"Bu, Aku tahu Kamu yang terbaik." Setelah mendapatkan jawaban yang diinginkan, Qiao Zijin tersenyum. "Aku ada teman janji dengan teman sekelasku untuk membeli gaun. Bu ... " Qiao Zijin mengucapkan perkataannya dengan memohon. Mendengar ini, hati Ding Jiayi hancur.
Ding Jiayi menghela nafas panjang. "Zijin, Kamu kan tahu karena biaya sekolahmu, Ibu sudah….. Cobalah untuk menabung sebanyak yang Kamu bisa sebisa mungkin. Bukannya kamu punya pakaian untuk dipakai. Aku tidak melarangmu untuk membelinya, tetapi setidaknya jangan membeli terlalu banyak.*
"Aku tahu, Aku tahu. Aku berjanji Bu hanya sekali ini saja. Setelah Aku membeli gaun ini, Aku tidak akan meminta uang lagi selama liburan musim panas. Sebenarnya, Aku sudah berdiskusi dengan teman sekelasku. Selama liburan, Aku akan mengambil pekerjaan bersama dengannya. Nanti, jika Aku benar-benar ingin membeli sesuatu, Aku tidak perlu meminta uang lagi kepada Ibu."
"Mengambil pekerjaan? Itu akan sangat melelahkan bagimu. Jika memang harus bekerja dan mencari uang, biarkan Qiao Nan yang melakukannya. Jangan terlalu lama berjemur di bawah sinar matahari. Kamu tidak akan terlihat cantik kalau begitu." Ding Jiayi seketika keberatan.
"Bu, itu tidak akan membuatku lelah. Pekerjaan ini tidak sulit, Aku dapat mengaturnya. Kamu harus percaya padaku." Qiao Zijin menarik lengan Ding Jiayi. "Bu, Aku pasti akan menggunakan gaji pertamaku untuk membelikanmu hadiah. Ketika itu tiba, jangan membencinya jika itu hanya hadiah kecil. "
"Mengapa Aku harus membencinya? Selama Kamu tahu apa yang Kamu lakukan ... " Ding Jiayi tersenyum penuh kasih seolah-olah Dia habis makan permen.
____
Qiao Nan, yang keluar untuk mengambil air, mendengar percakapan konyol antara pasangan ibu dan anak perempuannya. Dia tidak tahu harus berkata apa dan tertawa. "Kakak, apakah Kamu akan bekerja?"
Meskipun Dia tidak tahu bagaimana ibunya berhasil mendapatkan sejumlah uang di awal tahun untuk biaya sekolah Qiao Zijin, Dia yakin itu tidak berasal dari gaji atau tabungan ibunya. Dia mungkin meminjam dari orang lain.
Apakah Dia tidak perlu mengembalikan uang yang Dia pinjam?
Bisakah Qiao Zijin benar-benar berguna? Tidak bisakah Dia menghemat uang saja dan meminta lebih sedikit biaya sekolah dari ibunya?
Faktanya adalah Qiao Zijin ingin menghabiskan uang untuk dirinya sendiri. Membeli hadiah untuk ibunya hanyalah ucalan yang manis. Namun, ibunya berpikir matahari bersinar dari pantat Qiao Zijin, itulah yang membuat Qiao Nan terdiam.
"Apa yang salah? Apakah Kamu memandang rendahku? Nan Nan, bukannya Aku ingin menghina Kamu. Tidak mudah bagi Ayah untuk mendapatkan uang. Liburanmu dimulai lebih awal daripada liburanku dan durasinya sangat panjang. Kamu seharusnya mencari pekerjaan juga untuk mengurangi beban Ayah. Kita bukan orang dewasa, tetap Kita harus tahu bagaimana berbakti," Qiao Zijin mengangkat dagunya dan menghina Qiao Nan di depannya.
"Dengar, dengarkan! Apakah Kamu melihat betapa pedulinya Kakakmu? Kamu adalah orang yang tidak berperasaan yang hanya tahu cara membelanjakan uang dalam keluarga!" Ding Jiayi berteriak.
"Ibu ingat Kakak menghabiskan semua tabungan keluarga tahun lalu. Selama dua bulan liburan, Dia juga tidak keluar rumah untuk bekerja." Di kehidupan ini, Qiao Nan tidak akan terbujuk untuk mencari pekerjaan hanya karena beberapa komentar pedas. Jika Dia mengindahkan perkataan Mereka, uangnya yang diperoleh dengan susah payah akhirnya akan menguntungkan Qiao Zijin untuk membeli pakaian dan sepatu baru.
Setelah mengatakan itu, Qiao Nan kembali ke kamarnya setelah Dia mendapatkan air, tidak peduli tentang reaksi Ding Jiayi dan Qiao Zijin.
____
"Qiao Tua, Aku perlu mendiskusikan masalah denganmu." Di malam hari, Ding Jiayi menarik Qiao Dongliang untuk duduk di tempat tidur saat Dia berbicara.
"Bicaralah."
"Setelah Qiao Nan menyelesaikan ujiannya, Kamu berencana memasukkannya ke sekolah mana?"
"Jika Nan Nan memenuhi syarat, itu pasti akan menjadi SMA yang berafiliasi dengan Universitas Renmin di China," kata Qiao Dongliang.
"Itu tidak akan boleh!" Ding Jiayi menggelengkan kepalanya. "Ini tidak bagus, Jika Qiao Nan pergi ke SMA yang berafiliasi dengan Universitas Renmin di China, lalu apa yang akan terjadi pada Zijin?"
Qiao Dongliang tidak mengerti apa yang dimaksud Ding Jiayi saat itu. "Nan Nan adalah Nan Nan, Zijin adalah Zijin. Keduanya berbeda. Apa maksudmu dengan apa yang akan terjadi pada Zijin jika Nan Nan diterima di sekolah itu?"
"Ini tentang kompetisi esai. Jika Qiao Nan pergi ke sekolah Zijin, bagaimana para guru akan memandang Mereka berdua? Zijin mengatakan masalah ini belum menyebar ke siswa lain di sekolah. Jika Qiao Nan masuk sekolah yang sama dan siswa lain bertanya kepadanya tentang hal itu, apakah Qiao Nan dapat menahan diri untuk tidak membicarakannya? Jika masalah ini diketahui semua orang, apakah Zijin masih akan dapat melanjutkan sekolahnya? Ya, Zijin salah, tetapi bukankah seharusnya kesempatan kedua diberikan kepada orang yang melakukan kesalahan?Apakah baik untuk terus memikirkan hal ini? Qiao Tua, jangan terus hanya berpikir demi Qiao Nan karena nilainya lebih baik daripada Zijin. Kamu juga harus memikirkan Zijin."
"Lalu, maksudmu Kita harus mengorbankan Nan Nan karena Zijin?" SMA yang berafiliasi dengan Universitas Renmin di China adalah sekolah yang luar biasa. Jika kedua putrinya belajar di sana, itu akan menjadi hal yang bagus. Mengapa Mereka tidak setuju Nan Nan ke sekolah itu?
"Tidak, Kita bukan mengorbankan Qiao Nan karena Zijin. Bagiku, itu karena 5.000 yuan. Aku tahu Kamu menyalahkanku karena menghabiskan semua uang tanpa berdiskusi denganmu terlebih dahulu, dan karena mencari bantuan Paman Lee. Tapi Zijin adalah putri Kita. Membantunya juga berarti Kita membantu diri Kita sendiri. Setelah Kita Menghabiskan 5.000 yuan, nilai Zijin telah membaik. Dia telah mengalami peningkatan dan akan segera berhasil. Jika Zijin menjadi terganggu karena masalah ini dan tidak dapat berkonsentrasi pada pelajarannya, bukankah 5.000 yuan Kita akan sia-sia? Selain itu, Qiao Nan cerdas dan mampu mempelajari segala hal dengan baik. Biar Aku tanya padamu, apakah Qiao Nan baru akan mendapat nilai bagus jika Dia masuk SMA yang Berafiliasi dengan Universitas Renmin di China? Qiao Nan bukan Zijin. Pengetahuan Zijin dalam pelajaran lebih lemah dari Qiao Nan dan tidak akan belajar dengan baik tanpa bantuan guru yang baik. Bagaimana dengan Qiao Nan? Qiao tua, Kamu kurang percaya pada Qiao Nan. Dia mengandalkan dirinya sendiri, bukan pada guru. Tidak akan berdampak banyak padanya jika Dia tidak masuk SMA yang Berafiliasi dengan Universitas Renmin di China."
"....." Qiao Dongliang memandang Ding Jiayi dengan tak percaya dan kaget. "Bagaimanapun, Kamu tahu bahwa Qiao Nan pintar dan bagus dalam pelajarannya. Zijin tidak bisa dibandingkan dengannya sama sekali. Aku pikir di matamu, Zijin adalah satu-satunya anak yang cerdas di seluruh dunia, sedangkan sisanya semua adalah idiot."
"....." Mendengarkan perkataan Qiao Dongliang membuat Ding Jiayi merasa seperti mencubit mulutnya sendiri.
Mengapa Dia berbicara omong kosong seolah-olah Dia kerasukan?
Wajah Ding Jiayi menjadi pucat dan Qiao Dongliang tertawa. "Tidak apa-apa. Kamu mungkin tidak menyadari bahwa Kamu berbicara dari hatimu. Lihat, Kamu sungguh tahu bahwa nilai Qiao Nan jauh lebih baik daripada nilai Zijin. Dari lubuk hatimu, Kamu merasa bahwa dengan kemampuan Nan Nan, nilai-nilainya tidak akan mengecewakan bahkan jika Dia tidak masuk SMA yang Berafiliasi dengan Universitas Renmin di China. Jika Kamu tahu Nan Nan cerdas dan menjanjikan di masa depan, mengapa Kamu tidak memperlakukannya sedikit lebih baik? Ini adalah anugerah Kita karena memiliki Nan Nan sebagai putri Kita, tetapi mengapa Kamu harus membuat banyak kebisingan? Apakah Kamu benar-benar ingin Nan Nan memutuskan hubungan denganmu?"
"Dia berani tidak mengakuiku? aku yang melahirkannya!" Ding Jiayi berkata dengan keras kepala. "Baik, kita tidak perlu membahas ini. Apa pendapatmu tentang apa yang Aku katakan tadi? Apakah itu baik-baik saja? Berikan Aku jawaban langsung."
Dia benar-benar tidak ingin Qiao Nan belajar bersama dengan Zijin, itu akan mempengaruhi belajar Zijin.
Adapun pujian tentang Qiao Nan, Ding Jiayi juga tidak mengerti mengapa Dia mengatakan semua itu seolah-olah itu adalah fakta.
"Kamu harus membiarkan Aku memikirkannya itu. Aku juga harus meminta pendapat Nan Nan." Qiao Dongliang tenggelam dalam pikirannya dan tidak ingin segera memutuskan.
***