webnovel

Perpisahan pertama

Akhirnya, ketika matahari sudah terbit dan mulai menyinari seluruh daearah hutan dengan cahayanya yang hangat, bangunlah semua makhluk hidup dari tidurnya yang nyenyak untuk memulai aktivitas di hari baru ini, kecuali bagi maklukh dari surga yang baru pertama kali merasakan betapa enaknya nikmat dunia yang sering kali diabaikan anak muda tapi sangat diinginkan orang tua bernama "tidur" itu.

"Haaaa? Manusia bernafas dengan paru-paru? Bodohlah, yang benar itu....dengan kehendak Tuhan...…nyam-nyam," kata Akbar yang ngelindur sambil berguling-guling secara reflek untuk mencari posisi tidur yang enak.

"Ayah, ayo bangun, ini sudah pagi lho."

"Ah, 5 menit lagi ibuu, nanggung nih."

!

Mendengar linduran Akbar yang bahkan sampai mengucapkan kata ibu barusan itu, si gadis elf itu mengira kalau ayahnya itu sedang kepikiran ibumnya didalam mimpinya, padahal kenyataannya si Akbar hanya mengatakan kata keramat yang dikatakan oleh anak-anak kecil ketika disuruh bangun pagi.

"Ah, ternyata ayah juga kangen ibu ya? Naaf ya kalau aku mengira ayah tidak peduli dengan kepergian ibu, ayah memang baik deh," kata gadis Elf itu yang langsung berbaring disamping Akbar dan memeluknya erat-erat sambil tersenyum.

"Berisiklah, Aku bukan orang baik tahu, Orang baik itu yang bangun pagi dan langsung sholat sub…"

!!!

Langsung saja Akbar yang masih setengah sadar itu terbangung dari tidurnya ketika dirinya teringat dengan hal yang benar-benar penting dan tidak boleh tidak dilakukan oleh para malaikat, yaitu…

"AKKHHHHH!!!!!! AKU LUPA BELUM ….."

Belum selesai Akbar melanjutkan ucapannya barusan, dirinya teringat kembali lagi dengan hal yang masih belum dia ketahui.

"(Tu…tunggu sebentar, ki..kira-kira di dunia ini agamanya seperti apa? Ba..bagaimana dengan cara ibadahnya? Bagaimana juga dengan kitab sucinya? Dan a…apakah mereka cuma menyembah 1 tuhan atau tidak?)" kata Akbar yang benar-benar panic.com dengan keadaanya saat ini karena namanya sebagai malaikat sedang dipertaruhkan.

"Ay…ayah kenapa? Kok ayah kelihatan panik begitu?" tanya gadis Elf itu yang sempat kaget ketika melihat reaksi Akbar yang tiba-tiba bangun dari tidurnya itu.

"(Ah benar juga, aku harus memanfaatkan otakku ini) Nak, ke..kenapa kau tidak membangunkan ayah untuk ibadah pagi ha?" tanya Akbar kemudian yang sebenarnya punya niat mengintrogasi gadis Elf itu.

"Eh, apa maksud ayah ibadah pagi? Dan juga ini bukan hari Minggu."

"(Hoooo, ternyata system harinya mirip dunia pertama, dan sepertinya aku menganut suatu agama yang ibadahnya Cuma hari Minggu saja ya? Baiklah, kalau begitu sekarang) Ah be..benar juga, maaf ayah terlalu panik mengingat kejadian buruk itu sampai lupa hari, bi..bisa beritahu aku sekarang hari apa nak?"

"Eto, Saat perayaan ulang tahun si Baltis pada Rabu, tiba-tiba ayah datang dengan panik dan membawaku pergi kembali kerumah, ta…tapi saat tiba-tiba muncul api besar dari arah pintu masuk desa ayah malah melemparku kedalam sumur, lalu sa…sa…saat itu tiba-tiba terdengar suara teriakan aneh yang …."

"Stop, berhenti bercerita nak, sudah hampir 1 atau 2 hari kau berada didalam sumur itu tanpa makanan apa-apa, aku tidak mau membuatmu teringat dengan hal-hal yang lebih buruk daripada itu," kata Akbar yang langsung saja menyuruh gadis Elf itu berhenti bicara lebih lanjut sambil memeluk erat dirinya.

"Ah..ba..baiklah ayah, aku menger ... Eeeeh, a..aku tidur didalam sumur 2 hari?"

"1 atau 2 hari nak, karena itu sekarang bisa jadi hari Jumat atau Sabtu."

"(Wow, a..aku bisa tidur selama 2 hari, a..apakah artinya aku sudah jadi orang dewasa?)

"(Haaaa, masalah ibadah ini akan aku cari tahu saat perjalanan saja, tuhan Esa, jika kau melihat ini dan pasti kau melihatnya, tolong ampuni dosa "tidak beribadah" ku sampai aku tahu agama dan bagaiamana caraku beribadah di dunia ini, dan bukannya aku bermaksud buruk atau apa, tapi kuharap hanya ada 1 Agama saja di dunia ini) Kalau begitu berhenti bicara, ayo kita siap-siap pergi keluar dari desa ini," kata Akbar sambil berhenti memeluk gadis itu dan mulai bangkit dari tidurnya.

"Baik."

"Oh, apa kau mau melakukan perpisahan dengan ibumu dulu nak? Karena dilihat dari kondisi saat ini (lebih tepatnya misiku sih), kemungkinan kita tidak akan datang kesini lagi dalam waktu yang sangat lama lho," kata Akbar yang teringat dengan ibu gadis itu.

...

...

Gadis itu hanya terdiam sejenak ketika mendengar ucapan dari Akbar barusan, karena dia tidak menduga kalau Akbar berkata akan kembali ke desanya dalam waktu yang akan lama, tapi karena dirinya mengerti dengan kondisinya saat inj, gadis itupun berkata…

"Sudah ayah, tadi pagi aku bangun dan sudah menaburkan bunga ke makam ibu, karena akukan anak yang baik, hehehe," kata gadis itu sambil tersenyum.

!

"(Ukkkkh, si... sial, senyum palsu yang manis, bagaimana anak kecil sepertimu sudah bisa mengetahui jurus itu ha?)" kata Akbar yang hanya membalas dengan tersenyum kecil kepada gadis itu kembali namun dengan perasaan sesak.

"Ta…tapi ayah, a..apa aku boleh kekuburan ibu sebentar saja?, a…aku mau berpamitan dulu sebelum pergi," kata gadis itu kemudian.

!!!

"(AHHHH!! DEMI KULIT KERANG AJAIB DAHH!!! A..AKU…AKU TELAH MENEMUKAN SESUATU YANG AMAT BERHARGA KETIMBANG BUMI DAN SEISINYA WOOI!!!!) La..la..lakukan apa yang ingin kau lakukan, a…ayah akan urus kuda dulu," kata Akbar yang benar-benar tidak sanggup melihat kebaikan dari gadis yang masih polos itu.

"Baik ayah, tunggu aku sebentar ya," kata gadis itu sambil berlari menuju arah makam ibunya.

Sebagai malaikat yang benar-benar taat kepada Tuhan, tentu saja secara tidak langsung Akbar menyukai orang yang juga berbuat baik kepada sesama, salah satunya adalah "taat kepada orang tua" seperti yang sudah dilakukan gadis Elf barusan itu.

"(Sialan dah, sikap mencintai orang baikku masih ada rupanya, ka..kalau terus-terusan gadis Elf itu berbuat baik seperti, bi..bisa-bisa aku jatuh cinta pada anak kecil ini lho …. AHHH!! BEGITU RUPANYA!!! JADI INIKAH YANG KAU MAU TUAN ESA?!! MEMBUATKU JADI PEDOFIL SEPERTIMU!!! OHOHOHOOOO, TIDAK SEMUDAH ITU ROBERTO!!)" kata Akbar yang langsung saja menampar dirinya berkali-kali agar tidak terlalu terpedaya dengan kebaikan anak itu yang disalah fahaminya sebagai cobaan atau adzab Tuhan.