webnovel

Terjebak Cinta Yang Salah

21+ Ridho. Jika ada satu hal yang aku tahu, itu merupakan cara bermain Game... Baik di dalam maupun di luar lapangan. Jika bukan karena satu kesalahan remaja di mana aku mencium Adi, aku bisa terus membodohi diriku sendiri. Sepak bola adalah satu-satunya hal yang aku gunakan untuk mengalihkan diri dari kebenaran, dan ketika aku mengacaukan sampai kehilangan permainan yang aku sukai, aku menemukan diri ku kembali ke Bandung. Aku kembali bertatap muka dengan Ketua tim, yang membenciku bahkan lebih dari yang dia lakukan ketika kami masih kecil. Sihir apa pun yang dia pegang padaku saat itu masih tersisa. Sekuat apapun aku melawannya, aku masih menginginkannya. Dan aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan… Yah, kecuali dengan Adi, yang terus-menerus memanggil ku dengan omong kosong. Mengapa aku sangat menyukainya? Adi, aku mungkin telah menghabiskan bertahun-tahun menonton Raka. Wujudkan mimpiku, setidaknya tanpa kejenakaan di luar lapangan dan pesta pora dengan wanita, tetapi aku telah menjalani kehidupan yang baik untuk diriku sendiri. Aku seorang pemadam kebakaran, dan aku melatih tim sepak bola saudara laki-lakiku untuk mereka yang memiliki cacat. Tetapi ketika Raka kembali ke kota dipersenjatai dengan ego tingginya dan julukan yang bodoh, semua orang kagum padanya. Tidak, bukan aku. Aku tidak peduli jika ciuman kami bertahun-tahun yang lalu bertanggung jawab atas kebangkitan seksual ku. Aku tidak akan jatuh cinta pada Ridho. Meskipun resolusi itu akan jauh lebih mudah jika dia tidak begitu menggoda. Begitu dia menemukan jalannya ke tempat tidurku, aku sangat kacau, dengan lebih dari satu cara. Tapi ada yang lebih dari Raka daripada yang terlihat, terkubur di bawah egonya, sarkasme dan bagaimana kita terbakar untuk menaikkan seprai bersama-sama. Segera, ini lebih dari sekadar permainan. Kami tidak hanya membuat satu sama lain bersemangat, kami mungkin saja memenangkan hati satu sama lain. Sayang sekali hal-hal tidak pernah sesederhana itu...

Pendi_Klana · LGBT+
Zu wenig Bewertungen
268 Chs

BAB 145

"Persetan, Merah. Kau membunuhku." Aku menjatuhkan kepalaku ke belakang.

Tangannya melingkari penisku. "Bagus dan tebal…panjang, betapa aku menyukainya maksudku, bukan aku. Itu tidak pantas. Sangat panas saat disentuh. " Gandi mencondongkan tubuh. "Bau… sial, sangat kuat dan maskulin. Aku sangat terkesan sejauh ini, Tuan Alexander."

Seolah-olah dengan sendirinya, tanganku bergerak ke arahnya lagi, tapi aku menyentaknya kembali ketika Gandi mengecupku lagi.

"Aku yakin aku harus mencicipinya... Apakah kamu setuju, Tuan Alexander?"

"Persetan ya."

"Bahasa, bahasa," godanya sebelum menghisapku. Aku mendorong pantatku dari kursi, penisku mengubur di belakang tenggorokannya.

"Kotoran. Maaf, Perawat."

"Kami perlu menguji daya dorong mu. Tolong lanjutkan."

"Terima kasih Tuhan," jawabku, memompa pinggulku, meniduri tenggorokannya yang berbakat. Tidak ada yang bisa mengambil ayam seperti anak ku.

Gandi tidak membiarkan ku bermain lama sebelum dia pergi.

"Tolong," pintaku lagi.