webnovel

KAMU HARUS MAU!

"Non Risna ditunggu tuan dan nyonya di meja makan?" Terdengar suara mbok Iyem dari luar kamar. Risna yang sedang asyik menulis mengernyitkan dahinya mendengar ucapan mbok Iyem. Buru-buru ia membuka pintu kamarnya.

"Ada apa mbok?"

"Nggak tau non. Mbok cuma disuruh manggil non Risna. Ada tuan Greg juga disana."

Hati Risna agak sedikit tenang mendengar ada uncle Greg yang akan menemani. Ia pernan bertemu dengan Greg sebelum kedua orang tuanya meninggal dunia.

Tumben gue diajak makan malam bareng. Ada apa ya? Jangan-jangan gue mau diomelin gara-gara Ima kabur. Opa oma pasti sudah tahu mengenai pernikahan Ima dan Azzam. Ah, apes banget sih nasib gue, batin Ina sambil bersiap-siap makan malam bersama Steven dan Andini.

"Ina, duduk sini sayang." panggil Andini lembut sambil menepuk kursi di sampingnya. Risna merasa heran dengan sikap lembut Andini. Dih, si oma mau apalagi sih sok ngebaik-baikin gue, tanya Risna dalam hati. Tapi ia menyembunyikan keheranannya.

"Baik oma." Jawabnya sopan.

"Kamu apa kabar Risna?" tanya Greg sambil tersenyum memperhatikan penampilan Risna yang malam itu tampil dengan dress selutut berwarna hijau muda. Rambutnya yang ikal dibiarkan tergerai. Mengingatkan Greg pada Alena muda.

"Baik uncle. Sudah lama ya kita nggak bertemu. Uncle apa kabar? Tere, cucu uncle masih di Sidney?" Balas Risna sopan.

"Anak itu betah di sana. Mami papinya kewalahan suruh dia pulang. Apalagi uncle dengar dia bertunangan dengan orang sana." Risna tertawa mendengar ucapan Gregory.

"Risna, opa mu mau bicara." Ucap Andini sambil mengusap lembut punggungnya. Risna langsung terdiam. Lalu ia memandang wajah sang opa, tapi buru-buru menundukkan kepalanya karena tatapan Steven yang tak bersahabat.

"Ada apa opa?"

"Besok kamu akan menggantikan Risma," titah Steven tegas.

"APA?! MENGGANTIKAN IMA? Maksud opa, Ina harus menikah dengan om-om narsis itu?" Risna terkejut mendengar titah Steven. "Tapi opa...."

"Kamu tidak boleh membantah opamu sayang," ucap Andini sambil.mengelus punggung Risna. "Ima pasti pernah cerita padamu kenapa kami menjodohkan dia dengan Reno."

"Mewujudkan perjodohan yang dulu gagal," ucap Risna pelan.

"Bukan hanya itu Risna, tapi juga demi kebaikan orang banyak," ucap Gregory.

"Apa maksud uncle?"

"Kamu nggak perlu tahu detailnya. Yang penting besok kamu menggantikan Risma untuk menikah dengan Reno. MENGERTI?!" Ucap Steven yang lebih mirip perintah.

"Tapi opa..." Steven beranjak dari kursinya dan meninggalkan ruang makan. Andini menatap kepergian suaminya.

"Na, oma harap kamu bisa memenuhi keinginan opa. Dia melakukan ini bukan semata demi persahabatannya dengan kakek Anggoro, tapi juga demi perusahaan. Yang perlu kamu lakukan besok adalah pura-pura menjadi Ima dan menikah dengan Reno."

"Berarti Ina harus membohongi keluarga tante Anggita?" Tanya Risna pelan.

Andini dan Gregory berpandangan. Mereka bingung harus berkomentar apa. Memang benar apa kata Risna, kalau dia harus membohongi keluarga Anggita.

"Maaf oma, Ina nggak mau jadi pembohong."

"KAMU HARUS MAU!" Ucap Andini keras. Sikap lemah lembutnya tiba-tiba berubah. Gregory yang berada disitupun terkejut melihat perubahan sikap Andini. "KALAU KAMU MAU KAMI MENERIMAMU SEBAGAI CUCU MAKA KAMU HARUS MENURUTI APA YANG KAMI PUTUSKAN, YAITU MENIKAHI RENO! KALAU KAMU MENOLAK ARTINYA KAMU BUKAN LAGI CUCU KAMI!!"

Ucapan Andini bagaikan petir di telinga Risna. Mengagetkan. Risna tergugu mendengar ultimatum yang diucapkan Andini. Apakah itu artinya selama ini dia tidak menganggapku cucu mereka? Batinnya Risna. Kalau memang mereka tak menganggapku cucu, kenapa mereka memaksaku tinggal disini?

"Seharusnya kamu sadar kenapa opamu tak menyukaimu. Karena Alena maka papamu batal menikah dengan Anggita. Dan kini Reno batal menikah dengan Risma. Kalau saja kamu berhasil menjalankan permintaan oma saat itu, pasti saat ini Ima masih disini. Bukannya menjadi istri orang lain. Maka kamu yang harus menanggung kerugian ini. Kamu harus mau menikah dengan Reno!"

Risna terdiam mendengar ucapan Andini. Kenapa semua kesalahan itu ditimpakan padaku? Apakah penderitaanku selama ini karena harus tinggal berjauhan dengan mama papa masih kurang? Dan sekarang mereka, orang-orang yang tak pernah memiliki arti apapun dalam hidupku, menuntutku untuk menanggung hukuman atas kesalahan yang tak pernah kulakukan? Ya tuhan, kenapa hidup ini sangat tak adil untukku? Batin Risna sambil menahan air matanya.

"INGAT, BESOK KAMU HARUS MENIKAH DENGAN RENO!" Setelah mengucapkan hal itu, Andini meninggalkan Risna.

Sementara itu Greg tak banyak bicara. Di satu sisi ia harus bersikap loyal pada Steven. Namun di sisi lain ia pun iba kepada gadis yang ada di hadapannya ini. Ia tahu persis bagaimana kehidupan yang harus dijalani Risna. Hidup jauh dari kedua orang tuanya di usia muda bukanlah hal yang mudah. Perhatian kedua orang tuanya tak seintens yang diterima Risma, kembarannya. Harus mengurus kakek neneknya di Australia saat mereka sudah mulai sakit-sakitan. Menjalankan kerja paruh waktu untuk membiayai kuliahnya. Walaupun sang grandpa memberikan hadiah apartemen mungil untuknya, namun ia masih harus membanting tulang untuk biaya kuliah yang tak kecil. Semua itu Risna jalani tanpa banyak keluhan.

"Uncle, Ina harus bagaimana?" Tanya Risna putus asa. "Ina nggak mau berbohong."

"Tenang sayang, biar uncle yang urus itu semua. Yang penting kamu turuti dulu keinginan opa dan oma. Lakukan ini demi kemanusiaan. Sekarang ayo kita makan malam dulu. Setelah ini uncle akan urus semuanya. Kamu persiapkan dirimu untuk menjadi pengantin yang cantik. Uncle yakin, papa mama kalian pasti bangga memiliki anak sepertimu."

Tak lama keduanya makan malam bersama dalam keheningan. Steven dan Andini tak keluar kamar lagi hingga makan malam selesai.

"Kamu sekarang istirahat, uncle harus pergi mengurus sesuatu. Jangan sedih ya. Nanti mukanya jelek. Sampai bertemu besok calon pengantin. Uncle yakin kamu pasti akan menjadi pengantin paling cantik." goda Gregory agar Risna tak terlalu sedih. Ia mengacak lembut kepala Risna.

⭐⭐⭐⭐

"Apa?! Bagaimana mungkin!" seru Reno tak percaya. Wajahnya tampak gusar. Di hadapannya duduk Gregory dengan wajah tenang. "Kalau begini kejadiannya, keluarga kalian mempermainkan kami! Aku nggak terima!"

"Tenang Reno," ucap Anggita sambil menepuk lengan Reno. "Mama juga lupa kalau Alena dan Ben memiliki anak kembar. Mama terlalu senang melihat kakekmu semangat karena memikirkan cucunya yang akan berjodoh dengan cucu sahabatnya. Wait Uncle Greg, apakah gadis ini yang tinggal di Australia?"

"Benar nona Anggita. Dia yang tinggal di Sydney."

"Ya tuhan, berarti dialah yang pernah mommy temui. Tapi saat itu dia baru berumur 12 tahun. Masih gadis kecil dengan rambut dikepang dua."

"Cupu dong."

"Ah, siapa tahu lebih cantik dari Risma. Yang mommy ingat, gadis itu lembut dan ramah."

"Pasti sama barbarnya dengan saudea kembarnya. Uncle punya fotonya?"

"Sayangnya tidak. Tapi benar apa kata nona Anggita, Risna adalah gadis yang lembut dan ramah. Sifatnya mirip dengan nona Alena."

"Benarkah itu uncle? Mommy akan sangat bahagia kalau sifatnya seperti Alena. Ren, kamu akan sangat bahagia kalau memiliki istri seperti dia."

"Iya Ren, menurut daddy nggak ada bedanya kamu menikah dengan yang manapun. Paling tidak tujuannya sama, menikah dengan cucu opa Steven. Dan daddy yakin, kakekmu pasti sangat bahagia, dengan siapapun kamu menikah. Lakukanlah demi kakekmu."

"Walau kami tak saling cinta?" tanya Reno. Walau aku mencintai gadis lain? Tentu saja kalimat terakhir tak ia ungkapkan.

"Bagaimana dengan dokumen KUA. Nggak mungkin malam-malam kita mendobrak KUA."

"Dokumen bisa menyusul. Yang terpenting kalian menikah secara agama atau nikah siri. Bagaimana?"

Nikah siri? Hmm.. sepertinya usulan yang bagus. Dengan demikian aku bisa menikahi Sandra secara resmi setelah dia menerima cintaku. Dan istri pilihan kakek biar saja menjadi simpananku. Orang lain tak perlu tahu tentang ini. Begitulah rencana Reno. Lalu ia tersenyum tipis.

"Baiklah aku menyetujui perubahan ini dengan syarat tak perlu urus dokumen. Cukup pernikahan siri saja. Itu syarat dariku. Bagaimana?"

"Maaf tuan muda, menurutku itu tak mungkin. Bila pernikahan itu tidak ada dokumennya, maka anak-anak kalian nantinya tak kuat posisinya di mata hukum. Dan itu artinya perusahaan bisa jatuh ke tangan Jason."

"Sudahlah uncle, hal tersebut kita bisa bahas lebih lanjut. Yang terpenting sekarang adalah menikahkan mereka di hadapan kakek," ucap Anggita.

"Benar uncle Greg. Masalah dokumen dan sebagainya bisa kita bahas setelah pernikahan." Bimo mendukung ucapan Anggita.

"Baiklah, kalau begitu besok kita bertemu di rumah sakit. Lalu resepsinya akan diadakan malam harinya di tempat yang sudah disepakati. Sekaligus mengumumkan kepada para kolega mengenai penyatuan ini."

⭐⭐⭐⭐