat, katanya kamu mau masuk ke univesity inceran kamu?"

"Untuk kali ini, izinin Cantika, Bang. Cantika janji bisa jaga diri, kok. Abang tenang aja, kalau nanti ada sesuatu yang nggak beres Cantika bakalan laporan ke Abang. Demi Tian, Bang. Biar pelaku yang sebenarnya langsung ketangkap," tutur Cantika penuh harap.

Sebenarnya agak berat untuk mengizinkan Cantika untuk ini. Terlebih lagi ini terlalu berisiko bagi keselamatan Cantika sendiri. Namun, melihat tekad Cantika yang begitu membara membuat Orion tak tega mencegahnya.

"Baiklah. Tapi kamu harus janji, jangan gegabah dalam menjalani misi ini?" cetus Orion memperingati.

Cantika sontak menggangguk patuh. Bibirnya tersenyum tipis, gadis dengan balutan cardingan merah maroon tampak menatap selembar kertas dengan pandangan tak biasa.

"Akan gue buat kalian minta maaf sama Tian!" gumamnya.

"Tunggu pembalasan gue, Famaur!"

Sebuah tepukan menyadarkan Cantika, gadis itu seketika menoleh kala melihat Orion tengah menjauh darinya dan kini sedang berbicara serius dengan dokter.

Operasi sudah selesai, Cantika segera menghampiri Orion dan mendengarkan penjelasan dari sang dokter. Namun, hal yang tak pernah ia inginkan terjadi, Tian mengalami kritis.

"Bang," parau Cantika.

"Tian kuat, kok. Kamu yang sabar, ya. Ingat, kamu harus janji sama Abang, jangan terluka lagi, cukup Tian saja. Dan untuk itu, lebih baik kamu mengubah penampilan kamu, Cantika," papar Orion menatap lekat Cantika.

Cantika mengerjapkan matanya beberapa kali, mencoba untuk mencerna yang baru saja kakaknya ucapkan.

"Berpenampilan layaknga orang nerd, bisa? Karena menurut Abang, jika penampilan kamu seperti ini yang ada banyak orang yang memperhatikanmu. Abang nggak mau jika nanti orang yang udah mencelakai Tian kenal sama kamu dan kamu malah dijadikan korban berikutnya," jelas Orion kala itu.

Otak Cantika mendadak bekerja keras. Apa yang dikatakan oleh Orion ada benarnya, dengan penampilan dirinya yang selalu mengikuti trend ala anak muda serta wajah yang ayu membuat dirinya tak bisa leluasa jika melakukan tugasnya.

"Bang, Cantika akan ikuti saran Abang. Nggak masalah mau dibully karena nerd yang penting tujuan Cantika satu, ungkap dalang siapa yang membuat Tian kritis," jawab Cantika dengan percaya diri. Jiwanya membara, tak sabar untuk masuk ke sekolah SMAN 1 Tugu Pritiwi, sekolah bergensi di Jakarta pusat.

"Sebaiknya kamu pulang, biar Abang yang jaga Tian,"

Cantika menggangguk lalu segera bergegas menyelusuri koridor rumah sakit dengan mimik wajah kelewat datar. Cantika, tak banyak orang mengenal dirinya, seorang gadis yang banyak rahasia di simpan rapih padanya. Dan kini, sosok yang bak dewi yunani akan berubah menjadi rakyat jelata.

"Akan gue basmi lo semua!" geram Cantika sambil mengepalkan kedua tangannya, iris matanya begitu nyalang. Siapa saja yang mengusik keluarganya maka orang itu akan berhadapan dengannya.