webnovel

024: Battle at Forest Donguen part. 1

Chapter 024

Dikisahkan, saat zaman sebelum Ledakan Gerbang Raya muncul….

Ada 7 Familiar yang diberikan gelar Kegelapan yang merupakan 7 entitas yang memang merupakan petarung yang kuat di dataran sana.

Didataran dimana para Familiar berkumpul, sebelum penyatuan dimulai. Terpanggilah sesosok Familiar liar yang asal-usulnya tak jelas dari keluarga mana membelah langit dengan satu dentuman keras.

Sosok kuda merah yang menjadi satu dari tujuh kegelapan dunia ini, julukan yang menjadi gelarnya setelah dia mengumumkannya ke dunia [Familiar].

[Sang Kesatria Kegelapan, Lubu The Red Hare]

Kekuatan yang dia miliki mematahkan tahta sang petir di masa lalu, bahkan dia terus menantang raja-raja besar saat aku masih kecil saat itu.

Lubu dikenal sebagai Familiar rangking S di seluruh keluarga Familiar dan di hormati sebagai Sang Kegelapan yang merupakan 7 orang dengan kekuatan beringas didalamnya.

Namun keberadaan dirinya menghilang saat Ledakan Gerbang Raya terjadi…

Hingga saat ini, semua orang menganggapnya sebagai Legenda yang sangat kuat, bahkan kakakku, Tiamat tidak akan bisa mengalahkannya.

Hingga saat aku melihatnya lagi menjadi musuhku…

•••

"Aku adalah Black Slayer!" seru orang itu dengan hiasan kepala yang membentang jauh dan dahinya memiliki tato naga yang merupakan tanda bahwa dia adalah Sang Kesatria Kegelapan yang mempunyai Lambang Naga di dahi dan berujung mata kirinya.

Dia melakukan serangan pertama setelah Tombak Halberd itu dia kibaskan ke tanah dan retakan besar terjadi saat ayunan pertamanya.

"Dentuman!" seru Black Slayer seraya badai gelombang meledak dari kibasan miliknya itu.

"The fourth wall of Earth!" ucap Almas dalam diri Regg dan dia menumbuk gelombang tersebut dan tanah bergerak membentuk dinding satu persatu dari depan ke belakang sebanyak 4 buah.

Zhypier menggunakan pisau coklat dan toskanya dikorbankan menjadi sayap buat dia terbang, dia melompat diatas bahu Almas dan menenggenggam pisau Pure Hijau dan Lime di tangannya.

"Wind of Castle Zhypier!" serunya dan pusaran angin bercampur dengan pasir menyerang Lubu yang sedang berputar-putar layaknya menyiapkan gerakan berikutnya setelah gelombang dentuman miliknya tertahan oleh Almas begitu saja.

"Redcliff of Superior; Berserker!!!" teriak Lubu yang melesat cepat menembus angin yang begitu kencang tersebut dan menembus keempat lapis dinding milik Almas, petir merah yang begitu pekat tersisa di reruntuhan dinding tersebut dan kini dia berada dekat sekali dengan Almas.

"Redcliff of Tempest;" ucap Pelan Lubu di samping Almas memasang kuda-kuda dengan tombak yang sudah bercahaya kan petir merah gelap dan kibasan cepat menyentuh Almas dan dia berjalan santai menghadap kearah diriku yang sedang diambil alih oleh Deus.

"Explosion!" serunya berbalik ke Almas yang kebingungan dan serangan yang asli mencabik armor milik Almas secara utuh dan bahkan kesadaran Almas hilang saat ledakan besar tersebut membuat dirinya terbang menjauh dari tempat itu.

/DARRRRRRRRRRRRRRR

Yap, ledakan yang besar terdengar setelah dia menjauh sedikit, Lubu terlihat menyeringai dihadapan Deus.

"Lama tak jumpa, kucing nakal!" seru Black Slayer yang sepertinya memang Lubu di dalamnya, dia mengalungkan batang tombaknya dan bersantai dihadapan Deus.

"Sialan, kau meremehkan diriku juga??" teriak Zhypier dan dia merubah warna seluruh pisaunya dan sekarang dia mengacungkan pisau Scarlet dan juga Ungunya.

"Aku tak ingin kau terluka, kakakku sayang." seru pria yang membuka topeng yang ia kenakan dan dia menyeringai.

Lubu yang menggerakkan seutuhnya menghilang dalam sekejap dan menidurkan Arfan yang dikuasai oleh Zhypier.

"Tidurlah, tuanku sedang ada urusan dengan Anak Bungsu satu ini." serunya dan Zhypier tanpa perlawanan karena sifat terkejut Arfan membuat dia tak bisa mengendalikan Arfan begitu saja dan keluar paksa karena adiknya itu.

Rifan, adik kembarnya tersayang adalah Black Slayer tersebut.

Regg terlihat berjalan sempoyongan menuju area dimana mereka berkelahi, bahkan dia sudah tak kuat untuk berjalan karena serangan yang dia terima begitu kuat, bahkan Almas saja pingsan dibuatnya.

"Paman Lubu, sepertinya itu memang dirimu!" seru Deus yang bersiap melesatkan 98 pedang yang mengarah kepada Lubu saat itu juga dengan jemari yang sedang menghentikan laju pedang tersebut.

"Percuma nak, energimu tak akan kuat melawanku!" ucap Lubu yang baru saja selesai menidurkan Arfan ditempat yang aman.

"Aku sudah berkembang loh, Paman Lubu!" ucap Deus dan 98 pedang dia lesatkan satu persatu sembari dia menyerang dari jarak dekat.

"Kalau begitu, aku akan menilainya. Kucing Nakal!" teriak Lubu dan kibasan pedang ke kiri dan ke kanan dia lontarkan menghancurkan pedang yang terbang kearahnya, dan dia berkali-kali mendekat kearahku dengan memutar-murahkan Halberd miliknya dengan begitu kencang.

"Pedang rapuh begitu, mana kuat melawan Black Weapon milikku?" teriak Lubu dan dia kembalikan ujung tombaknya dan memukul mundur tubuhku dengan bagian tanpa bilah di tombaknya.

/Argggghhhhhhhhhh

"Tch, masih saja kau begitu. Paman Beringas!" teriak Deus dan merapalkan sesuatu dan petir miliknya membentuk senjata khas milik Deus.

"Begitu dong!" teriak Lubu berjalan mendekat saat Deus menggunakan Black Weapon miliknya (?).

Deus adalah pengguna Tombak yang hebat, keahlian milik Deus adalah kekuatan tombak yang menyerupai milik gurunya.

[Halberd of Earth Piercers]

"Bertarung yang benar ya, anak muridku!" seru Lubu melempar tombaknya dan dia melesat cepat mengerahkan energi miliknya ke dasar tubuhnya dan melakukan tarian perang khas miliknya.

"Redcliff of Warmut; Strom Dragon!" seru Lubu dan dia menggenggam kembali tombak yang begitu cepat dia lemparkan tadi dan bersiap mengibas kearah Deus yang bertahan dengan Tombaknya.

"Deus Style, Warcliff of Strom Dragon!" teriak Deus yang memperkuat kuda-kudanya mengadukan kibasan yang Lubu berikan.

Ledakan besar terjadi di tempat itu dan gelombang besar kemana-mana menghancurkan tempat tersebut.

Deus kehabisan napasnya saat mencoba meniru teknik bertarung gurunya.

"Hahhhh, kau masih kurang belajar Kucing nakal, Aku akan membuatkanmu disini!" seru Lubu menyeringai masuk kedalam kabut ledakan tersebut saat melihat tombak milik Deus hancur saat genggaman tangan Deus bergetar.

"See you semuanya, aku tunggu kalian di Final Boss, ya!!!" seru Rifan sebelum keberadaannya menghilang.

Deus kehilangan kesadarannya untuk pertama kalinya dalam tubuhku, bahkan sepertinya aku juga belum bisa masuk ke dalam tubuhku.

Aku terjaga di ruangan yang berbeda saat Deus mengambil alih tubuhku, wajahku diluar menyeringai seperti seseorang yang senang akan sesuatu.

Tubuhku yang pingsan sudah terjaga, apakah Deus sudah bangun dari pingsannya?

(Tidak, kucing gendut itu masih pingsan dalam waktu lama!)

Suara yang beberapa saat lalu aku dengar kembali mengucap, sosok kegelapan yang waktu itu muncul sekarang menguasai tubuhku. Dia berbalik tersenyum menatapku.

"Stttttt, tidurlah yang nyenyak, anak manja!" ucapnya menutup pintu tempat dimana dia selama ini berada, aku melihat ke depan tanpa bisa mengendalikan tubuhku.

Yudhistira yang mengendalikan tubuhku berdiri tegap menatap area yang sudah di porak porandakan oleh Lubu yang kami lawan.

Dia berjalan menuju Regg yang menatapnya dengan tatapan menyedihkan, Regg membuka matanya sedikit dan tersenyum kepada sosok itu.

"Istirahatlah sejenak disini, aku akan membawa Arfan di sisimu, jaga dia!" ucapnya kepada Regg dan Yudhistira bergerak kearah Arfan yang diselimuti oleh aura yang begitu tebal yang merupakan pelindung aura yang diberikan adiknya.

"Ex Deus, Resonansi kedua!" ucap pelan sosok itu dan 6 pedang terbang dan sebilah katana dia genggam.

"Hmmmm? Apa ini?" ucapnya melihat katana yang ia genggam dan pedang yang berterbangan di sekelilingnya.

Yudhistira mengabaikannya sejenak dan memasang kuda-kuda untuk menebas pelindung itu.

"Teknik tebasan over~man Style!" ucapnya dan petir mengalir ke batang katana itu dan tangannya bersiap untuk mengayunkan begitu pelan.

"Savage Slash!"

Tebasan bertubi-tubi mencoba menembus perlindungan yang mengelilingi Arfan, dia melakukannya dalam 1 menit dengan serangan begitu cepat mencoba menghancurkan barrier tersebut.

"Hahh, susah sekali!" keluhnya dan membiarkan katana itu mengambang di udara bersama yang lainnya.

Dia mengalirkan rangsangan petir di tangan kanannya begitu kencang memutar membentuk spiral dan dia menancapkan ke dadanya.

"Resonansi tahap 3, diaktifkan!" teriaknya dan 7 pedang yang melayang itu menyatu dan menjadi Nexus yang merupakan pedang yang masih belum bisa di maksimalkan potensinya.

"Cihhh, jelek sekali!" teriaknya mengenggam pedang tersebut tanpa beban sama sekali, dia seperti kecewa dengan kekuatan yang sekarang ia miliki.

"Hahhh, sepertinya Bocah manja ini merubah imajinasinya tentang kekuatan asli Deus!" serunya dan menatap pedang itu.

Dia mengingat sesuatu tentang pedang besar yang ia genggam itu.

"Resonansi tahap 4? Apakah aku harus membukanya?" ucapnya menyeringai tepat dihadapan Bima yang baru saja datang.

"Apa yang kau perbuat, Berengsek!" seru Bima yang menghantam diri Yudhistira dengan tangan yang sudah di lapisi gloves dan juga armor perang milik Gatotkaca.

Yudhistira terhantam bebatuan karena perbuatan Bima yang menyerangnya tiba-tiba.

"Hehhhhh, akhirnya aku menemukan lawan yang sepadan!" seru Yudhistira yang bangkit dengan petir hitam yang menyelimuti dirinya.

[Resonansi tahap 4, Berserk!]

Yudhistira melesat membalas hantaman milik Bima, dia mengepalkan tinju yang begitu berat dan membekas di armor perang milik Bima.

Bima memutar tubuhnya di udara melawan putaran dengan begitu kuat, dia melakukan beberapa lompatan kecil yang mengarah ke lompatan yang besar, dia melakukan langkah pemacu kecepatan serangan memutari Yudhistira dengan petir hitam menyelimutinya dan pedang Nexus yang melayang di udara.

"Akan aku bantai kau, pengkhianat!" seru Bima dan detik itu orang yang mempunyai Familiar dengan hubungan antara tuan dan bawahan paling setia bertarung di waktu yang begitu krusial dalam ujian ini.

••••

Sadewa terlihat kehabisan cara untuk kabur dari Black Slayer yang mengincarnya, Sadewa kewalahan setelah berbagai serangan dari Lubu.

Seluruh Teammate dan sekutunya terbantai dan hanya tersisa dia saja kabur-kuburan dari kejaran Lubu.

Sadewa, orang yang belum pernah bertemu Familiar dan tidak tau apapun tentang unsur kekuatan yahg ia genggam, dengan kekuatan spesialnya, dia berhadapan dengan sosok yang sangat kuat bahkan tidak ada apa-apanya dengan orang-orang yang selama ini dia lawan.

Kini dia membuka matanya lebar-lebar menatap sosok yang akan dia lawan sekarang!

[Pertarungan di dua tempat akan dimulai saat keempat orang itu menggunakan seluruh apa yang dia punya saat ini]