webnovel

TABIATMU PEMIKAT

TABIATMU MEMIKAT

Tidak semua wanita yang membuat seorang laki – laki akan terpikat kecuali, wanita yang memiliki tabiat atau tata cara yang dianjurkan oleh baginda Rasulululloh Muhammad SAW di dalam menjalani hidup di atas muka bumi tercinta ini.

Seorang wanita yang hidup dri kalangan keluarga sederhana, berada di sebuah pedusunan yang jauh dari perkotaan telah mampu menunjukkan sikap kedewasaan sesuai tuntunan agama islam.

Wanita tersebut bernama "Santri", asal desa Timbanuh yang erada dibawah kaki gunung rinjani Lombok timur nusa tenggara barat.

Sejak masuk sekolah dasar, selalu rajin mengaji ke musholla yang jauh dari tempat tinggalnya bersama teman – teman sekampung.

Orang di sekitarnya heran melihat kerajinan dan tabiat "Santri" setiap berangkat mengaji, begitu pula ketika sampai di musholla, ia selalu mencium tangan guru ngajinya serta mengenakan mukenah yang cukup sederhana. Ia juga salah satu murid yang paling sering bertanya kepada guru tentang keagamaan.

Sejak kecil sering membantu kedua orang tua bekerja baik di rumah maupun di sawah serta tidak canggung – canggung apalagi malu kepada teman ngajinya.

Semenjak usia remaja, ia masuk sekolah menengah pertama selalu mengenakan pakaian sekolah seadanya dan tidak membuatnya lemah dalam bersekolah. Disamping itu, ketika pulang dari sekolah tidak pernah meninggalkan mukenah sambil membantu ibu di dapur.

Setelah habis bersih – bersih di rumah maka dia pergi ke sawah untuk membantu ayahnya bekerja menyilang tomat, cabe dan sejenisnya sambil tetap mengenakan jilbab.

Menjadi sebuah inspiratif bagi warga di kampong tempat tinggalnya dalam segala tutur kata maupun tindak tanduk kesehariannya. Sehingga warga di sekitarnya berusaha mengarahkan putrinya untuk bisa meniru wanita seperti "Santri".

Seorang wanita tulus dalam melakukan perintah kedua orang tua serta berbudi. Dengan melihat semua aktivitas yang rajin membantu orang tua juga menjadi penilaian warga sekitarnya.

Setiap hari libur dan atau libur sekolah ia sering membantu kedua orang tua ke sawah untuk menyabit rumput selayaknya laki – laki , itu yang membikin heran dan termotivasi semua warga.

Sebelum berangkat membantu ayahnya ke kebun, ia tak pernah meninggalkan sholat sunat dhuha.

Menjadi sebuah keharusan "Santri" melaksanakan sholat dhuha ketika akan akan berangkat ke kebun membantu ayahnya bekerja. Walau dalam keadaan sederhana, ia tetap tegar menghadapi kekurangan yang ada sampai masuk ke sekolah mengah kejuruan (SMK).

Begitu masuk di sekolah menengah kejuruan (SMK), mulailah berpisah dengan keluarga dan tetap memiliki tabiat atau sopan santun dimanapun berada.

Sejak awal amasuk sekolah di SMK, pemikirannya sudah tumbuh dewasa dan semakin menambah wawasannya dalam bermasyarakat. Terlihat ketika di sekolah, ia sering datang pagi dan di percaya oleh wali kelasnya bernama "Rohman" untuk memimpin imtak.

Pada setiap kegiatan juga tidak pernah absen, pasti diikutkan oleh wali kelas dan guru – guru yang lain karena melihat kerajinan serta kemampuan yang dimilikinya.

Di sekolah, ia sering menjadi juara dan berpakaian sama seperti teman – temannya, tidak lagi seperti masa di sekolah dasar maupun sekolah menengah pertama.

Kesehariannya memberikan contoh terhadap teman – teman sekolahnya di SMK , setiap datang di sekolahan dan bertemu dengan guru – gurunya selalu member ucapan salam dan mencium tangan.

Dengan tabiat yang sering diperlihatkan kepada teman – temannya maka dikikuti oleh semua siswa dan siswi dalam setiap harinya.

Seorang guru atau wali kelasnyapun bingung melihat kearifan yang ditunjjukkan setiap hari oleh "Santri" lantas menjadi perbincangan di kantor sekolahnya. Mendengar cerita dari wali kelas dan juga guru mata pelajaran yang lain maka, kepala sekolah "H.Marsukin MR, S.Pd.,MM", membuktikan omongan semua gurunya.

Beliau berusaha datang lebih awal ke sekolah dengan tujuan menunggu salah seorang siswa "Santri", apakah benar bahwa ia adalah sosok wanita yang memiliki tabiat berbeda dengan teman – temannya. Tidak lama sekitar pukul 07.00, tibalah "Santri" kemudian kepala sekolah sengaja duduk sambil memegang henpon.

"Assalamu'alaikum", ucap santri sambil menabur senyum kepada kepala sekolah, waalaikum salam sahutnya, diambillah tangan bapak kepala sekolah dan dicium. Sejak hari itu, kepala sekolah SMK menggelengkan kepala di depan pintu kantor dan langsung masuk ke ruangannya.

Di ruang kerja, beliau diam sambil memikirkan begitu arifnya seorang siswa SMK bernama "Santri" sementara, teman – temannya yang lain belum pernah saya melihat seperti tabiat yang dilakukan olehnya.

Sungguh membuat kepala sekolah keheranan dengan siswanya yang penuh sopan santun terhadap guru seperti "Santri". Dengan tata caranya itulah membuat kepala sekolah dan guru – guru terpikat.

Setiap hari "Santri" menjadi buah bibir para tenaga pengajar yang ada di SMK pada saat duduk – duduk di ruang tamu kepala sekolah.

Memilih seorang siswi separas "Santri" sungguh sangat sulit untuk di dapat, karena "Santri" sudah terdidik dari kseorang keluarga sederhana dan biasa hidup dalam kekurangan akan tetapi tetap tegar menghadapi sebuah kenyataan.

Semerbak bunga – bunga di sekitar kampung halaman "Santri", turut bergembira ria akan tabiat baik yang selalu di perlihatkan kepada seisi bumi. Sosok yang harus dikejar untuk dimiliki oleh seorang laki – laki yang sepadan dengannya.

Kebaikan hatinya serta tabiat yang begitu member inspiratif menggugah hati apalagi disaat malam hari ia terus melantunkan doa hingga meneteskan air mata.,

"YA ALLOH…, USIRLAH WABAH DAN PENYAKIT DARI KAMI"

"BERILAH KAMI KESEMBUHAN YANG SEMPURNA"

"SEHATKANLAH TUBUH – TUBUH KAMI"

"KELUARKANLAH KAMI DARI KONDISI YANG PENUH DUKACITA, KEPEDIHAN HATI, CEMOHAN TETANGGA DEKAT KAMI"

" YA ALLOH…." SEMUA ADA DITANGANMU"

"AKU MOHON PADAMU…, JAUHKAN KAMI DARI SIKAP MENOLAK TAKDIRMU"

"KARENA ENGKAULAH SEGALANYA BAHWA, YANG AKU TERIMA HARI ITU ADALAH TERBAIK BAGI DIRIKU DAN KELUARGA".

Senandung doa dari bibir yang disertai linangan air mata "Santri" pada setiap sujudnya terus terucapkan karena melihat situasi dan kondisi keluarganya. Ia tetap berusaha dan menikmati suasana ditengah – tengah keadaan yang nampak jelas dihadapi.

Tidak menjadikan "Santri" surut dalam menuntut ilmu walaupun mendulang keadaan baik sejak sekolah dsar hingga memasuki perkuliahannya.

Walau begitu banyak rintangan dihadapi "Santri" tetap bersabar dan selalu memberikan nasihat kepada kedua orang tuanya agar tetap tawakkal dan tabah menerima keadaan saat ini.

"Santri" tiada henti menunjjukkan sikap baiknya terhadap warga sekampung sekalipun, dibalut dengan keadaan. Berdasar dari ketulusan dan tabiatnya yang berbudi pada semua orang, kini dia menjadi buah hati laki – laki untuk dimiliki sebagai pendamping hidup dalam membangun bahtera rumah tangga.

Banyak wanita lebih dari "Santri" namun, belum bisa manandingi tentang keperibadiannya sehari – hari yang penuh arif, bijaksana dan berbudi, tidak memandang siapa- siapa, keluarga mana, keturunan siapa, maupun rupa, sungguh baginya "Santri" tertancap suatu keabadian nyata dalam kehidupan sehari – hari yaitu seorang " wanita tabiat yang pemikat".