Setelah kembali beroperasi layaknya dulu, Aidan telah mengetahui apa yang harus ia lakukan sesuai rencana mereka. Namun, kali ini ada yang berbeda.
Aidan melihat seorang wanita yang secara fisik memang tidak mirip dengan Freya, tetapi Aidan bisa merasakan kehadiran Freya ketika berpapasan dengannya di lift tadi.
Meski sedang melaksanakan misi, Aidan tetaplah seorang pria yang mempunyai hati. Ia memang belum memutuskan apakah akan mendekati wanita tersebut atau menunggu semua benar-benar selesai dalam hidupnya dan mulai membuka lembaran baru.
Ia terlalu lelah dan tidak punya waktu hanya untuk memilih itu. Biarlah urusan hati semua berjalan sesuai kehendak-Nya.
Brak!
Aidan yang mendengar keributan segera mengintip dari pintu apartemennya.
Plak!
"Pergi atau gue siram lo sekalian pakai nih air panas!" Ucap wanita tersebut sambil berlinang air mata.
Sebenarnya Aidan masih setia mengintip, ia tidak tahu harus berbuat apa atas kekerasan di depan apartemennya.
Bukannya Aidan terlalu peduli ke sekitarnya, hanya saja wanita yang sedang berselisih itu adalah wanita yang membuatnya merasa kehadiran Freya bersamanya.
Setelah kepergian pria itu, awalnya Aidan memang merasa aneh. Pria itu seolah ingin lari secepatnya, tetapi karena mabuk ia tidak bisa.
Pria itu tampak ketakutan, tetapi ekspresi yang tampil malah tertawa dan tatapan sinis. Aidan menyingkirkan pikiran negatifnya dan segera membuka pintu setelah melihat wanita tersebut memeluk lututnya.
"Ehm.."
"Hmm? Ada Apa?"
"Aneh.. dia tampak tenang seolah tidak terjadi suatu hal yang menyedihkan." Pikir Aidan.
"Butuh bantuan?"
"Ah.. tidak, aku bisa sendiri."
"Baiklah, kalau ada apa-apa, apartemenku depan kamu kok."
"Terimakasih…"
"Ah iya, namaku A… Zico, kamu?"
"Hm... Azico? Aku Clark."
"Hehehe Zico, bukan Azico ☺"
Setelah berbincang singkat, Aidan segera kembali ke apartemennya. Ia berpikir berulang kali bahwa suara Clark persis seperti suara Freya.
Hanya saja, perubahan emosional Clark sangat tidak bisa diduga oleh Aidan. Entah itu pertanda baik atau buruk. Paling penting adalah Aidan tidak sengaja melihat tanda CIA di balik berbagai bentuk lemari Clark.
Mungkin, Aidan salah lihat mengenai hal itu.
Keesokan harinya, Aidan keluar dari apartemen dengan tampilan yang berbeda. Saat itu juga ia yakin bahwa Clark bukanlah Freya.
Gaya berpakaian Clark sangat tomboy dibandingkan dengan wanita pujaan hati Aidan yang sekitar dua tahun ini telah pergi dari sisinya.
"Hai"
"Hai, mau olahraga juga?"
"Hmm, kamu mau olahraga? Seperti ini?"
"Dih, ngeremehin banget"
"Hahahah bukan ngeremehin, ya aneh aja"
"Jadi ga nih?"
"Oh! Jadi.. yuk!"
keliling kompleks lebih dari lima putaran membuat mereka sangat lelah. Mereka akhirnya beristirahat sambil melakukan berbagai gerakan peregangan.
Olahraga seperti ini ternyata efektif membuat mereka semakin dekat hari demi hari. Jalinan komunikasi mereka juga semakin akrab dan lebih nyaman satu sama lain.
Bukan hanya ketika berolahraga, bahkan orang di sekitar kerap membicarakan hubungan mereka. Apalagi melihat perawakan keduanya yang sama-sama menghampiri kata sempurna.
Banyak juga orang yang bilang "Dimana ada Zico pasti ada Clark". Begitulah keseharian yang terkadang membuat mereka tersenyum geli menanggapinya.
Tidak terasa sudah setahun lebih mereka mulai menjalin hubungan yang lebih serius. Bodohnya Aidan hampir melupakan tujuan utamanya menjadi seorang "Zico".
Namun, terkadang ia merasa hal itu tidak masalah selama ia masih berada di sisi Clark. Setidaknya ia bisa menikmati hidupnya, walau mungkin akan rusak lagi suatu saat nanti.
"Ke apartemen kamu, boleh ga?"
"Boleh, besok di apart kamu ya? Bosan ke apart aku mulu." Ucap Zico.
"Okey sip"
"Mau dimasakin apa malam ini tuan Zico?"
"Ada-ada aja deh hehehehe, terserah kamu mau dimasakin apa."
"Aku gatauuu" Ucap Clark sambil manyun.
"Yaudah masak bareng yuk."
"Yeay okey!"
Sekitar 30 menit mereka menghabiskan waktu di dapur. Entah keberapa kalinya Aidan merasa Clark bukanlah wanita biasa.
Ia merasa Clark terlalu lihai menggunakan benda-benda tajam apapun itu. Namun, ia berusaha menepis pikirannya untuk kesekian kalinya pula.
Sekitar sebulan kemudian, mereka mulai berselisih satu sama lain. Hal ini dikarenakan Aidan mulai sadar tujuan utamanya adalah menyelesaikan misi pembunuhan Freya dan Eclesia, bukan malah bersenang-senang dengan Clark.
Di sisi lain, Clark justru semakin sering bermain dengan pria yang tidak dikenal Aidan.
Plak!
"Cukup Clark! Sampai kapan kamu bakal terus berkeliaran bersama para pria itu?"
"Shit! Apa Kamu bilang?"
Bugh!
"What the hell! Clark! Apa-apaan kamu!"
Aidan segera mengunci kedua tangan Clark. Mereka berada dalam apart Clark. Hal yang tidak diduga oleh Aidan adalah sangat banyak benda tajam di ruangan itu.
Penglihatannya tidak salah, ternyata Clark adalah mantan agen CIA. Keanehan lain adalah sangat banyak jenis mata, kulit, dan tengkorak di ruang laboratorium Clark. Aidan yang merasa takut semakin memperkuat cengkraman pada tangan Clark.
"Siapa kamu sebenarnya?"
"Maaf…Cih! Kamu pikir aku bakal bilang gitu? Trus ngejelasin semua ke kamu?"
Bugh! Plak!
"Kamu pikir selama ini aku gatau kalau kamu itu bukan Zico?" Gertak Clark tanpa menghiraukan Zico yang sudah kesakitan karena ia menimpa punggung Zico.
"Pengkhianat kamu, Clark!"
"Kamu yang berkhianat pada FBI demi Freya!"
"Kamu kenal dia?"
"Kalau iya kenapa? Kamu ga akan tahu seberapa liciknya CIA sedang mengeksploitasi otak Freya!" Jawab Clark dengan senyum liciknya sambil menyayat lengan Aidan dengan pisau terdekat.
"Cih!"
Baru saja Aidan hampir memukul Clark, ia justru terhempas oleh tendangan wanita itu yang diluar ekspektasi.
"Apa? Masih berani juga kamu ya!"
Blam! Bugh! Bugh!
Wanita psikopat tersebut tanpa ampun memukul, menendang, dan menyayat tubuh Aidan terus menerus mengukir kalimat "Clark will always love you, Zico!".
Tidak ada yang tahu pikiran Clark. Ia memang mencintai Zico, tetapi ia tidak bisa menolerir pengkhianat. Apalagi dugaannya benar mengenai siapa Zico sebenarnya.
Hal yang membuatnya semakin sakit hati ketika Zico bahkan tidak menyangkal bahwa ia adalah pria yang dicintai Freya.
"Freya… anak dari keluarga yang menghancurkan seluruh hidupku tanpa ampun. Maaf Zico, kamu harus berakhir seperti ini. Aku mencintaimu."
Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!
Creation is hard, cheer me up! VOTE for me!
I tagged this book, come and support me with a thumbs up!
Like it ? Add to library!
Have some idea about my story? Comment it and let me know.