webnovel

025: Battle at Forest Donguen part. 2

Kedudukan langit selalu indah jika kalian melihatnya di hamparan bumi di malam hari…

Namun nyatanya, ketika kamu ingin mencapainya, gemuruh hitam muncul diantara sela-sela awan yang bergerumul gelap…

Saat itulah aku menemukan sosok cahaya yang menuntun aku diantara kegelapan di malam itu…

/Syair Cahaya penenun malam, Gatotkaca

••••

Bima membuka matanya lebar-lebar mulai saat petir hitam yang terus menyambar seluruh wilayah yang dilakukan oleh Yudhistira secara perlahan.

Bima terus menerus mencari celah dalam setiap serangan yang dilakukan oleh Yudhstira secara besar-besaran.

"Berserk macam apa ini? Aku pikir dia akan melakukan serangan jarak dekat dengan intensitas kuat, dan seharusnya dia dan aku bertarung dalam jarak dekat, kan?" tanya besar Bima yang melihat Yudhistira menyandarkan petirnya kearah diriku.

"Resonansi tahap 3, Goldenia Hammer!" teriak Gatotkaca dan Black Weapon aslinya mulai terbentuk dengan seluruh lapisan gloves miliknya mengelupas dan membentuk sebuah palu besar dengan tangkai yang diambil dari armor bahu yang begitu besar terpasang di badan Bima dan palu dengan ornamen emas putih itu membentang ditanganinya dan layaknya kesatria, dia menumpu kakinya ditanah dan menerjang Yudhistira menghiraukan petir yang menyambar dirinya.

"Nah gitu dong!" ucap Yudhistira menyeringai kecil dengan pedang Nexus yang sudah kembali ke tangan kanannya.

Kedua orang itu mengibaskannya dengan kuat, bahkan angin ribut berada di tengah medan pertempuran tersebut dan panas menyokong pertempuran yang baru saja masuk ke tahap berikutnya.

"Lemah sekali!" ucap Bima mendorong senjata yang menahan badan palunya dan dia maju saat Yudhistira terdorong oleh Bima.

Yudhistira menurunkan Resonansinya dan kini dia berada di tahap kedua dimana pedangnya berterbangan dan melesat kearah Bima yang sedang mendekat.

"Attack x Flyers Slash!" perintah Yudhistira menciptakan sebuah penjara pedang yang melintas tak beraturan, tidak, pedang itu membentuk bola yang terus menyerang Bima didalamnya.

"Kekuatan lemah gini, bagaimana bisa menahanku, sialan!" teriak Bima dan kekuatan karakteristiknya muncul, teknik yang memanfaatkan area layaknya manusia yang ada di titik pusat sebuah bola dan bola tersebut dipenuhi getaran yang mengganggu keberadaan hal yang melintas didalamnya.

Efek yang sama seperti membiaskan cahaya di dalam air, efek getaran itu membelokan pedang yang datang kearahnya dan semuanya sudah tertancap di tanah.

Yudhistira kini mengambil langkah duluan, dia melesat kearah Bima dengan Katana yang ia genggam dengan hunusan secara nyata kearah orang itu.

"Bloody Shadow battle Style, penerapan kasar!" seru Yudhistira mengingat teknik yang dulu membuatnya seperti kutu kecil dihadapan Don Alatas [mantan pahlawan yang dikalahkan di arc awal], teknik yang membuat sosok dirinya tersenyum saat menatap matanya yang sedih itu.

"Teknik teleportasi kilat, beruntun!" teriaknya dan memulai rangkaian serangan kesana kemari, keluar masuk petir yang tercipta dari pedang yang menancap ditanah dan katana yang dibiarkan mengapung menjadi titik teratas dari seluruh pedangnya yang menghasilkan petir yang besar.

Bima telat merespon saat serangan itu muncul, dia berkali-kali diseruduk dan gerakan yang begitu cepat membuat pukulannya berlapis petir hitam dan hal tersebut mendarat di beberapa bagian tubuhnya, Bima terus menerus bergerak mencoba menghindari serangan tersebut untuk beberapa kali serangan.

Namun serangan tersebut tak sedikitpun membuat Bima takut dan serangan itu tidak terlalu berpengaruh kepada Bima dengan Hartanya yang merupakan Harta Rangking S yang bahkan melebih kekuatan dari harta partnernya, Sadewa.

Serangan bertubi-tubi itu tiba-tiba berhenti, jejak Yudhistira menghilang pada saat kemunculan terakhirnya yang mengambil katana diatas permukaan.

Bima menaikkan level kewaspadaannya saat hal tersebut menghantui dirinya yang dari tadi bertahan saat pria itu menggila.

Bima benar-benar bingung dengan temannya itu, dia mulai meragukan, apakah benar sosok tersebut adalah orang yang menghancurkan tim satu partynya.

Bima memusatkan fokusnya dan menutup matanya sejak awal, aura shock yang merupakan skill pasif yang dia kembangkan perlahan membesar dan semakin besar dalam hitungan detik saat serangan tersebut keluar.

Bima tak merasakan apapun, skillnya itu tak beraksi sama sekali, dia benar-benar dibuat waspada level tinggi oleh Yudhis yang menghilang dan aura itu terus diperbesar olehnya dan sekarang sudah dalam diameter 100 meter dari titik tengahnya.

"Apakah dia kabur?" tanya Bima yang makin memfokuskan instingnya dan melangkah kecil kedepan dan aura tersebut menghilang saat dia yakin Yudhistira kabur.

Bima memperhatikan wilayah sekitarnya dan hanya ada dua murid dimana yang satu pingsan dan yang satu hanya melihatnya dengan napas yang terenyah-engah menatapnya.

"Kau masih sadar??" ucap Bima yang mendekati Regg dan Regg menariknya.

"Di-dia, ti-dak ja-hat, tu-tu an!" ucap Regg yang terbata-bata memberi tahukah ya kepada Bima namun dia didorong oleh Bima.

"Kau pasti rekannya? Apa kau juga ikut serta pembantaian timku?" seru Bima bertanya kepada Regg dengan ujung palu mengacung dihadapan Regg.

"A-apa ya-ng ka-kau-" ucap Regg dan akhirnya dia pingsan karena kelelahan yang berlebihan saat itu lalu sistem akhirnya mendeteksi bahwa dia sudah tidak bisa ikut serta event tersebut.

"Arggghhhh Yudhistira sialan, apa alasan dia melakukan ini?" kesal Bima berjalan kearah Arfan yahg dipasangi oleh Barrier.

Dia menatap Arfan dan menyentuh Barriernya, emosinya kembali memuncak dan dia menghantam barrier tersebut berkali-kali karena kehilangan jejak Yudhistira.

••••

"Arrghhhhhhh apa-apaan ini!" teriak sosok sosok yang begitu gelap, dirinya sedang di culik total oleh Deus yang sudah bangkit beberapa saat lalu.

Aku menyilangkan tanganku dan menatapnya dengan tajam bersama Deus dengan sosoknya yang begitu imut karena badannya menggemuk dan tubuhnya berwarna biru.

"Kau juga, kenapa kau melirikku seperti itu!" teriak Deus kepadaku, aku hanya bisa menundukkan wajahku.

"Apa yang kalian lakukan, BERENGSEK??" ucap sosok gelap tersebut yang membentak kami namun Deus menekan auranya.

"Suttttt, kau yang seharusnya sadar diri, sialan!" ucapku yang melompat ke dadanya dan menekan titik pusat energi yang membuat dia berteriak.

Aku segera berdiri dihadapannya yang sudah tersungkur akibat teknik kejutan yang diberikan oleh Deus tepat saat dia menggunakan Teknik Teleportasi Kilat milik Don Alatas yang juga kadang aku pakai.

"LEPASKAN AKU!" Perintahnya kepada Deus dan juga diriku.

Dia mengerutkan keningnya dan perlahan kembali menjadi sosok bayangan hitam yang tak bisa dilihat lagi ekspresi apa yang dia keluarkan.

"Sebenarnya ini apa, tuan Deus?" tanyaku di saat dia meronta-ronta sekuat tenaganya ingin lepas dari belenggu yang Deus ciptakan.

"Kutukan!" ucap tegas Deus sembari menyentuh kepala milik bayangan yang meronta-ronta tersebut.

"Tidak, kayaknya bukan kutukan, dia di dunia ini disebutnya apa ya?." ucap Deus sekali lagi yang merubah pernyataannya.

Aku hanya bisa memproses informasi yang memiliki 2 pendapat tersebut, saat aku telah berpikir itu kutukan, Deus menyanggahnya kembali.

"Lupakan saja, sekarang ayo kita negosiasi dengan pria besar itu, aku ingin cepat-cepat bertemu dengan sahabatku!" seru Deus dan seketika aku tersadar dengan berbagai monster sedang menyerangku.

/peringatan, batas daya pemain akan habis, jika point anda 0, maka anda akan tereleminasi!!!

Deus mengambil alih tubuhku dan menyetrum monster yang mematuk-matuk tubuhku.

Teknik teleportasi kilat terakhir membuat aku berdiri di tengah altar dengan seorang yang duduk di singgah sana raja menyeringai dan dia bertepuk tangan kepada Aku dan Deus.

"Welcome to My Home, Human!" seru dirinya dan ini adalah tempat dimana kami akan melawan King of Forest di akhir Donguen ini.

Sosoknya terlihat setara dengan aura Ragmanta sang Boss yang tertidur menggerakkan jemarinya dan altar tempat aku berdiri berputar seperti ada mekanis yang menggerakkannya.

Dia akhirnya mendekati diriku dengan satu mata yang sudah ditutup oleh penutup mata yang terbuat dari daun berwarna aquamine dan Jubah Kekaisaran bernuansa Biru, Hijau, kuning yang memadu dan menciptakan sebuah entitas yang sangat kuat dari segi penampilan dan juga kekuatannya.

"Tidak, kekuatanmu masih lemah!" seru raja hutan itu dan altar berputar lawan arah begitu saja dan sebuah peringatan muncul dihadapan kami.

/Event Contest melawan raja dihentikan, anda akan keluar dari final Stage!!!!

"Sialan, padahal aku sangat ingin melawannya!" teriak Deus dengan 98 pedang sudah berada di udara dan dua pedang ia genggam begitu kuat.

"Bodoh!" seru sang Raja menjentikan jarinya saat seluruh pedang menembaki dirinya begitu saja.

Yap, kami di usir dari ruang Boss Donguen ini begitu saja dan berdiri di hadapan Sadewa yang baru saja tertusuk oleh tombak milik Lubu.

••••

[Area lain Saat pertarungan Bima melawan Yudhistira (???)]

Sadewa sudah mengeluarkan wujud Black Weaponnya yang tetap tak berubah sedikitpun dari bentuk resonansi tahap 2 miliknya.

"Sabit yang bagus!" seru Rifan yang suaranya merendahkan Sadewa.

Seorang yang bukan bangsawan sedang mempermalukan keturunan Wisesa yang mengenggam Harta Rangking S di genggamannya.

Rifan membelah angin yang terus berdatangan kearahnya baik itu angin yang berputar, angin yang menyabit dan juga angin yang bergemuruh didalamnya. Semua angin dibelah oleh Black Slayer itu.

Halberd terus dikibaskan melawan serangan yang di lontarkan oleh Sadewa, dia terus menerus melakukan hit and tun untuk menjauh dari Black Slayer.

"Tak akan kubiarkan kau mendekat diriku!" ucap Sadewa dan rapalan angin yang begitu besar melesat kearah Black Slayer yang mengincarnya.

"Wind of Tempest!"

Seluruh pepohonan satu persatu tercabut oleh angin yang mendekat kearah lawannya, Black Slayer dipandu oleh Lubu menyeringai melihat begitu besarnya angin topan yang sedang mendekat kearahnya.

Namun, tubuhnya tak sedikitpun bergeming karena tekanan yang begitu kuat menarik apapun yang ada di sekitarnya.

Kekuatan dari Lubu benar-benar berada di level yang tak diketahui oleh manusia. Harta yang sangat begitu kuat memasang kuda menggenggam Halberd miliknya.

"Redcliff of Sky Pierce!" ucap dirinya dan Tebasan dari atas ke bawah membelah angin dengan begitu kuat tersebut.

Dia memerhatikan langkah kaki Sadewa yang mencoba kabur darinya setelah teknik itu dirapalkan.

"Biar aku yang mengeksekusi tuanku!" ucap Rifan dan Lubu menyeringai di diri Rifan, dia mengembalikan hak atas diri Rifan dan kembali kepribadian yang sangat berbeda menciptakan tegak tubuh badannya berbeda.

Dia mengejar Sadewa yang sudah hampir kehabisan nafasnya, sedangkan Sadewa terus berlari menuju area yang menurut dia dapat menguntungkan dirinya.

"Hallo tuan kaya raya, menyerahlah!!!" ejek Rifan yang sengaja tidak kemenarikan tempo kecepatannya setelah matanya dapat memandang Sadewa yang berlari sekuat tenaga.

"Lagipula ini bukan dunia nyata, menyerahlah!!!" seru dirinya yang kali ini membelah 4 angin sabit yang menyerang kearah dirinya.

Sadewa berhenti tepat di area bagian B yang merupakan rawa yahg ada di Donguen ini.

Dia berdiri di pohon paling besar di tengah area B dan mengembalikan sabitnya menjadi harta tanpa resonansi.

Rifan ikut berhenti di pohon yang bersebrangan dengan posisi Sadewa yang sedang melakukan rapalan miliknya.

"Lubu, aku meminjam Resonansi tahap 4 mu, ya!" ucap Rifan dan mata emasnya sekarang mengeluarkan petir merah gelap yang menjadi kekuatan khas milik Lubu.

Sedangkan disisi lain, Sadewa mengerahkan segalanya dalam serangan yang sedang dia persiapkan secara besar-besaran, bahkan tersisa 1/8 aura lagi yang ada dalam tubuhnya, semuanya terbakar karena teknik yahg akan dikeluarkan oleh Sadewa.

"Berserk!" teriak Black Slayer dan memicu ledakan petir ke tubuhnya dan dia juga sedang mempersiapkan babak baru terhadap kekuatan Lubu yang dia miliki.

"Spirit of Wind Celestial, Lycius. Teknik pemanggilan khusus!!!!" teriak Sadewa dan dia merelakan seluruh tubuhnya dikuasai oleh makhluk yang tidak dia ketahui sebelumnya dan seluruh lukanya beregenerasi oleh sosok itu.

Lycius, itulah nama satu dari 3 naga celestial yang sangat terkenal sebagai pembuat onar di masa lalu, didalam diri Sadewa, dia memandang rendah Rifan yang sedang memakai kekuatan Lubu dan rambutnya sekarang persis layaknya menerima kekuatan yang besar dan menjadi berwarna putih tanpa ada satupun warna hitam didalamnya.

Kedua maniak itu….

Menyeringai saat saling….

Menatap….