webnovel

ANGGITA - BIMO 2

"Jangan mas, apalagi mengusir saya dari hati kamu," sahut Anggita berani. Terserah deh kalau habis ini gue benar-benar di usir, keluh Anggita dalam hati.

⭐⭐⭐⭐

Seluruh kelas tertawa mendengar jawaban Anggita. Bahkan Bimo setengah mati menahan tawa melihat kelakuan absurd mahasiswi yang berdiri di hadapannya.

"Siapa yang setuju gadis ini keluar kelas?" Tak ada yang berani mengangkat tangan karena di belakang Bimo, Anggita memelototi teman-temannya.

"Siapa yang setuju gadis ini tetap mengikuti quiz?" Seluruh mahasiswa mengangkat tangan. Bimo menoleh cepat ke arah Anggita yang sedang memberi aba-aba ke teman-temannya. Anggita langsung pura-pura cuek saat Bimo menoleh ke arahnya.

"Tuh kan mas, teman-teman saya nggak setuju kalau saya keluar. Iya kan?" Mahasiswa lain bingung mau menjawab apa.

"Oke, siapa ketua kelas ini?" Tanya Bimo lagi.

"Tigo pak!"

"Tigo, ambil satu kursi dan taruh di depan saya." Anggita menatap Bimo tak mengerti. Setelah kursi disiapkan, "DUDUK!"

"Maksudnya?"

"Kamu nggak mau jauh-jauh dari saya kan? Sekarang semua ponsel kumpulkan ke depan dan keluarkan alat tulis. Dan kamu, duduk disini, di depan saya!" Perintah Bimo. "Kumpulkan juga ponselmu."

"Maksudnya?" Tanya Anggita bingung. Bimo tak menjawab. Ia mengeluarkan lembaran kertas untuk quiz. "Tigo, bagikan ke teman-temanmu."

Anggita duduk di kursi yang disediakan untuknya. Mampus, gue harus nanya kemana nih kalau nggak bisa jawab. Ya tuhan, semoga quiznya nggak susah dan semua yang gue pelajari semalam keluar.

Tak lama kemudian kelas menjadi hening. Tak satupun mahasiswa berani bertanya kanan kiri. Yang terdengar hanya gerutuan dan desahan pelan dari mahasiswa yang kebingungan. Apalagi salah satu mahasiswa terpandai di angkatan mereka duduk berhadapan dengan sang dosen muda.

"Kamu bilang nggak mau keluar dan ingin ikut quiz kan? Saya turuti keinginanmu dan kamu saya kasih bonus memandangi saya dari dekat. Bagaimana?" bisik Bimo. Blush! Muka Anggita memerah mendengar ucapan sang malaikat ganteng yang ternyata dosennya sendiri.

Sejak itu Anggita benar-benar jatuh cinta pada Bimo. Bahkan setelah lulus sidang skripsi, Anggita mendatangi Bimo dan melamar sang dosen. Untunglah Bimo juga jatuh cinta gara-gara tingkah absurdnya bila Bimo mengajar di kelasnya.

FLASHBACK OFF

"Mas, itu si Reno beneran sudah unboxing istrinya?" Tanya Anggita penasaran.

"Kok kamu kepo sih?" Tanya Bimo sambil menikmati sarapannya.

"Kan dia bilang kalau nggak mecintai Risna."

"Bukan nggak cinta tapi belum cinta lebih tepatnya, sayang. Pernikahan mereka kan tidak seperti kita."

"Memangnya waktu aku melamar, kamu sudah jatuh cinta?"

"Bagaimana mungkin aku tidak jatuh cinta pada mahasiswi absurd yang sering menggoda dosen muda." Anggita tertawa mengingat itu.

"Tapi untuk lelaki, memang cenderung tidak peduli dengan yang namanya cinta. Kalau gairah sudah diubun-ubun, mana bisa menahannya."

"Tuh kamu tahu. Lagipula wajar saja dong mereka melakukan itu. Usia mereka sudah cukup matang. Mereka sudah sah secara agama dan negara. Ditambah lagi dengan keinginan bapak untuk memiliki cicit dari mereka."

"Semoga Risna nggak dibuat pingsan sama anakmu."

⭐⭐⭐⭐

Reno membuka mata dan dilihatnya jam dinding menunjukkan pukul 10.30. Sejenak ia lupa apa yang telah terjadi pagi ini. Namun saat menyadari dirinya tertidur hanya ditutupi selimut, ia teringat dengan permainan panas yang dilaluinya bersama Risna. Hmm, kemana gadis itu, tanya Reno saat di sampingnya tak ada siapa-siapa. Samar ia mencium wangi masakan. Apakah gadis itu yang memasak? Reno turun dari ranjang dan dengan tubuh telanjang masuk ke kamar mandi.

Sementara itu di luar, Risna baru saja selesai memasak beef teriyaki. Di atas meja telah terhidang berbagai makanan yang ia siapkan untuk Reno. Ia tak tahu apa kesukaan suaminya, karena belum pernah sarapan bersama. Ah, untuk hari ini lebih tepat disebut brunch. Setelah selesai menata makanan, Risna masuk ke dalam kamarnya sendiri. Ia melangkah pelan karena bagian intinya masih terasa sakit. Ia memiliki rencana akan pulang ke rumah opa Steven. Tadi Aretha sempat meninggalkan pakaian di depan pintu paviliun. Bahkan Anggita sudah meneleponnya menanyakan jadi tidaknya mereka pergi ke rumah opa Steven.

Risna menatap pantulan dirinya di cermin. Aduh, gimana dong? Baju yang dipinjami Aretha tak mampu menutupi bekas-bekas permainan yang ditinggalkan Reno di leher dan lengannya. Apakah gue pinjam jaket mas Reno? Risna masih kebingungan saat pintu kamarnya diketok.

"Keluar!" Hanya itu perintah yang didengar Risna. Irit bicara banget sih orang ini, omel Risna.

"Lelet banget sih kamu!" Omel Reno saat Risna menghampirinya di meja makan. "Kalau dipanggil oleh suami tuh cepat datang."

"Maaf mas." Hanya itu yang bisa Risna ucapkan. Bagaimana gue mau jalan cepat-cepat kalau bagian tubuh gue ada yang sakit, batinnya.

"Sudah makan?"

"Belum mas."

"Ambilkan aku makan!" Perintah Reno tanpa melepaskan pandangannya dari ponsel.

"Mas mau makan nasi atau roti?"

"Apakah menurutmu roti bisa menggantikan tenagaku yang kukeluarkan pagi ini?" Tanya Reno lagi. "Ya, halo sayang. Maaf aku tadi nggak angkat telpon. Aku ketiduran. Nanti malam kita diner bareng ya."

Risna hanya diam saja mendengar percakapan Reno dengan seseorang yang ia yakini adalah Sandra. Ia menyiapkan makanan untuk Reno.

"Duduk! Temani aku makan!" Lagi-lagi perintah yang Reno berikan.

"Baik mas," jawab Risna pelan. Lalu ia mengambil makanan dan duduk agak jauh dari Reno.

Saat mereka menikmati makanan dalam diam, Anggita masuk ke dalam paviliun. Ia terlihat rapi.

"Ya ampun anak-anak mommy kok sarapannya siang banget?"

"Pagi mom," balas Risna sambil berdiri dari duduknya dan bergegas mencium tangan Anggita. "Mommy mau makan bareng?"

"Mommy sudah sarapan bareng daddy tadi pagi. Wah, kamu masak teriyaki? Mommy mau coba dong." Anggita mendudukan diri di depan Reno, tepat di samping Risna.

Sambil menunggu makanannya disiapkan, Anggita bolak balik memperhatikan Reno dan Risna. Ia mengulum senyumnya.

"Mommy ngapain sih senyum-senyum gitu?" Tanya Reno yang lama-lama jengah diperhatikan oleh mommynya.

"Kamu baik-baik saja sayang?" Tanya Anggita pada Risna. "Reno nggak kasar kan sama kamu?"

"Mommy apaan sih?" Potong Reno sebelum Risna menjawab. "Kepo banget."

"Kamu itu kan perjaka tua yang libidonya tinggi. Tuh lihat, leher anak mommy kayak digigit vampir," ucap Anggita sambil memperhatikan leher Risna. Alhasil wajah Risma memerah akibat ucapan sang mertua.

Reno memandang sekilas ke arah Risna sambil mendengus kesal. Kenapa sih dia nggak pakai baju yang lebih tertutup. Ngapain pamer-pamer kayak gitu.

"Maaf mas, mbak Retha meminjamkan baju yang seperti ini. Aku belum sempat bertemu, mbak Retha sudah keburu berangkat ke kantor," ucap Risna seolah mengerti isi pikiran Reno. "Aku baru mau pinjam sweater atau jaket mas Reno untuk kupakai ke rumah opa."

Anggita tertawa melihat wajah Risna yang memerah. "Nanti mommy ambilkan concealer untuk menutupi hasil perbuatan suamimu."

"Thanks mom."

"Ren, nanti kamu ikut ke rumah opa Steven kan?"

"Harus ya Reno ikut?"

"Iya dong. Sebagai cucu menantu kamu harus mengucapkan terima kasih karena sudah diberikan istri yang cantik seperti Risna. Cantik, sopan, pintar masak. Langka lho wanita seperti dia," puji Anggita. "Mommy yakin walaupun menjadi wanita karir, dia tetap akan pandai mengurus kamu dan anak-anak kalian kelak. Temanmu yang waktu itu belum tentu bisa seperti Risna."

"Ah, pujian mommy terlalu tinggi." Risna terlihat malu mendengar pujian Anggita. Ia merasa jengah karena dibandingkan dengan Sandra, kekasih Reno. "Kita berdua saja mom ke rumah opa. Mas Reno pasti sibuk."

"Nggak bisa. Dia harus ikut ke rumah opa Steven. Kalau perlu besok kalian berangkat honeymoon. Mommy nggak mau Reno langsung sibuk dengan pekerjaannya dan melupakan kamu."

"Oke, oke... hari ini Reno akan ikut ke rumah opa Steven, tapi Reno nggak bisa pergi honeymoon. Pekerjaan Reno banyak mom."

"Serahkan pada Bian. Kalian harus honeymoon sebelum kamu sibuk menjadi CEO."

"Iya mom. Kapan-kapan saja kami honeymoonnya. Risna mau belajar sama mommy. Mas Reno sudah mengijinkan Risna bekerja. Iya kan mas?" Risna langsung merubah pembicaraan sebelum terjadi perdebatan antara ibu dan anak.

Lagi-lagi Reno hanya mendengus. Tak ada ucapan terima kasih terucap dari mulutnya. Risna tak terlalu ambil peduli. Ia malah takut kalau Anggita benar-benar memaksakan honeymoon. Risna bergidik membayangkan harus berduaan dengan Reno di tempat sepi, jauh dari keluarga. Jangan-jangan bukan honeymoon yang panas, tapi malah ditinggalkan oleh sang suami yang asyik-asyikan dengan kekasihnya.

⭐⭐⭐⭐