"Kontrak menjadi kekasih. Hah? Anda benar-benar sangat percaya diri." Liza meletakkan kembali kertas yang ada di dalam amplop coklat itu dengan agak keras. "Aku mau berhubungan dengan siapapun tidak perlu sebuah kontrak konyol. Dan, aku tidak seingin itu untuk menjadi kekasih Anda, tuan." Liza membalikkan tubuhnya hendak keluar.
"Oya, apa kamu yakin?" Ucapan singkat Martin mampu membuat Liza menghentikan jalan cepatnya.
"Apa maksudmu?" Sorot mata tajam Liza malah justru membuat anak sulung keluarga The Knight itu menyeringai sinis.
"Coba lihat ini." Martin mengambil remote tv dan menyalakan benda elektronik persegi panjang berwarna hitam itu. Perlahan-lahan muncullah tayangan sebuah video dengan nuansa kamar yang gelap samar-samar. Sang pria tidak terlihat wajahnya tapi wajah sang wanita membuat Liza melebarkan matanya dan mulutnya menganga lebar. Jantungnya seolah berhenti berdetak.
"Kamu," Liza mengeratkan giginya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com