webnovel

5. Keseharian

Garnis menyambut kepulangan keduanya, Aditya putranya baru saja menjemput istrinya dari sekolah.

"Kalian pasti lelah, ayo cuci tangan dan kaki kalian dan kita makan siang bersama-sama,"

"Sebentar Mah, Adit mau bicara dengan istri Adit,"

"Ehm, baiklah. Mamah tunggu disini sambil menyiapkan makanan yang lain,"

"Ya, Mah,"

Aditya menyuruh Selly masuk ke kamar dan mengganti baju sekolahnya dengan baju harian biasa.

"Aku mau tanya sama kamu, siapa laki-laki yang tadi berdiri dekat dengan mu tadi?"

Selly mendadak gugup, ia tadi memang berdiri dekat dengan temannya yang tadi mereka baru saling berkenalan satu hari ini.

"Itu teman sekelas ku, Mas,"

"Ingat ! Kamu itu punya suami, jangan sampai membuat suamimu marah apalagi cemburu, paham!"

Selly mengangguk dan menunduk, ia tidak tahu kalau ternyata diperhatikan oleh dia, pria yang menjadi suaminya.

"Satu hal lagi ... kamu disekolahkan lagi karena aku dan Mamahku peduli padamu, tapi jika ada kesempatan yang membuat kamu berselingkuh tak segan-segan akan berbuat kasar padamu! Ingat itu!"

"Ya, Mas,"

Selly menunduk mendengar semua yang diucapkan pria itu. Tangannya memilin ujung kain bajunya.

Aditya langsung pergi dan menggerakkan kursi rodanya ke ruang makan. Selly datang menyusulnya dan duduk disampingnya. Ia melayani suaminya mulai dari mengambilkan nasi, sayuran dan juga lauknya.

"Aku mau minum kopi setelah makan nanti. Tolong siapkan setelah kita selesai makan!"

"Ya, Mas,"

***

Ia dan suaminya berada di kamar setelah makan siang tadi. Aditya tampak mengantuk rupanya, hingga setelah sepuluh menit kemudian tertidur dengan lelap.

Sely sedikit tegang tadi, ia mengira tubuhnya akan di gerayangi lagi oleh pria itu. Tapi, ternyata dugaannya salah.

Ia berdiri dan mengambil tasnya, mengeluarkan isinya dan mengecek setiap buku yang ia dapatkan dari sekolah tadi.

Semua temannya sangat berbeda dengan sekolahnya dulu. Saat tadi di sekolah, beberapa memandangnya dengan pandangan yang aneh dan juga sebelah mata.

Ia berharap nantinya akan bisa beradaptasi jika sudah beberapa bulan bersekolah disana.

Terdengar pintu kamar mereka diketuk dengan pelan, memanggil namanya. Saat dibuka ternyata Mamah mertuanya yang minta bicara berdua dengannya di luar.

"Kita ke ruang tengah saja!" ajak Mamah mertuanya.

"Ya, Mah,"

Sely berjalan diiringi langkah Garnis yang tampak sangat anggun saat berjalan menuju ke ruang tengah.

Di sana, Garnis minta dia untuk duduk.

"Duduklah di kursi itu, kita akan membicarakan tentang rencana kepindahan kalian!"

"Pindah?"

"Ya, kalian akan pindah ke rumah baru milik putraku,"

"Nah, tapi sekolah ku, nanti ..."

"Jangan risau, urusan sekolah tetap sekolah tanpa ku larang. Aditya juga mendukung, kan?"

Selly mengangguk dan ia menunduk, terus membicarakan sekolah seolah ia fanatik pada sekolahnya.

Selly memang benar-benar memperjuangkan pendidikannya, karena terbentur hutang Makanya, ia terpaksa melakukan ini.

"Kamu pindah kemana, Mah?"

"Siapkan saja semuanya, mulai dari bajumu dan juga maju Aditya."

"Ya, Mah,"

"Rawat putraku baik-baik, dia begitu karena dari kecil sudah cacat. Jadi, alangkah bagusnya jika nanti kamu tetap menjadi istrinya untuk selamanya,"

Selly terdiam, tapi ia tetap mengangguk dan menjawab titah mertuanya.

"Ada satu hal lagi yang perlu kamu tahu, selama bersekolah usahakan jangan hamil. Tapi, sebenarnya aku ingin sekali menimang cucu, kalau pun hamil nanti sembunyikan dulu dari teman-teman mu!"

"Mas Aditya minta untuk memiliki anak setelah lulus sekolah, Mah,"

Garnis memandang wajah menantunya. Sebenarnya ia keberatan dengan itu, tapi ia sudah berjanji akan menyekolahkan Selly dan gadis itu juga telah membuktikan kegadisannya pada putranya.

"Kita lihat nanti bagaimana bagusnya, persiapkan dirimu untuk segera pindah besok. Aditya sudah tahu tentang ini. Kembalilah ke kamarmu, takutnya dia bangun dan mencari mu,"

"Ya, Mah,"

***

Malamnya, Aditya kegerahan. Ia melihat istrinya tak ada di kamar dan hendak mencarinya tapi ternyata kakinya tersangkut bahkan sisi tempat tidur yang agak tinggi.

Bruk ...

Aditya terjatuh dan menimbulkan suara yang cukup keras. Ia mengaduh dan membuat Selly panik saat mendengar suara rintihan di kamarnya.

"Mas, kamu ngapain?"

"Dari mana saja kamu, suamimu sendirian begini dan kamu malah keluyuran entah kemana?"

"Aku sedang membuat jahe susu. Mas."

"Panas begini kok malah bikin jahe susu," ketus Aditya.

"Hem, iya, Mas. Kamu mau?"

"Yang aku mau cuma ingin tidur dan papah aku ke tempat tidur, ini sudah malam juga, kamu harus tidur, besok kan sekolah,"

"Iya, tadi aku baru selesai belajar,"

"Huh, punya istri masih kecil begini resikonya," ketusnya lagi.

Selly terdiam, ia belum tahu harus berbuat apa setelah malam hari seperti ini. Ia tahu jika dibutuhkan, tubuhnya harus menerima meski kesakitan seperti kemarin.

Seperti saat kemarin, dua hari dua malam, ia dikurung di dalam kamar dan merasakan kesakitan di sekujur tubuhnya.

Ia memapah pria itu yang sedikit bisa berjalan tapi masih kesulitan karena satu kakinya yang kecil dan tidak seimbang dengan kaki kanannya.

***

Mereka merebahkan tubuhnya bersama-sama, wanita muda belia itu di dekap dengan erat saat sudah berbaring.

Selly hanya bisa berharap jika pria di sampingnya segera tidur saja. Ia belum siap lagi merasakan kesakitan seperti kemarin.

Nyatanya, ia tetap diperlakukan sama seperti malam sebelumnya. Tubuhnya di tindih lagi sebelum pria itu tidur.

"Uh, mhh, Mas ..." rintihnya saat pria itu terus menjilati tubuhnya.

Lagi-lagi, dia dirayu kalau ia akan baik-baik saja, tangannya meremas kain sprei menahan rasa sakit dan juga rasa lain setelah sekian lama pria itu membuatnya melayang lagi.

Akhirnya setelah setengah jam berlalu, pria itu menyelesaikan bagiannya, ia melenguh kuat dan memeluknya erat.

Setelah itu, ia baru tidur dan Selly mengusap tubuhnya dengan tisu dan membersihkannya sebentar ke kamar mandi baru tidur.

Tubuhnya masih terasa sakit, jalannya pun sedikit sakit lagi. Tapi, setelah itu ia terbiasa.

Pria itu melakukannya lagi saat subuh tiba dan tubuhnya harus siap menerima.

"Tidurlah sebentar, nanti jam setengah enam bangun dan mandi!" titahnya.

"Nggak, Mas. Sudah jam segini nanti terlambat," ujar Selly.

"Aku mau tidur, kalau belum bangun, minta antar supir. Tapi, ingat kamu bersuami dan jaga jarak dengan teman lainnya!"

"Ya, Mas,"

Selly bangkit dari pembaringannya, ia mengusap seluruh tubuhnya dengan kain lap yang telah disiapkan.

Ia juga akhirnya mandi kemudian memakai baju seragam sekolahnya.

Dalam cermin ia melihat seorang gadis yang telah menikah dan sedikit sedih karena tak bisa memiliki kesempatan bermain seperti usianya yang lain.

Begitu ia keluar dari kamar , Mamah mertuanya mendekatinya dan menyuruhnya untuk sarapan.

"Suamimu kau perlakukan dengan baik, kan?"

"I-iya, Mah."

"Bagus! Kamu anak yang baik, tak salah aku mengambil mu menjadi menantuku," ucapnya.

Garnis memandangi tubuh Selly setelah ia selesai sarapan. Dilihat dari cara berjalannya, memang ketahuan putranya telah berhasil membuatnya menjadi istri yang memenuhi kewajibannya setiap malam.

"Pak, antar Selly ke sekolah. Jangan mampir ke tempat lain, ya!"

"Baik, Nyonya!"

"Selly, ingat kata-kata ku dan kata-kata Aditya!"

"Iya, Selly ingat terus kok, Mah. Berangkat dulu, ya Mah!"

"Hem, hati-hati!"

Selly ikut naik ke mobil bersama Pak supir yang telah lebih dulu menaiki mobil Mah mertuanya dan di turunkan tepat di depan sekolahnya.

"Alhamdulillah, sekolahku bagus sekali, semoga kali ini tidak ada masalah seperti kemarin," gumamnya dengan lirih.

Kemarin ia tidak tahu jika saat berdiri seorang teman laki-lakinya datang menghampirinya dan bertanya-tanya padanya.

Kini, ia masuk ke kelas yang seperti kemarin. Teman sebangkunya bernama Laras. Ia anak yang baik tapi sedikit cerewet.

Postur tubuh Laras tinggi besar dan dia merupakan gadis yang periang dan sangat lincah. Berbeda dengannya yang selalu diam tak bergerak karena mager dan memang dia sendiri heran tidak bisa seperti yang lainnya.

Hari ini pelajaran Biologi, dan seorang guru menjelaskan mengenai reproduksi seorang wanita yang akan mengalami masa subur setelah haid.

Deg ...

Selly baru ingat, ia baru saja selesai haid saat hari pernikahan terjadi. Dan pria itu yang mengambil kesuciannya telah ...

"Selly ... jawab pertanyaan ku. Apa siklus haid itu?"

Selly tak mendengar dan guru mendekat padanya mengulangi lagi pertanyaannya tadi.

"Ya, Bu. Maaf,"

"Kenapa masih pagi sudah melamun? Jawab dan jelaskan apa siklus haid itu?" tanya guru itu lagi.

Selly tampak diam dan ia mengingat-ingat bacaan yang ia pernah baca sebelumnya tentang haid.

"Siklus haid atau biasa disebut dengan menstruasi merupakan periode ketika tubuh wanita melepaskan sel telur dari indung telur atau ovarium, lalu mengeluarkannya dari rahim jika tidak terjadi pembuahan."

Selly mengatakan itu sambil terus berpikir tentang dirinya. Guru itu mengangguk dan memberikan jempol pada Selly karena berhasil menjawab dengan benar pertanyaan yang ia ajukan tadi.

Lalu, guru itu menanyakan lagi mengenai berapa lama haid berlangsung pada setiap masing-masing wanita.

Semuanya menjawab secara beragam dan beberapa teman laki-lakinya bersahutan saling menjawab sambil tertawa.

"Haid biasanya berlangsung selama 4–7 hari, Bu," jawab seorang anak yang duduknya paling depan.

Bisa dilihat temannya itu tampak pintar tapi terlihat santai menjawabnya.

Selly sedikit minder saat pelajaran ini berlangsung. Beberapa dari mereka juga pintar menjawab pertanyaan yang diberikan.

"Umumnya, rentang siklus haid berlangsung sekitar 21–35 hari, ya anak-anak, jadi ketika masa subur nanti jika dibuahi dan hasilnya bagus maka akan terjadi yang namanya hamil."

"Ya. Bu,"

"Masing-masing sudah paham belum kalian?"

"Sudah, Bu,"

Semuanya kompak menjawab dan jam pelajaran pun berakhir berganti dengan pelajaran yang lain.

Saat jam istirahat tiba, Selly masuk ke kantin sekolah dan membeli beberapa makanan yang disesuaikan dengan uang sakunya.

Suaminya memberinya cukup banyak uang saku sekolahnya, ia sedikit merasa senang juga ternyata sekolah disini lebih menyenangkan ketimbang di sekolah yang lama.

Laras datang mendekat padanya dan duduk disampingnya sambil memakan makanan yang ia bawa.

Ia bercerita tentang keadaan rumahnya yang selalu sepi tanpa orang tuanya

"Memangnya, kemana mereka?" tanya Selly penasaran.

"Mereka sibuk bekerja, kamu tahu? Aku seperti anak yang hilang, mau ambil raport pun susah, bahkan bingung seperti tak punya sanak famili," ujarnya sambil mengunyah makanannya.

"Kamu sendiri, bagaimana Selly?"

"A-aku?"

"Hem, iya, bagaimana?"

"Mmmhh ..."