webnovel

Perjanjian

Vania kemudian berjalan menyusuri bukit hutan itu dengan perasaan yang senang seperti anak beruang yang baru melihat rerumputan hijau setelah sekian lama berdiam di tempat bersalju, karena ternyata tempat itu memiliki udara yang sangat segar dan terasa sangat tentram. Pohon-pohon hijau yang berjarak memberikan suasana nyaman dan ketentraman tempat itu. Vania melihat ke kanan dan ke kiri untuk mencari keberadaan sahabat nya, si Lisa. Lumayan sulit bagi Vania untuk mencari Lisa, karena di sana ramai murid-murid berseragam Pramuka dari sekolah yang sama sedang melakukan aktifitasnya masing-masing. Ada yang memasang tenda kemah, dan lainnya.

"BAAA!!"

Lisa datang dengan tiba-tiba lalu berteriak mengejutkan Vania dari belakang dengan menepuk pundaknya tiba-tiba.

Vania terkejut. "Lisa! Aku kaget tauu. Kalo aku jantungan karena kaget gimana?"

Lisa tertawa melihat reaksi sahabatnya yang menjadi kaget karenanya. "Gak usah lebay, nggak sampe jantungan juga kali ... ngomong-ngomong, kamu ngapain sih keluyuran. Di rumah sering diem, sekali di hutan malah keluyuran. Ga sabar pengen berpetualang ya?"

"Kita kan janjian ketemuan tadi, hmmp," Vania menggeram, ekspresinya memasam.

"Oh iya, lupa," Lisa terkekeh, menyengir malu.

"Eh iya, ngomong-ngomong, tenda-mu udah jadi?" tanya Lisa.

Lisa mencoba mengalihkan topik pembicaraan dan ingin agar Vania lupa kalau Lisa lupa tentang perjanjian mereka tadi.

"Udah dong, aku setenda berdua sama temen kelasku, si Bella," jawab Vania.

"Enak banget kau berdua doang, aku aja ber empat."

"Hahaha kasian deh loh." Vania tertawa.

"Idih idih, bisa gitu, ngejek sekarang ya," canda Lisa sambil tersenyum.

"Iya Maaf, becanda doang aku ish ... oh iya Lisa, kita jalan-jalan bentar yuk, lihat-lihat ini hutan bentar."

"Ayo," jawab Lisa dengan singkat, mengiyakan permintaan sahabatnya.

Vania dan Lisa kemudian berjalan-jalan santai menyusuri bukit hutan itu. Terasa hembusan angin sejuk menerpa mereka, dedaunan yang berjatuhan berterbangan akibat udara yang menggerakkan. Udara yang menyentuh permukaan kulit terasa sangat segar.

"Lisa, tenda kemah kamu ada di mana?" tanya Vania.

"Itu yang ada tiga temen ku itu." Lisa menunjuk dengan jari telunjuknya ke arah tiga orang yang sedang berkumpul mengitari tenda. "Nah, di situ tenda kami."

"Ohh, disitu toh."

"Eh Vania, ada batang pohon tuh." Lisa menunjuk ke arah batang pohon besar yang tergeletak di tanah. "Kita ngobrol-ngobrol di situ aja yuk."

"Oke," jawab Vania.

Vania dan Lisa kemudian menghampiri batang pohon itu, lalu duduk di batang pohon tersebut.

"Ahh," Lisa menghela nafasnya.

"Lisa, gimana tadi suasana saat di dalam bis, asik?"

"Wahh gila, asik banget tadi Van, aku nyanyi-nyanyi sama temen-temen kelasku di dalam bis," ucap Lisa. Matanya melebar, nada suaranya menjadi tinggi, dia menjadi semangat menceritakan tentang hal yang baru saja ia lakukan saat di bis tadi.

"Wow, asik juga yah," ucap Vania.

"Woo iya dong ... ah iya, jadi keinget lagi aku, tadi juga ada yang muntah hahaha," ucap Lisa yang semangat menceritakan kejadiannya tersebut sambil tertawa-tawa mengingat peristiwa yang terjadi di dalam bis kelasnya.

"Masa naik bis doang muntah, payah banget teman kelas ku ... kalo kamu, gimana tadi Vania, ngapain aja di bis tadi?"

Vania mengeluarkan ekspresi muram. "Aku ga ingat apa-apa sewaktu di dalam bis tadi. Aku aja ketiduran sampe bisnya sampe."

"Yahh, kamu sih tadi malam begadang, jadinya gak ngerasain deh asiknya pesta dalam bis ... tapi santai aja, malam ini pasti bakal lebih rame kok." Lisa menyemangati sahabatnya.

Vania kemudian melihat ke arah langit-langit. Tampak sinar jingga cerah bersinar yang membuat langit berwarna merah jingga. Burung-burung terlihat kontras dan tampak jelas berterbangan kesana kemari. Angin yang terasa saat itu sangat sejuk dan berhembus lumayan cepat.

Lisa menatap Vania yang sedang melamun, tak tau apa yang dia pikirkan. "Vania, mikirin apa kamu?" tanya Lisa dengan heran.

"Ahh, nggak, nggak mikirin apa-apa kok, cuman ngeliatin pemandangan sore disini aja ... pemandangannya indah."

Lisa pun ikut menatap ke arah langit-langit. Tempat yang indah dan udara yang menyejukkan, membuat pikirannya merasa tenang. "Iya ... lumayan lah."

Lisa menoleh ke samping, menatap Vania. "Vania, gimana kalo aku tidur di tenda kalian aja?"

"Ngapain?" alis Vania mengerut keatas. "Kan kamu udah ada tenda sendiri."

"Iya sih, tapi kan sesak. Masa satu tenda diisi sama empat orang," ucap Lisa.

"Hmm, gimana ya." Vania berpikir, apakah tidak masalah jika mengajak seseorang dari kelas yang berbeda untuk tidur di tendanya.

"Gak usah dipikirin, aku cuman tidur di tenda kalian doang kok, paginya udah ke tenda ku lagi supaya gak dapet masalah," jelas Lisa.

"Iya deh Lis, tapi, bangunnya harus cepet ya, supaya gak ketahuan."

"Vania, Vania." Lisa menyeringai sombong sambil menggelengkan kepalanya. "Lucu kau, emang pernah aku bangun telat?"

"Iya, terserah kamu deh. Matahari mau terbenam, ayo ke tenda ku yuk."

Ia beranjak pergi dari kayu itu, lalu berjalan untuk menuju ke tendanya. Lisa mengikuti Vania dan berjalan berdampingan dengannya.

"Vania, kamu duluan aja ke tenda, aku mau ngambil tas ku bentar, setelah itu baru ke tenda kamu."

"Iya, ku tunggu."

Mereka berdua berjalan dengan arah yang berbeda, Vania menuju ke tendanya, sedangkan Lisa berjalan ke arah tenda kelompoknya untuk mengambil perlengkapan yang hendak dia bawa ke tenda milik Vania.

Sesudah Lisa membawa perlengkapannya yang berada di tenda kelompoknya, ia berjalan menuju tenda Vania. Lisa datang mendekat ke tenda Vania dan Bella. Lisa melihat mereka berdua sedang santai di tenda mereka, dengan resleting tenda yang terbuka.

"Wihh, lagi santai yah kalian." Lisa menyapa kepada Bella yang sedang duduk di depan tenda.

"Iya Lisa, nyantai aja nih kami. Ngomong-ngomong, kamu mau tidur di tenda kami ya?" Bella bertanya.

Lisa dan Bella terlihat akrab dan saling kenal, itu karena mereka menjadi teman seiring waktu karena dekat dengan Vania. Tapi mereka hanya teman biasa yang bertemu karena Vania, tak seperti Vania yang berteman bertahun-tahun dengan Lisa sehingga menjadi sahabat.

"Iya nih, aku gak bawa tenda, kalo gak bawa tenda terpaksa tidur berdempetan sama mereka. Males banget aku tidur dempetan gitu."

Bella tertawa kecil. "Sama lho, aku juga males tidur dempetan, makanya niat banget bawa ini tenda."

"Aku ikut tidur di tenda kalian, kamu nggak keberatan kan?" tanya Lisa.

"Nggak lah, santai aja Lisa, ini tenda kami lumayan luas kok."

Lisa tersenyum kepada Bella, senang karena dia diterima ramah di tenda mereka. "Makasih Bella."

Lisa masuk ke dalam tenda, menaruh perlengkapannya ke dalam sana.

Vania sedang melamun dan berpikir. Mengapa belakangan ini ia selalu bermimpi samar-samar akan petualangan bersama seorang Pria.

"Woy Vania." Lisa mengetuk tubuh Vania yang sedang terlentang. "Mikirin apa sih Van?"

"Tau tuh Lis, dari tadi melamun aja itu si Vania." Bella menyahut.

"Nggak. Ga ada apa-apa kok," jawab Vania.