webnovel

Terjerat Gairah Semu

Dari awal pernikahannya, Dara tidak pernah mendapatkan kepuasan biologis dari Guntur, suaminya. Hal itu yang mendorong Dara hingga nekat mencari kepuasan di luar rumah, selain memuaskan dirinya sendiri. Bermain dengan khayalan dan imajinasinya yang berkembang liar di kepala. Suatu hari Dara bertemu dengan Farhat, seorang lelaki keturunan Bombay yang ia kenal di tempat Gym. Tanpa sepengetahuan Guntur, Imajinasi Dara semakin bertambah liar, ia selalu membayangkan Farhat sebagai objek pelampiasan napsunya dan berharap semua khayalan tentang puncak kepuasan yang ia impikan selama pernikahannya dapat terealisasi dengan lelaki keturunan Bombay itu. Dan semuanya terwujud. Dara dan Farhat melakukannya. Khayalan dan Imajinasi Dara terbawa saat Guntur yang baru saja sembuh dari lemah syahwatnya, mulai memberi nafkah batin setelah 3 bulan pernikahan mereka. Tanpa sadar Dara menyebut nama Farhat saat ia mencapai puncak gairah. Guntur mengamuk, saat itu juga ia menceraikan dan mengusir Dara dari rumahnya. Dengan perasaan bersalah, Dara kembali ke rumah Farhat. Tetapi, kejutan lain ternyata sudah menunggunya di sana. Lalu tanpa ia duga sebelumnya, permainan gairah dan hasrat yang berbahaya itu kemudian membawanya ke dalam arus petualangan cinta semu, hingga ia terjerumus ke dunia hitam yang penuh dengan kepalsuan cinta yang hanya terbungkus napsu. Pernikahan kontrak dengan Farhat hanya terasa indah di permukaan. Di dalamnya terdapat tipu dan siasat yang menjerumuskan. Bagaimana nasib Dara selanjutnya? Dapatkah ia mendapatkan kebahagiaan setelah hasrat semu yang ia ciptakan sendiri terpuaskan dengan sangat liar dan tidak terkendali itu? Lalu, apa kabar Guntur? Permanenkah kesembuhannya? Bagaimana kehidupan Guntur selanjutnya? Apakah ia bertemu kembali dengan Dara?

JariiTengaah · Urban
Zu wenig Bewertungen
14 Chs

Pernikahan seperti apa itu?

"Jahat? Tidak Dara, aku tidak jahat. Aku hanya memberikan apa yang kamu mau, ingat? Kita sama sekali tidak mengucapkan janji atau komitmen apapun untuk hubungan kita," sahut Farhat.

"Sudah, kalian ngobrolnya nanti saja, aku pergi, ya! Terima kasih, sayang, muach!" ucap Sarah, lalu mengecup bibir Farhat persis di depan muka Dara.

Sarah seakan tidak memperdulikan perasaan Dara yang menatap mereka dengan pandangan sayu. Hatinya kini sudah hancur lebur. Dara hanya mampu mengusap wajah, lalu sebentar kemudian ia nampak menundukan kepala. Tidak ada lagi yang dapat ia lakukan sekarang, menyesali yang sudah terjadi adalah hal yang percuma.

Setelah Sarah menutup pintu dan pergi meninggalkan mereka, Farhat berjalan pelan ke arah Dara, lalu berjongkok di depannya sembari bertanya, "Dara, ada apa? Kelihatannya lesu banget?" tanya Farhat.

Dara menggelengkan kepalanya dan berkata pelan, "A-aku diusir, suamiku menceraikan aku, Farhat!" seru Dara, kedua matanya mulai menampakan kristal-kristal bening, perlahan menetes membasahi pipi satu demi satu.

Farhat tiba-tiba memeluk Dara, mengusap punggungnya pelan sembari berkata, "Maafkan aku, Dara. Aku tidak menyangka akan seperti itu," ucap Farhat pelan.

"Huhuhuhu …. A-aku memang sudah tidak berharap banyak kepada pernikahanku, terlebih kehadiran kamu membuatku yakin, aku akan baik-baik saja ditinggalkan olehnya. Tapi nyatanya, kamu mengecewakan aku, Farhat! Aku tidak menyangka kamu menerima tubuh wanita lain selain aku! Huhuhu … Jahat kamu Farhat, jahat!" ucap Dara, isak tangisnya mulai terdengar kencang.

Kedua lengan Farhat semakin erat melingkari tubuh Dara yang bergetar hebat dipelukannya. Sembari menahan pukulan lemah dari tangan Dara yang mengayun tak bertenaga, Farhat kembali berkata pelan, berusaha menenangkannya, "Aku turut bersedih atas yang terjadi dengan rumah tanggamu, sungguh aku tidak pernah berharap seperti itu," ucap Farhat setengah berbisik di telinga Dara.

Perlahan, Farhat mengambil wajah Dara hingga menempatkannya tepat di depan wajahnya. Kini wajah keduanya saling berhadapan, jarak yang tersisa hanya tinggal sedikit, memaksa kedua mata mereka beradu.

"Kamu jahat, Farhat …." Desis Dara hampir tak terdengar, kedua bola matanya menatap layu ke sela kedua pahanya. Di antara keresahan hatinya, Dara merasa kini ia sudah kehilangan arah, tidak ada lagi yang dapat ia tuju.

"Jika kamu mau, aku bisa menikahimu …." Ucap Farhat tiba-tiba. Sungguh Dara tidak menyangka Farhat akan mengucapkan itu. Sesaat kemudian, kepala Dara terangkat perlahan, menatap lekat ke arah Farhat seakan tidak percaya dengan pendengarannya.

"Benar 'kah? bukan, 'kah kamu sudah tidak ingin terikat dengan segala macam status pernikahan?" Tanya Dara tanpa henti menatap bola mata Farhat yang melihat ke arahnya dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya.

Dara memang berharap Farhat bersedia menikahannya, tetapi ia tidak menyangka secepat ini Farhat mengambil keputusan yang berlainan dengan sikapnya waktu lalu, tentang keinginannya untuk menghindari hubungan serius yang mengarah ke pernikahan.

"Iya, aku bersedia menikahimu, tapi dengan syarat …." Ucap Farhat, nampak sebuah lengkungan senyum menghiasi wajahnya.

"Syarat? Apa?"

"Pernikahan kita hanya sementara, tergantung nanti akan berkembang seperti apa. Dan itu pun bisa kita lakukan nanti setelah semua urusan dengan mantan suamimu selesai. Hmm, beres masa Idah, 3 bulan ke depan, ya? Selama masa Idah itu aku masih bebas melakukan apapun yang aku mau, begitu pun sebaliknya, kamu bebas melakukan apa pun yang kamu mau, bagaimana?" Sahut Farhat enteng.

"Bebas melakukan apa saja? Termasuk menerima tubuh wanita lain? Kamu pikir aku ini, apa?" Tanya Dara terdengar sedikit sewot.

"Ya, termasuk itu. Aku masih ingin menikmati kebebasanku. Terserah, jika kamu tidak setuju pun tidak apa, kita bisa menjalani kehidupan kita masing-masing." Sahut Farhat, masih dengan nada yang enteng seolah tanpa beban.

Dara nampak membelalakan kedua matanya, menatap mahluk yang tak berperasaan di depannya dengan pikiran yang tidak menentu. Ia tahu sebelumnya Farhat sudah menegaskan bahwa ia masih ingin menikmati kesendiriannya dengan bebas, enggan untuk terlibat dengan hubungan serius apapun yang mengarah ke sebuah pernikahan.

Tetapi, Dara masih berat jika ia harus berbagi dengan wanita lain selain dirinya. Terlebih wanita itu adalah 'klien' yang membutuhkan jasa keperkasaan dari lelaki keturunan Bombay itu, --kamu tahu maksudku.

"Kamu tidak takut?" tanya Dara pelan sembari membuang beberapa hembusan napasnya.

"Takut? Takut kenapa?"

"Bagaimana jika kamu tertular penyakit? Sudah berapa lama kamu membuka jasa seperti itu? Lalu, berapa banyak yang sering menggunakan jasa profesional kamu?" tanya Dara, tubuhnya nampak bergetar saat ia menanyakan hal itu, ia merasa bergidik. Tiba-tiba ada rasa khawatir yang mendalam.

"Kamu jangan khawatir, aku rutin ke dokter untuk periksa … hmm, baru beberapa bulan ini, setelah dikecewakan oleh kekasihku, aku melampiaskan semuanya lewat mereka yang menggunakan jasaku …" ucap Farhat, lalu ia nampak terdiam sejenak, mengambil napasnya lalu perlahan menghembuskannya dan kembali berkata pelan, "tidak banyak, hanya beberapa. Aku yang memilih, mana yang mau aku terima dan siapa yang ingin aku tolak, aku bebas menentukan pilihan. Salah satunya, Sarah temanmu itu yang aku terima," terang Farhat enteng seolah tanpa beban sama sekali.

Sepertinya ia sudah benar-benar menikmati kegiatannya dengan beberapa wanita yang menyewa jasanya. Dara nampak menggelengkan kepalanya berkali-kali. Ia benar-benar tidak habis pikir, bagaimana ia bisa melakukan semuanya dengan tanpa rasa sedikitpun.

"Ka-kamu, menyukaiku?" tanya Dara sedikit ragu.

"Sangat … semenjak kita bertemu di gym waktu itu, aku sudah sangat menyukaimu. Hanya saja waktu itu aku belum sempat mengutarakannya, kamu sudah keburu menikah." Jawab Farhat, kedua bola matanya yang tajam itu menatap lekat ke arah Dara sembari tersenyum.

Tiba-tiba, wajah Farhat semakin mendekat, hingga mereka dapat mencium aroma napas keduanya. Dara seketika bergerak menjauh sembari mendorong tubuh Farhat dengan kedua tangannya pelan-pelan, dan berkata, "aku sedang tidak ingin, tolong menjauh," ucap Dara pelan. Nampak wajahnya menunduk lemas. Ia merasa masih perlu untuk mencerna semuanya.

"Hmm, baiklah …" sahut Farhat sembari menarik kembali tubuhnya dan menjauh, lalu duduk di samping sofa dengan tenang.

"Aku masih belum bisa menerima semuanya, aku ingin kamu berhenti menerima tamu-tamu wanitamu itu … bisa 'kah kamu lakukan, Farhat?" tanya Dara, matanya menatap ke arah Farhat dengan penuh harap. Kedua matanya yang bening itu sekarang sudah mulai nampak sedikit basah. Bagaimanapun ia wanita biasa yang masih berharap hubungannya normal seperti pasangan-pasangan lain. Berbagi tubuh hanya dengan pasangan tetap, tidak dengan wanita lain.

Dara tidak ingin, pengkhianatan yang ia lakukan bersama Farhat menjadi karma yang akan berbalik menikam dirinya sendiri. Ia masih berharap memiliki rumah tangga yang normal dan harmonis. Entah apa yang akan mereka lalui, jika Farhat masih bersikeras melanjutkan petualangannya bersama wanita-wanita penyewa jasanya itu. Sementara ia akan menjadi istrinya.

Pernikahan yang Farhat tawarkan sama sekali jauh dari bayangannya. Pernikahan sementara dengan syarat yang berat dan status yang tidak jelas, lebih mirip dengan pernikahan kontrak. Jika pernikahan mereka tidak sesuai dengan keinginannya, maka pernikahan mereka menjadi taruhannya. Jelas itu bukan 'lah pernikahan yang ia harapkan.

"Pernikahan seperti apa itu?" pekik Dara dalam hati mengiris pilu.